Hari ini John pulang lebih cepat dibanding dengan yang lainnya. Dia pun sampai di ruang utama setelah masuk. Namun, ia tidak melihat siapapun di sana. Jika biasanya dia disambut oleh pemandangan keluarganya yang sedang berkumpul, maka sekarang mereka semua tidak ada.
Mungkin mereka di kamar nya masih masing karena ini belum terlalu malam. Itu pikirnya. John pun segera pergi naik ke atas menuju kamarnya. Namun, ternyata kamar nya juga tidak ada Tiana. Kasurnya masih tertata dengan rapi. Lampu pun juga tidak menyala.
Dimana dia?
John akhirnya menutup pintu kamarnya. Ia pun segera berlari menuju salah satu pelayan yang sedang membersihkan interior mansionnya. "Kau melihat Tiana?"
"Maaf, aku tidak tahu tuan." John pun akhirnya menuju kamar anak nya, ia berlari dengan perasaan sedikit panik.
Setelah sampai di kamar anak anaknya, John pun menghelakan nafas lega. Ia mendengar suara istri dan anak anaknya.
"SERANG MOM !!" John pun masuk ke dalam kamar mandi, dan benar saja, semua orang yang ia cari sedari tadi ternyata sedang bermain air di dalam kamar mandi.
"Daddy?"
"Kalian membuatku panik, kenapa kalian semua disini?"
"Meida merasa tidak enak badan, jadi aku memandikan Dex. Tapi.. lihatlah kelakuan anak anakmu." Tiana pun menunjukkan seluruh badan nya yang sudah basah kuyup karena Tiana dan Dex. Padahal, Tiana sudah memandikan dirinya.
"Kalau begitu.. AKU AKAN IKUT MENYERANGMU!" Ruth tertawa keras karena ayahnya ikut bermain dengan mereka. John akhirnya ikut menyiramkan air kepada istrinya itu. Tiana pun berusaha melindungi dirinya sendiri dari siraman siraman air anak anaknya dan John.
"Curang sekali, kenapa kalian bertiga!"
"Hei! Hentikan!"
***
Setelah aksi bermain main dengan keluarganya, anak anaknya pun tertidur pulas. Mereka benar benar tertidur setelah itu, dikarenakan Ruth juga akan bersekolah besok. Tiana dan John sendiri sedang duduk di depan tempat perapian, mereka baru saja selesai mandi. Tiana sendiri baru saja membawakan coklat panas agar bisa mereka minum bersama.
"Apa kau tidak lelah?"
"Tidak, aku sangat senang." Ucap John, lalu menyeruput coklat panas nya.
"Tidurlah lebih dulu jika kau lelah. Kau baru pulang dari kantor, lalu langsung bermain main."
"Tak apa, dengan aku bersenang senang dengan kau dan anak anak, justru letih ku sedikit hilang."
"Baguslah kalau begitu. Tapi, kenapa kau pulang cepat hari ini?"
"Entahlah, Theresa memberiku jadwal terakhir pada sore hari. Jadi, aku langsung pulang."
"John.."
"Ada apa?" Tanya John sembari menggosokkan tangannya, agar ia merasa hangat.
"Kenapa kita tidak ke mansion lama? Aku merindukan tempat itu."
Tangan John pun berhenti, "Aku menjualnya."
Tiana menatap nya bingung, "Kenapa dijual? Padahal, disitu ada banyak kenangan kita."
"Aku tidak menyukainya. Mansion ini lebih bagus." Jawabnya cepat.
"Jika kau tidak menyukai desain nya, maka bisa kau rubah bukan?"
"Kau ingin kembali kesana?" Tanya John, ia pun menatap mata istrinya itu. Matanya.. menyiratkan sebuah kecurigaan.
"Tentu saja. Aku merindukan semua suasana disana."
"Kalau begitu. Bulan depan kita akan berpindah kesana." Jawab John.
"Kenapa harus bulan depan?"
"Butuh proses untuk mendapatkan nya kembali."
"Baiklah, yang penting kita akan kembali kesana."
"Kau sudah menemukan pemilik majalah itu?" Tanya John, sembari menggosokkan tangannya kembali.
"Belum, aku juga tidak memperdulikannya."
"Benarkah? Kau yakin tidak memperdulikan siapa pemilik majalah itu?"
"Iya, mungkin memang pemiliknya adalah salah satu pelayan kita."
"Aku sudah yakin akan hal itu."
"Aku juga ingin bertanya dua hal lagi."
"Apa?"
"Kemana Paman Martin?"
"Martin? Ah.. dia.. dia ada di kampung halaman nya."
"Kenapa dia berhenti bekerja denganmu?"
"Aku sibuk mencarimu, yang aku ingat hanya, bahwa dia berhenti karena ingin menikmati sisa sisa hidupnya bersama keluarganya."
Tiana pun menghela nafas nya pelan, "Aku merindukan semua hal yang berkaitan dengan mansion lama." Ucapnya, kemudian menyeruput coklat panas nya lagi.
"Lalu, apalagi yang ingin kau tanyakan?"
Tiana pun melihat ke arah John, menantikan agar pria itu juga ikut menatapnya. John yang tau pun langsung ikut menatap istri cantik nya itu.
"Ada hal yang mengusikmu lagi?"
"Apa.. kau benar benar serius dengan ku?"
John yang mendengar pertanyaan konyol itu pun tertawa pelan, "Kenapa kau menanyakan hal yang aneh? Tentu saja aku serius denganmu."
"Kau yakin?"
"Tentu saja. Apa ada kebohongan di mataku?" Tiana pun terdiam karena menatap pria yang ada di depannya itu. Apa yang John katakan sepertinya benar, Tiana melihat keseriusan dari matanya. Apa ia akan percaya kepada John?
"Kenapa? Kau meragukan ku kembali?"
"Tidak. Aku.. aku hanya ingin.."
"Ingin?"
"Ingin memberimu kesempatan." John segera menaruh cangkir yang sedari tadi ia pegang. Apa istrinya itu akan memberikannya kesempatan? Apa mereka bisa kembali seperti dulu? Apa Tiana nya tidak akan menjadi dingin kembali? Apa Tiana akan menerima dirinya?
"Untuk?"
"Jika kau bisa membuatku nyaman dengan situasi sekarang, maka aku akan menjadi Tiana yang dirimu kenal."
"Kau tidak berbohong bukan?"
Tiana menggeleng pelan sebagai tanda jawaban, "Kau yakin? Jangan menarik ucapan mu yang tadi."
"Aku serius."
"Akan.. akan aku buat kau nyaman kembali bersama ku."
"Berusahalan." Tiana pun lebih memilih berdiri, lalu berjalan meninggalkan suaminya itu di depan perapian. Dirinya sudah dilanda oleh rasa kantuk, jadi ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya.
Di lain sisi, John masih tersenyum lebar dengan apa yang dikatakan Tiana tadi. Ia yakin, bahwa ia akan membuat Tiana nya kembali seperti dulu.
***
Hei, mungkin byk dari kalian udh bosen sma crita ini karena ga selesai" revisi nya.
Emang bener, aku juga kadang pusing sndri ngerevisi ini.
Byk jg yg mikir knp crita ini muter", tpi ini aku buat krna klo aku lgsg ke intinya, hasilnya dikit banget:(
maaf ya:(
OIYA, aku kasih spoiler. Nanti ada part dimana kalian bisa tau masa lalu Callysta sma John.
Tpi bukan masa lalu tentang knp mreka terikat, tpi lebih ke .. apa ya. Nanti diliat aja oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband || Wattys 2019 (Revisi)
Romance*PLAGIAT DILARANG MENDEKAT !* 4 Tahun yang lalu. Kejadian yang paling Tiana benci. Christiana Messy Caroline. Hidup dengan kedua anaknya. Tanpa sosok sang ayah. Walaupun anak pertamanya, Ruth Caroline. Tau, bahwa ia mempunyai ayah. Bahkan ingat deng...