John sampai di mansion setelah hampir setengah jam berada di perjalanan. Hari yang cukup lelah untuknya. Setelah tidak bekerja selama sebulan karena mencari istrinya itu, akhirnya ia merasakan kembali lelah nya bekerja. Tapi bagi nya itu bukanlah masalah, setidaknya Tiana sudah ada di sisinya kembali. Ia masuk ke dalam mansion, lalu melepaskan sepatunya. Dulu, sebelum kejadian Tiana pergi dari sisinya, Tiana menyambutnya dengan pelukan hangat. Tetapi, sekarang tidak ada satupun yang menyambutnya. Hanya satpam dan para penjaga rumah yang menyambutnya hari ini.
Tak apa, baginya Tiana berada di sisinya sudah cukup untuknya. Rutinitas seperti dahulu akan kembali cepat atau lambat. Mendapatkan ciuman pagi, memasang dasi untuknya, saat pulang Tiana menciumnya kembali, lalu terakhir memeluknya dengan hangat agar rasa letih nya berkurang sedikit. Rutinitas yang sangat ia rindukan. Setidaknya, ia masih diibuat senang karena bekal siang yang Tiana buat hari ini. Akhirnya ia merasakan masakan Tiana kembali setelah 5 tahun lamanya.
"Segeralah mandi. Aku sudah menyiapkan air hangat di kamar mandi." Ucap Tiana dari dapur tanpa melihat ke arah John. John sendiri masih berdiri di sofa untuk melepaskan jas dan dasinya.
"Terima kasih," Ucap John tersenyum kecut.
"Aku akan membuatkan mu teh hangat. Minumlah ketika sudah selesai mandi." Ucap Tiana kembali sembari meminum teh miliknya juga. Ia bersandar pada meja yang ada di belakangnya dan melihat John yang sedang bersandar pada sofa. Ia yakin, bahwa John pasti berharap bahwa dirinya akan menyambut John dengan baik seperti dulu. Namun, tetap saja itu tidak akan mungkin terjadi sampai kapanpun. Berharap seperti dahulu?
"Tidak mungkin," Ucap Tiana pelan sembari tersenyum pelan. Kemudian meminum kembali teh hangatnya. John perlahan mulai berdiri, membuat Tiana langsung berbalik badan. Agar John tidak tahu bahwa Tiana melihatnya sedari tadi. Bisa ia dengar langkah kaki John yang menghampirinya. Tiana sedari tadi hanya mengaduk tehnya dengan pelan, berharap bahwa John tidak menghampirinya.
Namun dugaannya salah. John secara tiba tiba menarik Tiana ke dalam pelukannya, lalu mengusap pelan kepala istrinya itu. Tiana tidak bisa memberontak, entah kenapa badan nya tidak mau melawan apa yang John lakukan saat ini.
"Aku merindukanmu."
Sayangnya aku tidak
Tiana hanya bisa menjawab di dalam hatinya. Untuk sekarang, ia tidak mau berdebat besar kembali dengan John. Karena, jika dia di dalam wilayah John, apapun yang ia lakukan tidak akan bisa membuatnya menang melawan John. Jadi, tidak ada gunanya bukan?
"Tidak bisakah kau memelukku dengan hangat? Aku merindukan pelukanmu ketika aku pulang dari kerja."
"Jika kau merindukan itu, dapatkanlah dari wanita lain. Aku tidak bisa memberikannya." Ucap Tiana sembari tersenyum kecut. Tiana saat ini sama sekali tidak membalas pelukan yang John berikan. Kedua tangannya tetap berada di sisi badannya.
"Aku merindukan pelukan istriku. Bukan pelukan wanita lain." John semakin memeluk erat istrinya itu, karena terlalu merindukan Tiana.
Apakah aku harus memeluknya?
"Aku sangat lelah hari ini, kau benar benar tidak mau menghilangkan rasa lelahku dengan pelukanmu?" Tanya John, ia benar benar berharap bahwa Tiana masih memiliki rasa untuknya.
Tiana mulai mengangkat kedua tangannya secara perlahan agar bisa memeluk John. Sedikit lagi, sedikit lagi ia bisa memberikan pelukan hangat untuk suaminya itu. Tiana secara tiba tiba menggelengkan kepala nya cepat, lalu mendorong John agar bisa melepaskan pelukan yang dia berikan tadi. John langsung tertunduk, lalu mengangkat tangan kanan nya ke kepala Tiana. Kemudian mengusap kepala istrinya itu secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband || Wattys 2019 (Revisi)
Romansa*PLAGIAT DILARANG MENDEKAT !* 4 Tahun yang lalu. Kejadian yang paling Tiana benci. Christiana Messy Caroline. Hidup dengan kedua anaknya. Tanpa sosok sang ayah. Walaupun anak pertamanya, Ruth Caroline. Tau, bahwa ia mempunyai ayah. Bahkan ingat deng...