15 - Nafsu

34 4 18
                                    

[WARNING!!!]
Chapter kali ini dilengkapi dengan adegan dewasa. Jika kalian tidak nyaman dengan adegan dewasa, silahkan baca saja, siapa tahu jadi suka. Hehe.
...
..
.

"I will find myself in me. Just keep going on that endless tunnel, someday you will find a light there." -
. . . .

. . .

. .

.

.

.

"Apa?!" Teriak Ardi.

"Pelankan sedikit suaramu dasar bodoh!" Kini Cahya berteriak sambil menyentil telinga Ardi.

"Cih." Jawab Ardi yang kemudian diikuti dengan sedikit tarikan terhadap rambut Cahya.

"Sudah, sudah." Putra berusaha melerai mereka.

"Kalian seperti anak kecil. Lihat! Putra jadi kesulitan karena kalian!" Oka angkat suara.

"Dia duluan!" Ujar Ardi sambil menunjuk Cahya.

"Lu duluan yang teriak kenceng."

"Kita batal mengerjakan tugas ini saja bagaimana? Kalian bebas berkelahi di halaman depan." Ancam Putra.

Seketika Ardi dan Cahya menjadi damai. Mereka takut dengan ancaman Putra yang cukup mengerikan. Mereka memerlukan Putra untuk melanjutkan projek ini. Persetan dengan berkelahi, persetan dengan ego. Tugas ini lebih penting, Tapi...

"Tapi Tra, kenapa bisa Dina melakukan itu kepadamu?" Tanya Ardi yang seakan melupakan tugas demi memuaskan nafsu keponya.

"Sepertinya Dina diperintahkan oleh Ayu. Ayu, ia ingin balas dendam." Jawab Putra.

"Tapi Dina bukanlah orang yang mudah untuk diperintah bukan?" Tanya Ardi.

"Iya. Karena itu dia menambah persyaratannya."

"Kelicikannya tidak menghilang walau sudah cukup lama dia tidak terlihat." Ujar Ardi.

.
.
.
.

Pagi ini seperti biasa, Finu sedang mengikuti Car Free Day di suatu daerah yang cukup dekat dengan rumahnya. Finu sendiri, tidak ada siapapun yang menemaninya. Bagaimana dengan Dina? Finu tahu jika kakak tercintanya itu tidak suka berolahraga ditempat umum seperti itu, Dina akan memilih berolahraga di gym dengan biaya membership hingga belasan juta itu.

Finu lebih merakyat dibanding Dina. Finu sangat suka dengan suasana ini, tidak ada kendaraan yang menyebabkan polusi.

"Finu?" Panggil seseorang.

"Iya?"

"Ternyata benar kau Finu. Apa kau melupakanku?" Tanya orang itu.

"Maaf, aku tidak dapat dengan mudah mengingat orang."

"Ah seperti itu."

"Iya. Sekali lagi aku minta maaf." Sesal Finu.

"Tidak apa. Lebih baik aku mengenalkan diri ku kembali. Aku Wika, dulu aku merupakan teman dekat dari Willy, mantan kekasihmu." Terang orang yang bernama Wika itu.

"Ah iya. Salam kenal..."

"Sebentar, tadi dia menyebut nama Willy."

"Aku minta maaf karena dulu Willy suka menyiksamu. Aku ingin menyelamatkanmu dulu, namun kekuasaan yang dimiliki Willy membuatku tidak berdaya."

"Ah-"

Seketika ingatan buruk mengenai Willy kembali menjalar di pikiran Finu. Saat itu juga Finu merasa sakit di bagian kepala.

Glad.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang