B A B 2 || Surat ||

95 18 5
                                    

Qinara baru saja sampai di rumah.
Sesampainya di rumah, Qinara langsung menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Di dalam kamar, Qinara berbaring di atas kasur dengan tatapan lurus kearah langit-langit kamarnya.

Wajahnya mulai memerah saat mengingat kembali kejadian hari ini. Dimana Abraham yang tersenyum tipis padanya saat upacara bendera dan saat Abraham membantunya membawa tumpukan buku ke ruang guru. Hanya ada percakapan kecil yang terjadi diantara mereka namun memiliki efek berkepanjangan bagi seorang Qinara.

Qinara pun bangun dan beranjak dari kasurnya. Mengambil sebuah buku dan menarik kursi di depan meja belajarnya lalu duduk. Qinara mengeluarkan kotak pensil dari dalam tasnya dan mulai menulis, dia beberapa kali merobek kertas dan meremasnya lalu membiarkan kertas remasannya itu di atas meja belajar.

Sampai akhirnya, dia pun selesai dan mengambil benda pipih dari dalam tasnya. Qinara mengirim pesan LINE kepada salah satu temannya, Az-Zahra Nuur Fatmawati. Teman Qinara sejak masih SMP dan merupakan anggota OSIS.

Az-Zahra atau yang lebih dikenal Zahra satu sekolah dengan Qinara namun bedanya Qinara anak jurusan IPS sedangkan, Az-Zahra anak jurusan IPA.

Setelah mendapat balasan dari temannya, Qinara pun tersenyum lalu memasukkan amplop berukuran kecil berwarna putih ke dalam tasnya.

"Qi, makan malam udah siap, Qi" panggil Mamah dari lantai bawah dengan suara nyaring agar anak keduanya itu bisa dengar dari lantai atas.

"Iya, Mah" jawab Qinara lalu keluar dari kamarnya dan pergi ke lantai bawah untuk makan malam bersama dengan Mamah dan kakak perempuannya, Rita Putri Wulandari.

×××

Qinara sengaja berangkat sekolah pagi-pagi dengan harapan bisa bertemu dengan Zahra.

Sesampainya di kelas, Qinara langsung meletakkan tasnya di kursi dan mengambil amplop putih berukuran kecil. Ia berlari kecil menuju kelas 11 IPA 2.

Zahra keluar dari kelas setelah salah satu temannya memberitahu bahwa ada seseorang yang mencarinya. Qinara langsung tersenyum melihat Zahra keluar dari kelasnya.

Tanpa banyak basa-basi, Qinara yang sejak tadi memegang amplop putih pun memberikan amplop tersebut kepada Zahra dengan syarat dia bahkan siapa saja tidak boleh tahu isi amplop tersebut.

"Yaudah, Ra. Gue nitip nih surat sama lo"

Setelah mengatakan itu, Qinara langsung pergi meninggalkan Zahra. Zahra pun masuk ke dalam kelas sambil memasukkan amplop putih dari Qinara ke dalam kantong seragamnya.

Pelajaran sedang berlangsung dan tentu saja suasana kelas XI IPS 3 sangat hening karena Bu Wahyuni mengadakan ulangan harian Matematika secara dadakan.

Bu Wahyuni cukup dikenal oleh kalangan siswa-siswi SMA Nusa Bangsa dengan soal ulangan harian yang beda-bedakan untuk setiap muridnya. Itu sebabnya bagi teman sekelas Qinara memiliki soal yang sama seperi Qinara dan Raini adalah sebuah keberuntungan.

Pasalnya, Qinara dan Raini selalu diandalkan dalam hal pelajaran. Walaupun sebenarnya Qinara bukanlah tipe murid yang memiliki otak encer. Hanya saja Qinara memang mempunyai caranya sendiri untuk mengerjakan soal-soal sulit yang diberikan guru-gurunya.

Qinara menunggu teman-temannya yang masih kesulitan mengerjakan ulangan harian Matematika. Qinara melihat kearah Bu Wahyuni untuk memastikan bahwa gurunya tersebut tidak memperhatikannya agar dia bisa memberikan jawaban kepada temannya.

Dari Jingga, Untuk FaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang