WARNING!!!
Bab ini mengandung unsur typo
Jadi, maafkan🙇🙇🙇×××
Berita tentang penolakan Qinara terhadap Abraham tersebar cukup cepat di sekolah dan berkat berita tersebut, Qinara jadi sorotan semua mata di sekolahnya.
Qinara berjalan keluar dari perpustakaan dan beberapa adik kelas melihatinya.
"Lo gak papa?" tanya Arya, pacar Vanya. Lalu Qinara menganggukkan kepalanya.
Arya berjalan berdampingan dengan Qinara menuju kelas karena kelas mereka bersebelahan.
"Gue udah dengar rincian penolakan lo ke Abraham kemarin. Kenapa lo tolak, Qi? Lo suka kan sama Abraham?" tanya Arya.
Qinara memeluk erat buku yang dia bawa. "Gue gak terlalu yakin sama perasaan gue sekarang. Gue takut salah ambil keputusan."
"Lo takut ambil keputusan atau sebenernya orang yang lo suka bukan Abraham?" tanya Arya.
Qinara langsung melihat Arya dengan ekspresi sedikit terkejut. "G-Gue gak tau."
Arya menepuk pundak kanan Qinara. "Santai aja kali Qi. Gue gak memaksakan keputusan lo buat suka sama siapa. Tapi gue gak suka aja ada seseorang yang buat Abraham jadi gak semangat lagi."
Altan baru saja kembali dari kantin dan saat masuk kelas, dia melihat Qinara meletakkan kepalanya di atas buku cetak Bahasa Indonesia miliknya.
"Iya, nanti gue jemput. Gue tutup dulu." ucap Altan mengakhiri panggilan secara sepihak.
Altan berjalan menghampirinya. "Kenapa lo? Nyesel nolak Abraham kemarin?"
Qinara langsung mengangkat kepalanya dan seperti biasa Altan membelikannya susu strawberry. Qinara meminum susu strawberry pemberian Altan.
"Gue gak tau sama perasaan gue sekarang. Gue cuman gak habis pikir aja, seorang Abraham bakalan nembak gue. Cewek kayak gue." ucap Qinara dan Altan langsung menghela nafas.
"Qi, lo tuh cantik. Baik. Pinter. Yah tapi..." ucap Altan melihati Qinara dari ujung kepala hingga kaki.
"Ada kelebihan di beberapa bagian." lanjut Altan, menyengir. Qinara langsung menoyor kepala temannya itu.
"Bukannya dihibur malah dijelek-jelekin. Lo temen gue apa bukan sih?" tanya Qinara dengan nada suara kesal dan sedikit cempreng.
"Kalo gue maunya lebih dari temen gimana?" tanya Altan membuat Qinara terdiam.
"Yah, lebih dari temen sahabatan maksudnya." lanjut Altan "Ih, Altan." kesal Qinara dan memukuli lengan Altan. Lalu kemudian dia tersenyum.
"Nah gitu dong. Senyum. Lo tuh kebiasaan masalah kecil aja lo bisa sampe bepikir keras. Pagi ketemu malam gak kelar-kelar lo pikirin. Ikutin kata hati lo aja kali Qi. Jangan selalu nurutin logika terus, sekali-kali ikutin kata hati. Harus adil sama diri sendiri." ucap Altan.
"Tumben lo bijak." jawab Qinara, tercengang. Altan memasang senyum bangga.
"Minum susu dari gue pasti selalu buat mood lo balik kan?" tanya Altan, ambigu. Qinara pun tertawa mendengar perkataan Altan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Jingga, Untuk Fase
Ficção AdolescenteSebuah kisah cinta remaja yang cukup mainstream di masa putih abu-abu. Jingga yang tidak mengerti apapun tentang cinta ataupun perasaannya. Jingga yang terbilang baru dalam hal yang dinamakan "cinta". Dan, tentang Jingga yang harus memilih antara "b...