B A B 5 || Penghalang ||

51 13 2
                                    

WARNING!!!
Cerita ini mengandung unsur typoo.
Jadi, mohon dimaafkan🙇🙇🙇

×××

Qinara baru saja sampai di sekolah dan dia memarkirkan motornya di area parkir. Area parkir belum terlalu penuh karena Qinara berangkat cukup pagi hari ini, alasannya dia tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya setelah dispen 3 hari. Itu alasan yang dia katakan kepada Mamahnya sebelum berangkat sekolah.

Suasana kelas cukup sepi, baru beberapa teman sekelas Qinara yang datang.

"Assalamu'alaikum," ucap Qinara sebelum masuk kelas.

Beberapa teman sekelasnya yang sudah datang pun membalas salam Qinara. Qinara berjalan menuju bangkunya dan melihat kearah bangku yang ada di sampingnya. Bangku milik sahabatnya, Jasmine.

Qinara mengeluarkan buku-buku dari tasnya dan dimasukkan ke dalam laca meja. Tak lama kemudian, teman Qinara datang satu per satu dan Jasmine juga datang.

Qinara langsung menarik tangan Jasmine keluar kelas.

"Kenapa? Kenapa?" panik Jasmine yang tangannya tiba-tiba ditarik Qinara sebelum masuk kelas.

"Gue mau cerita soal kejadian kemarin." jawab Qinara.

"Soal Abraham? Gimana?" tanya Jasmine yang sudah tidak sabar mendengar cerita dari Qinara.

Qinara pun menceritakan bahwa kemarin dia mengirim pesan LINE kepada Abraham dan dibalas oleh Abraham. Dia bahkan menunjukkan pesan LINE tersebut kepada Jasmine yang membuat mereka berdua tersenyum senang satu sama lain.

"Ih, gemes banget sih kalian berdua." ucap Jasmine.

Mendengar itu Qinara tersenyum bangga dan tubuhnya tiba-tiba membeku saat melihat seseorang berjalan menaiki tangga bersama Altan.

"Qi, lo kenapa?" tanya Jasmine yang menguncang lengan Qinara. Jasmine menengok ke belakang.
"Oh, pantesan." ucap Jasmine.

Qinara langsung lari masuk kelas bahkan sebelum Abraham dan Altan lewat.

Altan masuk ke dalam kelas dan dia melihat Qinara meletakkan kepalanya di atas meja. Setelah meletakkan tasnya, Altan langsung duduk di bangku depan Qinara dan duduk menghadap cewek tersebut.

Altan melihati Qinara yang kepalanya masih ada di atas meja dan mengarah ke bangku Jasmine. "Liat Abraham aja lo langsung kabur, gimana kalo udah jadian?"

Mendengar Altan mengatakan itu, Qinara langsung mengangkat kepalanya.

"Ih, Altan. Apaan sih."

Qinara mencubit gemas lengan Altan dan cowok tersebut pun mengusap-usap lengan bekas cubitan Qinara.

"Habisnya lo sih. Polos banget. Kayak gak pernah dekat cowok aja." jawabnya membeli diri.

"Emang lo pacaran dulu gimana sih? Kok bisa kek malu-malu gitu?" tanya Altan sambil menompang dagunya.
Qinara memundurkan kepalanya agar tidak terlalu dekat dengan Altan.

"Boro-boro jalan sama pacar. Pegangan tangan sama pacar sendiri aja dulu gue belum pernah." jawabnya yang membuat Altan menahan tawa. Qinara langsung menatap sinis Altan.

"Beda sama seseorang yang udah pegang tangan banyak cewek." sindir Qinara dan menekankan kata seseorang.

"Lah? Namanya pacaran yau wajar lah pegangan tangan, gimana sih lo." ucap Altan.

"Lo sama Abraham tuh sebelas dua belas lah, sama-sama masih canggung dalam hal pacaran atau bisa dibilang masa pdkt." lanjutnya.

Qinara melihati Altan lalu tersenyum tipis.

Dari Jingga, Untuk FaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang