B A B 21 || Rambut Pendek ||

12 3 0
                                    

***

HAI!!!
Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali. Alasannya karena lagi musim liburan dan aku punya rencana buat selesaikan cerita ini sekitar tahun depan.
Jadi, mohon maaf atas keterlambatannya🙏🏻🙏🏻🙏🏻

***

Tanpa disadari, rambut Qinara mulai memanjang dan dia memutuskan untuk meminta bantuan Ayahnya memotong pendek rambutnya, jauh lebih pendek dari sebelumnya.
"Apa kau yakin?", itu yang ditanyakan Ayah kepada Qinara yang sudah duduk manis di kursi. "Tentu saja, lagipula rambutku akan panjang lagi,"

"Nara, maafkan Ayah karena kau harus ikut dengan Ayah" ucap Ayah yang berdiri di belakangnya.

"Nggak masalah. Lagian Nara bakalan ke Bandung akhir pekan ini buat ketemu Mama," jawab Qinara. Kemudian, Ayah tersenyum tipis.
"Iya, kau benar".

Qinara melepas helm dan dia merapikan rambutnya yang kini pendeknya sampai bawah telinganya. Bagian ujung rambutnya sedikit bergelombang tanpa harus menggunakan alat untuk membuat rambutnya bergelombang. Lalu kemudian dia tersenyum dan ada seseorang berdiri di belakangnya.

"Pagi-pagi udah cantik aja lo, Qi," gombal Mahardika yang dibalas dengan ekspresi datar dari Qinara. "Potong pendek lagi?", Mahardika memegang ujung rambut Qinara dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih setia di dalam kantong celananya. "Apa gara-gara gue bilang gue suka cewek rambut pendek? Padahal rambut sebelumnya juga sudah pendek,"

"Iya, coba hal baru buat memulai hal baru juga," jawab Qinara dan Mahardika tersenyum mendengar jawaban Qinara.
"Hal baru? Maksud lo kayak jadi-" namun Qinara mengerut dahinya yang membuat Mahardika tidak melanjutkan apa yang hendak ia katakan. Mereka berjalan bersama dan seperti biasa, Mahardika mengikuti Qinara.

"Ujian sudah selesai, OSIS bakalan adain class meeting seperti biasanya, kan?" tanya Mahardika "Kenapa lo tanya gue? Kalo mau tanya, tanya Abraham langsung," jawab Qinara "Oh," gumam Mahardika lalu jalan lebih dulu. Ternyata, Mahardika menghampiri Abraham yang seperti biasa nongkrong depan kelasnya.

"Abraham, kapan class meeting dimulai?" tanya Mahardika "Dua minggu dari sekarang. Minggu ini masuk minggu buat perbaikan, jadi mungkin minggu depan class meeting dimulai," jawab Abraham "Thanks, yah," ucap Mahardika lalu Qinara melewati mereka. Mahardika pun berdiri di depan pintu kelas, dia menghentikan Qinara.
"Kalo gue tanding, lo harus dukung gue," perintah Mahardika. "Apa itu perintah?"

Mahardika menganggukkan kepalanya. Lalu Qinara melihat kearah tangan yang memegang pergelangan tangannya, "gue ga bisa janji, tapi bakal gue usahain". Mendengar itu Mahardika tersenyum lalu melepaskan pegangan tangannya. "Awas aja kalo lo nggak dukung gue,"

"Iya, iya. Bawel amat jadi cowok, udah pergi sana," jawab Qinara dan Mahardika mengelus kasar puncak kepala Qinara sampai membuat Qinara kesal. Laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkan Qinara setelah membuat rambut pendeknya berantakan.

"Makin akur aja," ucap Abraham yang bersandar di dekat pintu. "Iya, karena dia cukup menarik dan banyak ngomong. Setidaknya dia tidak penuh bualan kayak Altan," lalu Abraham tertawa kecil mendengar perkataan Qinara tentang Altan yang suka mengatakan banyak hal omong kosong dan membanggakan dirinya di hadapan orang lain.

"Bagaimana ujianmu?" tanya Abraham "Gue ga nyangka lo bakalan nanya ujian gue, biasanya gue yang nanya," jawab Qinara "Gue berusaha jadi orang yang baik dan perhatian disini," ucap Abraham lalu Qinara tersenyum tipis. "Aku tidak tahu. Tapi, aku harap hasilnya tetap sama seperti biasanya,"

Dari Jingga, Untuk FaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang