B A B 15 || Bulan ||

18 4 0
                                    

WARNING!!!
Bab ini mengandung unsur typoo.
Jadi, mohon dimaklumi🙏🙌🙏🙌🙏

***

Lagu Sam Smith dengan judul I'm Not The Only One bergema di kamar Qinara. Cewek berambut pendek cokelat itu kini sedang belajar atau lebih tepatnya mengerjakan PR.

Terkadang saat dia lelah menulis, dia akan beristirahat sebentar untuk bermain handphone ataupun menyanyi dengan suara kecil sambil menelusuri media sosial di handphonenya.

Suatu kegiatan yang sering ia lakukan saat belajar di malam hari. Setelah selesai mengerjakan PR, ia pun meregangkan tangannya ke udara dan berjalan keluar kamar. Dia memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu buatan Ayahnya yang ada di kaki lima lantai dua rumah keluarganya.

Dan, kini lagu Sam Smith - Stay With Me terputar dengan volume suara sedang menghiasi malamnya. Ditemani dengan bulan penuh berwarna oranye, Qinara tersenyum saat menyadari bahwa bulan malam ini berbentuk bulat sempurna.

Tanpa ia sadari, hari semakin larut. Sebelun masuk ke dalam rumah, Qinara menyempatkan dirinya untuk memotret pemandangan bulan lewat kamera handphonenya.

"Qi, masuk. Udah malem gini jangan diluar terus, nanti masuk angin." teriak Mama dari lantai bawah. "Iya." jawabnya singkat lalu berjalan masuk rumah.

***

Qinara terjebak macet dan wajah terlihat sedikit pucat saat sudah dekat sekolah. Pagar sekolah sudah tertutup dengan rapat hanya terlihat seorang satpam yang menjaga pagar. Dia pun berhenti di warung dekat sekolah dan berusaha menghubungi seseorang. Namun, orang itu tidaj kunjung menjawab.

"Qinara?"

Terdengar suara berat dari arah belakangnya. Qinara menengok ke belakang dan melihat Mahardika yang ternyata juga datang terlambat.

"Lo kesiangan?" tanya Mahardika. "Yah, kalo gue nggak kesiangan nggak mungkin gua masih ada disini."

Qinara masih tampak kesal dan kebingungan karena ini pertama kalinya ia terlambat masuk sekolah.

"Santai aja kali. Guru-guru lagi rapat pagi." ucap Mahardika saat melihat raut wajah Qinara yang bagian dahinya mengerut dan dia terus menggigiti kukunya.

"Tunggu bentar disini." ucap Mahardika lalu pergi. "Eh? Lo mau kemana?"

Tak lama kemudian, Mahardika kembali dengan tangga yang terbuat dari bambu.

"Nih, tangga kebanggan gue." ucap Mahardika yang seakan-akan memperkenalkan temannya sendiri. Dia meletakkan tangga di dekat tembok tinggi yang mengelilingi SMA Nusa Bangsa.

"Lo naik duluan. Habis itu gue." ucap Mahardika. Qinara tampak tidak yakin saat melihat tangga yang dipegang oleh Mahardika tersebut. Dia pun mendengus kasar.

"Motornya parkir sini aja." ujar Mahardika "Iya, gue tau." jawab Qinara.

"Jangan ngintip." ucap Qinara "Iya, iya. Cerewet amat dah." jawab Mahardika.

Qinara pun menaiki satu per satu anak tangga dan dia menaiki sebuah pohon besar yang ada di area parkir. Lalu sekarang giliran Mahardika, saat Mahardika sudah ada di atas tembok ia langsung melompat turun sedangkan Qinara masih berdiam diri di atas pohon.

Dari Jingga, Untuk FaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang