Trust • PROLOGUE

3K 274 3
                                    

Kali ini lelaki itu tak bisa diam saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini lelaki itu tak bisa diam saja.

Satu-satunya hal yang ia benci yaitu ketika melihat gadis di depannya serapuh ini.

Napas lelaki itu memburu, berusaha sekuat tenaga menahan gejolak emosi setelah mengetahui penyebab gadis itu menjadi selemah ini.

Argh! Tolong ... lelaki tinggi itu bahkan merasa jauh lebih lemah ketika melihat setitik air jatuh di pipi gadis itu.

Lelaki itu bergeming. Untuk saat ini, ia masih bisa menahan diri. Terdiam beberapa detik, kemudian lelaki itu maju selangkah. Perlahan, jemarinya menyentuh dagu gadis itu, mengangkatnya dengan gerakan sangat pelan.

Rasa nyeri seketika menghantam dada lelaki itu. Ditatapnya lama sepasang mata redup sang gadis. Tanpa sadar, sebelah tangan lelaki itu terangkat, membelai lembut puncak kepala sang gadis.

“Tenang, ada gue di sini. Semuanya bakal baik-baik aja,” bisik lelaki itu dengan suara serak.

Gadis berambut sebahu itu menggeleng lemah, menatap lelaki tadi dengan pandangan tak yakin.

Dan di detik berikutnya, sang gadis semakin terisak. Kedua bahunya naik turun dengan napas yang tersendat-sendat.

Rahang lelaki itu seketika mengeras. Kedua tangannya kini menangkup pipi sang gadis sembari menghapus air matanya sebisa mungkin.

Bahu gadis itu bergetar hebat. Tangisnya pecah, semakin menjadi-jadi. Ah, tolong. Lelaki itu tak tahan lagi.

Tanpa pikir panjang, sebelah tangan lelaki itu merengkuh pinggang sang gadis. Menariknya pelan ke pelukannya. Kemudian mendekap erat gadis itu dengan perasaan cemas bercampur marah.

Mata lelaki itu terpejam sesaat. Merasa cemas luar biasa dengan gadis yang berada di pelukannya. Sejak tadi bibirnya hanya mampu menggumamkan beberapa kata-kata penenang.

Sialnya, di saat-saat seperti ini dadanya malah berdebar kencang. Huh, memalukan!

Namun di sisi lain, lelaki itu sangat marah. Ia sangat geram dengan orang yang berani membuat sang gadis sekacau ini.

“Inget, di sini masih ada gue. Kapan pun lo merasa rapuh, gue pasti selalu ada di sisi lo, Ryujin,” gumam lelaki itu. “Singkirin aja si brengsek itu dari pikiran lo.”

Tepat setelah kalimat itu terucap, detik berikutnya lelaki itu merasakan kemejanya ditarik paksa, sedetik kemudian sebuah pukulan ganas mendarat tepat di pipinya.

Trust

Trust [Choi Beomgyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang