001.

147 25 1
                                    

#Happy Reading

Biasakan follow dulu sebelum membaca

Hope you like it!

-----

"Tidak ada manusia yang bisa mengerti jalan pikiran manusia lain."

-PST-

-----

Derap langka tergesa menderu sepanjang koridor, membuat beberapa siswa yang tadinya tengah berlalu-lalang menjadi berhenti untuk menebak apa yang sedang terjadi. Cahaya mentari yang terlalu terik menembus jendela kaca besar pada salah satu koridor menuju kantin, menampakkan jelas netra coklat tua yang sudah membara akibat terlalu kesal.

Gadis dalam balutan seragam tanpa dasi itu menatap nyalang seseorang di hadapannya, kemudian melempar sepotong hoodie berwarna maroon yang penuh dengan jejak kotor tepat di atas meja-membuat orang yang tengah menikmati makan siangnya itu melotot tidak terima.

"Tangan yang mana?" gadis yang kerap kali dikenal dengan gelar troublemaker itu meraih lengan lawannya kasar, mencengkram kulit mulusnya dengan erat.

"Lo gila?" ya, Dia memang hampir gila saat mendapati hoodie kesayangannya  tergeletak begitu saja di koridor.

"Renata! Berhenti membuat ulah!" wanita dengan rambut sanggulnya yang sangat rapi berjalan mendekat dari arah pintu, memecah kerumunan yang tadinya mengepung meja.

Brak!

"Bitch!" pekiknya terkejut saat gadis bernama Renata itu memukul meja, menimbulkan bunyi keras, menjadikan mereka sebagai pusat perhatian utama di kantin.

"RENATA NEELLA SYAFIRA,  ARABELLA FERNANDO, KALIAN IKUT IBU KE RUANG BK SEKARANG!!!" teriakan menggelegar menjadikan atmosfer sekitar kantin mendingin, tatapan tajam sang guru membubarkan murid-murid yang sedari tadi sibuk menonton seraya berbisik-bisik kecil.

"Apa yang kalian ributkan?" Bu Dewi menggerakkan pena di atas buku agendanya yang setebal kitab, menuliskan bait nama kedua gadis itu dengan lengkap. Desahan napas berat lolos dari bibir merahnya, untuk kesekian kalinya nama 'Renata Nella Syafira' harus masuk buku kramat itu.

"Bukan hal penting," Arabella melirik Renata melalui sudut matanya.

Pernyataan gadis itu menyulut emosinya, Arabella salah besar-membangunkan singa yang tertidur bukanlah pilihan bijak. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, kaki jenjang Renata bergerak menendang sisi kursi yang Arabella duduki, membuat tubuh gadis dengan rambut sebahu itu menghantam lemari kayu berisi dokumen-dokumen.

"Astaga Renata, Kamu keterlaluan!" mata Bu Dewi terbelalak kaget, sontak Ia berdiri dan menghampiri Arabella yang tengah mengusap-usap lengannya.

"Mau ke mana Kamu?" tanyanya saat Renata sudah di ambang pintu, membelakangi mereka.

"Lari keliling lapangan kan?" seolah ini sudah menajdi kebiasaannya, gadis itu tau apa yang harus Ia lakukan. Sesaat sebelum Ia benar-benar meninggalkan ruangan, Renata menegaskan kalimatnya tanpa menoleh, "Renata Neella, tanpa Syafira!" Ia sengaja menekankan kata Syafira seolah memperingati bahwa Syafira sama sekali bukan bagian dari rangkaian namanya. 

Bu Dewi hanya bisa menyaksikan punggung sang gadis yang hilang saat pintu kembali tertutup rapat, sebenarnya Ia jengah dengan sikap muridnya yang satu itu-sungguh merepotkan. sudah berapa banyak kekacauan yang gadis itu buat selama bersekolah di sini? Tidak dapat dihitung dengan jari.

Kelas XII Mipa 4 terdengar riuh dengan pintu yang tertutup rapat, guru mata pelajaran mereka sedang berhalangan masuk hari ini-sungguh sebuah nikmat yang sangat disyukuri oleh murid SMA seperti mereka. Rega Adrian, pemuda yang bertugas mengawasi keadaan itu berdiri di depan pintu, memantau situasi jika ada kemungkinan guru yang berjalan mendekat. Seketika matanya menyipit memperhatikan gadis di bawah sana yang berlari mengelilingi lapangan seorang diri, sementara semua murid sudah berada di kelas mereka masing-masing.

"Dala, Renata di bawah," ucapnya pada Mandala yang tengah sibuk bermain gitar bersama Agam. Pemuda itu bergegas meninggalkan lantai 3, menuju sisi lapangan untuk menemui gadis yang tengah berjalan menuju tepi.

"Gue gak ngerti jalan pikiran Dia, The Troublemaker Girl," gumam Agam seraya memegang tepi penyangga.

"Gak ada manusia yang bisa ngerti jalan pikiran manusia lain," jawab Mandala sebelum bergegas menghampiri gadis itu dengan penuh rasa khawatir.

"Rena," Mandala berusaha memanggil gadis dalam balutan kaos hitam basah yang terus-menerus mengabaikannya, meski pun Ia yakin bahwa gadis itu mendengar panggilannya dengan sangat jelas.

"Lo gak punya banyak kesempatan Re, ini tahun terakhir kita," peringatan dari Mandala membuat Renata mendengus kesal, bisakah pemuda itu berhenti mengingatkannya mengenai jejak hitam yang Ia buat selama bersekolah di Garuda Sakti High School?

"Gue memang udah gak punya kesempatan sejak lama, dan satu lagi-panggil Gue Neella, N-E-E-L-L-A!" gadis itu meraih kemeja putihnya, kemudian mengusap wajah cantiknya dengan kasar. Mandala mengunci mulutnya rapat, menyangkal ucapan gadis itu hanya akan menambah masalah.

Renata beranjak dari posisinya, persetanan dengan Mandala yang masih berdiri mematung tanpa sepatah kata pun. Saat gadis itu berbalik, tanpa sengaja mata bulatnya beradu dengan netra biru terang milik sang ketua osis. Pemilik wajah dingin itu memutuskan kontak mata mereka dengan cepat, menganggap Renata seolah hanya seonggok debu yang tak terlihat. Tanpa berlama-lama, gadis itu beranjak meninggalkan lapangan dengan rasa kesal yang semakin menyuluti hatinya.

Galaksi Alga Wadana, manusia dingin yang sangat tidak bersahabat pada siapa pun, garis bawahi-siapa pun tanpa terkecuali. Ketua osis sekaligus Putra dari keluarga Wadana itu memiliki tubuh yang sangat proposional, rambut tebal berwarna hitam pekat dan mata birunya yang mampu membuat siapa pun sangat memuja ketampanannya, kecuali Renata. Gadis itu tidak suka pada Alga, mau setampan atau sekaya apa pun Ia.  Karena di matanya, Alga hanyalah seorang pemuda angkuh yang berlindung dibalik nama besar Wadana.

Siapa yang tidak mengenal sepotong nama itu? Wadana, nama keluarga yang sangat berpengaruh di Indonesia, bahkan mereka memiliki hak istimewa untuk membuat perjajian dengan presiden secara langsung. Kebanyakan gadis mengejarnya hanya karna harta dan wajah, namun Alga tidak pernah merespon gadis mana pun, terkadang membuat spekulasi menyimpang dari banyak orang, termasuk orang tuanya.

☀☀☀

Thanks for read my first chapter :)

Jangan lupa vote+follow+comment ya!!!

With love,

Penghujung Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang