011.

47 11 0
                                    

#Happy Reading

Biasakan follow dulu sebelum membaca.

Hope you like it!

-----

Semesta terkadang mempertemukan kita dengan manusia yang paling kita tidak inginkan hadirnya.

-PST-

-----

Suasana hening. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, semuanya sibuk pada pemikiran dan ego masing-masing. Alga tidak menyentuh sarapannya sedikit pun, meski aroma makanan itu sangat menggoda indera penciumannya.

"Gimana nilai Kamu?" pertanyaan yang keluar dari mulut Ainest membuatnya berdecih. Seolah hanya ada nilai, nilai, dan nilai di kepala Ayahnya, seolah nilai adalah penentu segalanya. Alga tak menjawab, hanya melipat serbet dan meletakkannya kembali ke tempat semula.

"Kamu belum sarapan Ga!" tegur Anastasya saat putranya beranjak meninggalkan meja makan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Alga tidak berbalik, terus melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah.

"Anak itu sungguh kurang ajar!" Ainest meletakkan peralatan makannya dengan kasar.

"Kamu terlalu memaksa Alga, Nesh."

"Sikapnya harus mencerminkan seorang Wadana!" 

Anastasya mendesah pelan, entah sampai kapan suami dan putranya akan terus melanjutkan perang dingin di antara mereka. Ainesh yang kokoh pada pendiriannya dan Alga yang keras kepala. Sungguh sebuah percampuran yang mampu membuat kepala Anastasya berdenyut tiap hari. 

Alga melajukan motornya cukup kencang, jalanan masih terlalu sepi saat ini. Bahkan belum ada satu pun kendaraan yang terparkir di parkiran sekolah, hanya ada satpam dan beberapa tukang yang membersihkan dedaunan kering.

"Masih pagi Mas Alga," ucap pak satpam ramah, Alga hanya tersenyum tipis. 

Namun dugaannya salah, ternyata sudah ada seseorang yang datang lebih dulu darinya. Gadis dalam balutan seragam olahraga itu berlari mengitari lapangan berkali-kali tanpa henti. Rambutnya terkuncir rapi dengan ikatan berwarna hitam, mata Alga menyoroti wajah cantik nan basah itu dengan lekat. 

Setelah apa yang diceritakan Ella kemarin, membuat sudut pandangnya pada Renata sedikit berubah-hanya sedikit, hanya 0,01 persen kurang lebih. Ella adalah adik sepupunya yang kemarin malam mengganggu jam tidurnya hanya untuk menceritakan sosok Renata, gadis pembuat onar yang berhasil menyelamatkannya dari premaan.

"Kak Renata itu selain cantik, ternyata jago bela diri juga bang."

"Ya ampun kalo gak ada kak Renata, Ella gak tau deh udah jadi apa."

Itulah kalimat yang Ella ucapkan secara berulang semalam, membut kuping Alga pengang. Tapi Ia dengan sabar tetap mendengarkan curahan hati adik sepupunya itu.

"Ngapain Lo ngeliat Gue?" teriakan itu menyadarkan Alga, bahwa Ia sudah terlalu lama mematung di sana. 

Renata mendengus saat Alga berlenggang pergi, si dingin yang sangat sulit untuk didekati. Sama seperti Alga, Renata juga masuk dalam urutan gadis tercantik di sekolah, banyak pemuda yang menganggumi kecantikannya dan sisi pemberontak yang kerap kali Ia tunjukan. 

Penghujung Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang