#Happy Reading
Biasakah follow dulu sebelum membaca.
Hope you like it!
-----
"Cinta boleh, bego jangan."
-PST-
-----
Renata menutup mulutnya saat hendak menguap, kantuk mendesaknya untuk memejamkan mata. Pelajaran Sejarah adalah mantra tidur paling ampuh, mengalahkan Kimia yang biasanya akan memacu otaknya untuk bekerja lebih keras. Metana menoleh saat menyadari bahwa teman di sampingnya tidak memiliki semangat hidup, dengan jahil memukul lengan sahabatnya itu, membuat Renata tersentak dan tanpa sadar mengumpat.
"Aster goblok!" Aster, si pemilik nama singkat yang merasa terpanggil pun sontak menoleh kebelakang, mendapati Metana berusaha menahan tawa di balik buku yang sengaja menutupi wajahnya.
"Kamu lagi!" ucap pria paruh baya di depan sana seraya menggeram, kumisnya yang membentang di antara hidung dan bibir itu telihat tegang.
"Kamu dan Aster keluar dari kelas saya sekarang juga!" Aster melayangkan tatapan protes, membuat Metana tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi, gadis itu memukul meja kencang seraya memegangi perutnya yang terasa sakit karena terlalu banyak ketawa.
"Kamu juga, Metana! Kalian bertiga keluar sekarang!"
Tawa seorang Metana Audi Putri terhenti, berganti dengan bibirnya yang mengumpati guru tanpa suara. Kini giliran Renata dan Aster yang tertawa sepanjang koridor depan kelas mereka. Ketiga gadis itu menuruni tangga menuju lapangan upacara untuk menghormati bendera sampai bel istirahat berbunyi, setidaknya ini lebih baik di bandingnkan berdiam diri di kelas dengan pelajaran sejarah yang sangat membosankan.
"Ngapain anak osis ngumpul di lapangan?" tanya Metana heran, apa sekarang osis juga memiliki hak istimewa untuk membolos mata pelajaran? Pikiran itu membuat Renata berdecih.
"Bentar lagi mau pelantikan angkatan baru," Aster berjalan di samping Metana, membiarkan Renata melangkah lebih dulu.
"Re, liat ni!" seru Metana antusias. Sedangkan yang dipanggil kini memutar bola matanya jengah-bisakah semua orang berhenti memanggilnya dengan nama depannya? Ia tidak suka, cukup panggil dengan Neella, apa susahnya?
"Neella," panggil gadis yang namanya mirip nama senyawa kimia itu dengan malas, menurutnya sahabatnya itu lebih cocok dengan nama Renata-terkesan lebih manis dibandingkan Neella. Renata sontak mendengus saat melihat sosok kecil yang bergerak di genggaman Metana.
"Buang Met!" Aster terkekeh melihat reaksi gadis di hadapannya yang beringsut mundur seraya memperingatkan Metana untuk menjauhkan makhluk berbulu itu dari pandangannya.
"Lo berani sama kepsek, masa sama marmut aja takut?" Metana dan Aster menggoda gadis itu habis-habisan, Renata mendengus mendengar kedua sahabatnya yang menertawainya tanpa jeda.
"Ayolah, Joan gak akan ngebunuh Lo kok," Renata melotot saat Metana mengarahkan makhluk itu semakin dekat, bahkan makhluk itu sekarang sudah memiliki nama sendiri sekarang? Renata semakin bergerak mundur, Ia tidak takut pada marmut-hanya saja terlalu geli jika makhluk berbulu itu menyentuh permukaan kulitnya.
Bugh!
"Astaga!" pekik Metana tertahan saat kepala Renata membentur punggung seseorang. Gadis pemilik rambut panjang itu mengusap dahinya yang terasa pening, Ia seharusnya tidak berbalik tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Senja Terakhir
RomancePerihal janji yang tak bisa kusanggupi, karena aku terombang-ambing pada takdir yang kujalani. "Keadaan mungkin sudah berubah. Tapi perasaan Aku ke Kamu sama seperti senja, gak akan pernah berubah." -Renata Neella Syafira- "Ombak gak pernah pergi da...