010.

45 14 0
                                    

#Happy Reading

Biasakan follow dulu sebelum membaca.

Hope you like it!

-----

Tidak ada satu pun yang abadi di bumi, tiap manusia harus siap
untuk kehilangan.

-PST-

-----

Aster bersandar gelisah di sofa, Ia terpaksa membolos hari ini. Tapi Ia tidak bisa pulang ke rumah, karena kunci rumah di bawa oleh orang tuanya-membuatnya harus berakhir di rumah Mandala sekarang.

"Muka Lo biasa aja," sindir Mandala saat menyadari ketegangan di wajah Aster.

"Lo udah tau siapa pelakunya?" Mandala meletakkan sepiring nasi goreng buatannya, sedang tidak ada pembantu-jadi mau tidak mau Ia harus memasak untuk gadis itu. Bagaimana pun Mandala merasa bertanggung jawab karena gadis itu secara tidak langsung telah melindunginya.

"Belum," Aster mengangguk-anggukkan kepala.

"Asin, Lo gak bisa masak ya?" Aster merutuki kejujurannya yang membuat sepasang mata itu kembali menatapnya tajam.

"Bukannya makasih udah Gue masakin."

"Makasih Mandala," ucapnya tidak tulus.

"Aster!!" Metana berlari masuk, mendorong Aldi hingga membuat pemuda itu tersungkur si ambang pintu.

"Aster, Lo masih hidup?" si Ratu Hamster itu meraba permukaan wajah Aster tanpa ragu, membuat sang empu merasa jengkel.

"Lo nyumpahin Gue mati?" terdengar kekehan dari bibir merah jambu Metana.

"Metana Setan!" umpat Aldi kesal, Ia harus membawa beban ganda, karena Metana seenaknya saja memberikan barang-barangnya untuk Aldi bawa.

"Gue manusia, bukan setan!"

Mandala memijit pelipisnya, ternyata teman-teman Renata lebih berisik dari yang Ia duga. Aster melirik ke arahnya dengan rasa tidak enak, tapi ya mau bagaimana lagi? Sahabatnya adalah orang yang selalu ada di saat Ia butuhkan, tidak mungkin Aster mengusir mereka kan?

"Dala," panggil Rega dari arah teras.

Mandala meninggalkan ruang tamu, menghampiri kawananya di teras rumah.  Terlihat Alga yang tengah duduk dengan asap rokok yang memenuhi permukaan wajahnya, begitu juga Agam.

"Lo punya tersangka?" tanya Rega tanpa basa-basi. Melihat anggukan dari Mandala, membuat Rega melebarkan telinga.

"Waktu Aster pingsan, Gue gak sengaja liat Bella sama Ares," pandangannya menuju pada Alga yang terlihat tidak peduli sama sekali, apa pun yang menyangkut Ares-Ia sangat tidak ingin mendengarnya.

"Tapi kemungkinan besar perempuan."

"Menurut Lo gimana Ga?" Alga menghembuskan asap ke langit-langit.

"Minta Deva retas CCTV," cara kerja Wadana memang sudah melekat di darahnya, tanpa ba-bi-bu pemuda itu langsung menyarankan jalan pintas.

Devandra Mahesa adalah salah satu di antara 2 adik tingkat kepercayaan mereka, anak kelas XI IPS 1 itu memiliki kemampuan yang tidak bisa diremehkan dalam bidang teknologi. Sangat canggih untuk anak seusianya. Namun tidak dipungkiri kala mengingat kedua orang tua Devandra adalah seorang profesor teknologi ternama negeri.

Penghujung Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang