014.

33 9 1
                                    

#Happy Reading

Biasakan follow dulu sebelum membaca.

Hope you like it!

-----

Setiap manusia memiliki kesempatan, bahkan untuk mereka yang berdosa.

-PST-

-----

Sisi-sisi lapangan tampak ramai diisi oleh kebanyakan murid perempuan, tentu saja mereka tengah melihat seorang Alga bermain basket bersama rombongannya. Tidak dapat diragukan lincahnya Dia, bahkan berkali-kali memasukkan bola ke dalam ring.

Renata yang melintas, seketika berhenti, ikut menonton dari kejauhan. Yang mencuri perhatiannya adalah bagaimana seorang gadis berambut pendek tampak begitu bersemangat meneriaki nama Alga.

"Ck, udah tau gak ada kesempatan, masih aja diperjuangkan," ucapnya seraya geleng-geleng kepala, sedangkan kedua tangannya tersilang di depan dada.

"Kesempatan selalu ada selama kita mau berjuang," Renata menoleh, Ia tidak sadar jika sedari tadi Ares berdiri di sampingnya.

"Bullshit."

"Lo hari ini bimbingan sama Alga?" sontak gadis itu menatap Ares intens.

"Tau dari mana Lo?"

"Satu sekolah juga udah pada tau kali, Re," apa? Satu sekolah? Pantas saja banyak yang melempar pandangan tidak suka saat Ia berjalan masuk dari gerbang. Apa para gadis itu sungguh menganggap Renata adalah ancaman?

"Padahal belum tentu Gue suka sama Galak," ucapan spontan Renata entah mengapa membuat Ares tersenyum kecil, kemudian memasukkan kedua tangan ke saku celananya.

"Lo akan."

"Sekali aja Lo deket sama Alga, Lo akan sulit untuk lepas," Renata mengalihkan perhatiannya pada pemuda di lapangan basket, yang ternyata juga tengah melihat ke arahnya.

"Kalo gitu-Gue yang akan buat Dia ngelepas," bibir merah terang milik gadis itu sedikit menyeringai.

Ares memperhatikan punggung Renata yang perlahan menghilang di kejauhan. Renata belum tau saja sikap Alga jika sudah mencintai seseorang, Ia tidak akan mudah melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya. Alga akan menjaganya dengan baik, tidak akan membiarkan siapa pun merebut kepunyaannya.

Tapi jika sudah menyangkut tentang penghiatan, maka pemuda dingin itu akan melepas tangan. Ia tidak akan mengambil kembali apa yang sudah Ia buang. Ares sangat mengenal sifat Alga yang satu itu.

"Ngeliatin apa Lo?" Rega memperhatikan arah pandang Alga yang ternyata mengarah pada sosok Renata dan Ares.

"Seharusnya Renata gak jatuh secepat itu," entah apa yang salah, namun kalimat Rega tanpa aba-aba membuat Alga keluar dari lapangan, meninggalkan permainan mereka.

"Kenapa lagi si Alga?" Agam mengusap dahinya yang penuh dengan peluh.

"Ares berhasil ngedeketin Renata," Mandala seperti tidak percaya dengan apa yang Ia dengar, ternyata sepupunya itu masih tetap sama polosnya-mudah sekali diajak berteman. Meski pun yang orang-orang tau Renata adalah sosok pembuat onar, namun yang paling tau mengenai diri Renata adalah Mandala, karena mereka tumbuh bersama.

Sepanjang jalan, ucapan Ares tadi berkeliaran di kepalanya bahkan sampai Ia kembali ke kelas. Berulang-ulang seperti kaset rusak. Membuat gadis itu mengingat sosok Alga yang selalu bersikap dingin pada siapa pun.

Penghujung Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang