006.

47 14 0
                                    

#Happy Reading

Biasakan follow dulu sebelum membaca.

Hope you like it!

-----

Semua orang bisa dengan mudah memaafkan, namun tidak dengan melupakan.

-PST-

-----

Di sana, di antara kerumunan siswa yang berdesak-desakan memenuhi gerbang, Metana berdiri-memperhatikan seseorang dari kejauhan.

"Lo suka ya sama Dia?" tanya Rega pelan. Ya, gadis itu tertangkap basah.

Sepasang mata yang tadinya begitu hagat menatap pemuda di sana, kini berbeda saat dengan Rega. Iris matanya berubah menjadi acuh tak acuh.

"Bukan urusan lo!"

Rega menghembuskan napas saat Metana beranjak pergi. Mencintai bukan berarti harus memiliki kan? Rega paham betul dengan itu, namun selama gadis yang dicintainya belum dimiliki oleh siapa pun-Rega masih memiliki alasan untuk memperjuangkan perasaannya.

"Re! Renata!" gadis yang baru saja menyelesaikan suapan terakhirnya itu tidak kunjung menoleh, persetanan dengan siapa pun yang memanggil-somai mang Udin lebih utama saat ini.

"Lo kesetanan?" tanya Aldi terkejut saat mendapati meja yang diduduki gadis itu terisi dengan beberapa piring yang sudah tandas.

"Lagi banyak diut nih ceritanya?" Metana meletakkan Joan di atas meja, sontak gadis yang tadinya sangat menikmati somai itu kini terjerembab ke belakang.

Brak!

"Setan Lo Met!" umpatnya kesal.

"Gue bunuh ya si Joan!" ancam Aldi tidak suka, jika Renata tidak suka makhluk berbulu itu karena geli-lain lagi dengan Aldi, Dia trauma digigit oleh hamster kesayangan Metana.

"Joan diem aja salah, emang ya cowok itu selalu salah," Metana mengusap-usap kepala Joan dengan penuh perasaan.

"Sini Gue bantu," sebuah tangan terulur di hadapannya, Renata mendongak lebih dulu sebelum berusaha berdiri sendiri.

Ares, pemuda dalam balutan jaket kulit berwarna hitam itu tersenyum ramah, namun malah dibalas dengan wajah galak oleh sang gadis. Renata meraih kursinya untuk duduk kembali.

"Gue boleh gabung?" Aster saling melempar tatap dengan Aldi, Metana mengembalikan Joan ke tempat persembunyiannya, kemudian mengangguk.

"Tangan Lo kenapa Re?" tanya Aldi seraya menyapu permukaan luka lecet itu pelan.

"Luka," bales Renata cuek.

Di detik kemudian, tiga pasang mata itu memandang Ares penuh keterkejutan. Pemuda yang menyandang status sebagai murid baru itu terlihat meraih tangan Renata, membuat gadis yang tadinya acuh tak acuh berubah jadi menatapnya lekat. Dengan telaten Ares membersihkan telapak tangan Renata menggunakan sapu tangannya, kemudian menutup luka itu dengan plester.

"Ares ganteng sih, tapi Renata gak mungkin kepancing kan?" bisik Aldi kecil, agar pembicaraan itu tak terdengar oleh Ares.

"Tapi kayaknya Dala gak suka sama Ares," Metana menoleh ke samping, memincingkan matanya pada Aster.

Penghujung Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang