다시

3K 525 54
                                    

leave a trace, please.
happy reading. ♡

Seungmin menangkupkan kepalanya diatas meja, rasanya sangat berat, kepalanya pusing sekali sehabis ulangan Matematika. Angka-angka tadi masih setia berputar dikepalanya.

Matanya melirik kearah Felix dan Jisung yang tengah berdebat. Mereka membahas ulangan tadi, dan terus mendebatkan rumus yang benar yang mana.

Seungmin mendengus, padahalkan hampir setengahnya mereka dapat nyontek dari Seungmin, tapi sok-sok an memperdebatkan rumus. Seungmin pusing.

Tangan mungilnya merogoh saku, mengambil ponselnya. Sungguh, kepala Seungmin memang pusing, tapi dia bosan sekali.

Mungkin efek ulangan matematika memang sedahsyat itu di hari yang sangat panas begini sampai Seungmin bingung untuk bermain Cooking Papa atau bermain Puo.

Seungmin memutuskan bermain Puo karena sepertinya sudah lama Ia tidak memberi makan anaknya itu. Sesekali Seungmin melirik kearah dua teman idiotnya, oh sudah berhenti berdebat rupanya.

Merasa ada yang melirik, Jisung menengok kearah Seungmin dan mulai mendekatinya.

"Min main apa?" tanya Jisung penasaran.

"Puo." jawab Seungmin namun matanya tetap fokus pada gumpalan dalam ponselnya itu.

"Ih mau ikut main jugaaa." Mendengar kata Puo, Felix yang sebelumnya bete dengan Jisung segera ikuta bergabung.

"Min gantiaaan,," rengek Felix.

"Lo kan punya, Fel." Lirik Seungmin sinis, merasa permainannya terancam gangguan.

"Ohiya, lupa." Felix menepuk jidatnya kemudian mengeluarkan ponselnya untuk bermain Puo juga.

"Bego banget sih punya temen, heran pangeran." Celetuk Jisung, namun tak ada yang meladeninya.

Jisung bete, dia juga mau main Puo, tapi baterai ponselnya habis. Dengan terpaksa Jisung hanya memperhatikan Puo dalam ponsel Seungmin.

"Jis.." Suara nyaring dari arah depan membuat ketiganya mendongak untuk mengetahui oknum pemanggilan tersebut.

Yang dipanggil siapa, yang nengok siapa.

"Apa?!" Jawab Jisung tidak santai, habis dia lagi gemes-gemes sama Puo Seungmin, tiba-tiba ada yang ganggu.

Sedangkan Seungmin sendiri tubuhnya mendadak kaku kala mendapati seseorang didepan sana, Ia bahkan lupa dengan Puonya. Darahnya tiba-tiba berdesir dan memaksa jantungnya memacu lebih cepat. Itu Hyunjin.

"Minho kekilir, sekarang di uks." Jawab Hyunjin santai, bukannya menatap Jisung yang tengah ia ajak bicara, namun irisnya justru berlabuh di iris yang lain.

"HAh? ANJENK YANG BENER DONG LO DOWER!!" Jisung panik dan segera berdiri lalu berlari menghampiri Hyunjin sehingga menyebabkan bunyi gedebag-gedebug yang cukup nyaring saking tidak santainya.

"Gak ada untungnya juga gue bohong sama lo elah." Hyunjin masih mempertahankan tatapannya kepada sosok yang tengah menunduk dibelakang sana.

"Kenapa bisa kekilir coba duh dasar ceroboh."

"Daripada lo ngomel ke gue, mending lo samperin deh. Udah ditungguin."

"Gak lo suruh juga ini gue mau nyamperin." Merasa tak diperhatikan, Jisung mengikuti arah pandang Hyunjin yang entah kemana, sebelah bibirnya terangkat ketika mengetahui arah pandang lawan bicaranya ini.

"Yaudah sono."

"Gosah diliatin sampe sebegitunya juga dong temen gue pak, malu dia."

"Fak."

"WKWKWKWKWKWK."

Jisung segera berlari sambil tertawa saat mendapati Hyunjin yang meliriknya tajam.


Seungmin mati kutu ketika mendongak dan mendapatkan tatapan tajam seorang Hwang Hyunjin didepan sana, ia tegang.

Sudah waktu itu kepergok tengah memandanginya, sekarang mendadak bertatapan begini, malu bundaa.

Seungmin mau menenggelamkan diri saja rasanya, dirasa Hyunjin betah saja menatapnya, Seungmin pun menunduk untuk memutus kontaknya.

Sesekali Seungmin melirik kearah Felix yang tengah memperhatikannya, mungkin Felix bingung kenapa Seungmin tiba-tiba menunduk. Seungmin berusaha memberi isyarat kepada Felix untuk bertanya apakah Hyunjin masih ada didepan atau tidak, tapi sepertinya Felix tidak mengerti apa yang Seungmin maksud.

Seungmin mendesah pelan, setelah mendengar suara langkah seseorang yang berlari dan diiringi suara tawa Jisung, Seungmin akhirnya memberanikan diri untuk melihat kedepan.

Namun sepertinya dewi fortuna memang sedang tidak berpihak padanya.

Iris damainya kembali bertubrukan dengan iris kelam Hyunjin. Seungmin mendesah dalam hati.

Namun sedetik kemudian tubuhnya kembali menegang, darahnya berdesir semakin deras, jantungnya memacu semakin cepat, dan perutnya dipenuhi banyak kupu-kupu yang bertebangan, rasanya menggelikan namun membuat ketagihan.

Didepan sana. Hyunjin tersenyum kearahnya sebelum melengos keluar dari kelasnya.

Ulangi. Hyunjin terseyum kearahnya!

Sekali lagi. Hyunjin tersenyum kearahnya!

Mau mati aja jir. -ksm

Seungmin masih terdiam, namun pipinya mulai memerah, bersemu, bahkan sampai ke telinga.

Selama ini Seungmin tidak pernah mendapatkan senyum seorang Hwang Hyunjin. Jangankan mendapat senyuman, bertatapan saja baru waktu di kantin tempo lalu.

Bagaimana sih rasanya di notice seseorang yang kamu kagumi? Aah ternyata semenyenangkan ini ya.

Jelas Seungmin sangat senang walaupun ia tidak bisa mengekspresikannya, hanya semu merah dipipinya yang menjabarkan kebahagiannya.

Felix sedikit khawatir melihat wajah Seungmin yang mendadak memerah sampai telinga.

"Min! Lo gapapa?" Tanya Felix, tangannya memegang kening Seungmin.

"Nggak panas. Tapi muka lo merah."

"Fel.."

"Kenapa?"

"Maluuuuu..." Seungmin segera menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangannya diatas meja. Bagaimana kalau Hyunjin melihat wajahnya yang memerah tadi?? Aaaa bundaaa, Ungmin maluuu.

Sekian, hehe.
Semoga sukaaa.
Jangan lupa voment-nya ya. ♡

secret admirer ; seungjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang