07

1.7K 180 9
                                    


"Woi!"

"Woi!!"

Seseorang nepuk pundak gue dari belakang. "Heh! Lo gue panggilin dari tadi. Budek apa gimana dah?"

Gue membalikkan badan, menatap Lucas dengan datar. "Gue punya nama, lagian lo manggil woi woi mulu ya gue mana nyaut." jawab gue ketus.

"Hari ini lo harus pulang bareng gue titik gak pake koma gak pake setrip."

Gue mendecih. "Ih? Kok situ maksa? Kalo gue gak mau gimana?"

"Gak bisa. Karena gue gak menerima penolakan. Ayo!" Lucas tiba-tiba narik tangan gue buat ngikutin dia.

Belum juga gue ngambil keputusan, dianya malah main sepihak. Cih!

Gue sih gak berontak gak apa pas Lucas bawa gue. Cuma lagi males aja sama yang namanya debat.

Kita akhirnya jalan menuju parkiran, masih dengan tangan Lucas yang menggandeng gue tentunya.

"Eh tunggu!" seru gue pas kita udah sampe parkiran.

"Kenapa?" tanya Lucas tapi gak gue hiraukan.

Bareng sama Lucas kaya gini gue jadi teringat sesuatu. Gue membalikkan badan buat ngambil barang yang bersemayam didalam tas terus gue kasih ke Lucas.

"Nih hoodie lo. Makasih."

Lucas ngambil hoodienya dari tangan gue. Tapi bukan Lucas namanya kalo gak melakukan hal hal yang absurd. Hoodienya malah diendus endus.

Gunanya biar apa coba?

"Buset! Wangi bener. Dimandiin kembang tujuh rupa ya sama lo?"

Gue natap Lucas datar.

"Ngaku lo." kata Lucas sambil menaik naikkan alisnya.

Ngapain gue mandiin hoodie pake kembang. Mending tuh kembang buat mandi gue kemana mana kali!

"Sorry amat lah ya! Gu- eh!"

Tangan kanan gue tiba tiba ditarik kebelakang, untung aja gue bisa menyeimbangkan diri. Kalo gak mungkin udah jatoh.

"Loh Mark?" ucap gue kaget pas tau orangnya itu ternyata Mark.

"Ayo pulang." kata Mark dingin.

"Weh gak bisa. Hani pulang sama gue. Iya kan Han?" kata Lucas. Dia malah narik tangan gue yang kiri. Bisa dibayangkan keadaan gue gimana sekarang.

Tolong jangan memperebutkan aku:)

"Gue pacarnya. Lo siapanya ngelarang gue?" tanya Mark teruntuk Lucas.

"Gue- siapa ya? Eh Han, gue siapanya lo?" Lucas malah balik nanya.

Gue bengong. Mendadak jadi loading terus liat kearah Lucas yang sama lagi natap gue sambil garuk garuk kepala.

Pusing gue.

Tangan mereka berdua gue hempas secara bersamaan. Mereka kaget sama apa yang gue lakuin.

"Udah deh! Kalian berdua ngapain sih? Pulang sendiri aja sono." ucap gue kesal.

"Gak mau."

"Gak mau."

Gue bengong lagi. Kok bisa ngomongnya bareng gitu?

Wajah mereka gue tatap bergantian. Kalo Lucas dengan wajah bingungnya karena gue liatin. Kalo Mark dengan wajah seriusnya. Duh. Gue jadi segan buat nolak.

"Ya udah."

Mereka yang tadinya saling beradu pandang, jadi beralih ke gue.

"Oke Mark, aku pulang sama kamu. Untuk Lucas, maap nih ye lain kali aja." gue menepuk pundak Lucas.

Lucas menghela nafas kasar. "Yah, di duakan lagi gue."

***


Mark menghentikan mobilnya tepat didepan sebuah bangunan bertingkat dan megah. Bisa ditebak kalo ini mall. Gue mengerutkan kening, kenapa Mark bawa gue ke mall?

"Kok ke mall?" tanya gue heran. Mark yang hendak turun jadi diem bentar terus natap gue.

"Temenin aku belanja. Disuruh mama." Mark turun dari mobil begitupun gue.

"Biar gak ilang." dia senyum sambil nggenggam tangan gue buat nyebrang dan sampe udah masuk pun keadaan tangan kita masih sama.

Mark bawa gue ke daerah makanan. Ya semacam bahan bahan buat masak gitu. Tangan gue dia lepas terus beralih ke hp-nya.

"Ampun deh!"

Gue cuma diem liatin wajah Mark yang kayanya pusing banget sama sesuatu entah apa gue gak tau. Mark nunjukin hp-nya dihadapan gue. Disitu tertera daftar bahan apa aja yang harus dia beli dan itu gak sedikit.

"Mama kamu mau buat kue?" tanya gue tanpa berlalih dari layar hp. Didaftar, bahan seperti tepung, gula, coklat yang mendominasi.

"Ya mana tau. Kan aku bukan mama."

Gue memutar bola mata. Oke. Gue baru inget. Yang gue ajak bicara ini Mark. Orang yang pada dasarnya tidak tau urusan permasakan seperti apa.

"Segitu mah aku bisa kok." kata gue berusaha menenangkan.

"Beneran?"

Gue mengangguk. "Iya. Gampang."

Waktu belanja pun dimulai. Seperti yang gue katakan tadi. Gampang. Ya itu karena gue sering diajak mama buat ikut belanja jadi gue udah gak asing lagi sama bahan bahan beginian.

Disaat gue mencari dan memilih, gak jarang Mark protes karena dia pikir pilihan gue gak sesuai. Kaya sekarang contohnya.

"Ini bukan coklat Mark Lee."

"Ini coklat kok, cuma bentuknya aja lingkaran jadi agak unik."

"Kamu pikir ini coklat? Ya ampun Mark! Ini gula jawa!"

"Hah? Masa sih? Aku yakin kok ini coklat, bentuknya beda dari yang lain. Jadi aku ambil aja soalnya keliatannya enak." Mark sibuk bolak balik kemasan gula jawa yang ada ditangannya dengan tampang bingung.

Gue mencibir terus berlalu buat nyari bahan selanjutnya, meninggalkan Mark dibelakang. Mata gue beralih ke layar hp Mark buat liat apa lagi yang harus dibeli.

Jadi hp-nya dia memang ada di gue. Karena gue yang bertugas buat milih, Mark mah kerjaannya cuma ngikutin dan protes.

Bahan selanjutnya adalah susu. Letaknya ada dipaling atas, kemungkinan terburuknya gue gak nyampe.

"Mark! Ambilin dong tuh diatas." suruh gue. Dia nurut terus ngambil dengan mudahnya.

"Ck! Makanya tinggi."

To be continued~



Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang