Entah kenapa hari ini gue bawaannya badmood mulu. Padahal gue gak lagi pms. Hmm mungkin efek kejadian dirumah tadi kali ya.
"Kecut amat muka lo." tanya Micha sambil masukin satu tusuk batagor ke mulutnya.
Gue cuma melirik Micha sekilas tanpa berniat buat membalas. Rasanya mau ngomong pun males.
"Itu mie lo dari tadi di aduk aduk gak jelas. Kuahnya sampe tinggal sedikit gara gara dibiarin lama. Entar gak enak loh lembek."
Gue mendengus malas. "Iya iya gue makan deh."
"Apa gak pedes banget tuh? Lo masukin aida sepuluh sendok kan?"
"Iya. Kenapa?"
Rahang Micha kontan jatuh, menganga. "Buset! Lo mau kena diare makan kaya begituan?"
Gue membenarkan posisi duduk, bersiap bicara panjang lebar. "Nih ya Micha, gue sebagai manusia pecinta kuliner pedas, sepuluh sendok gak berarti apa apa buat gue. Dan salah satu cara buat menghilangkan rasa badmood gue ini mungkin bisa terlampiaskan karena makan pedas."
Micha mengangguk paham.
"Tapi diharap lo ganti minuman deh atau minta tambahan gula di es teh lo itu. Es nya udah mencair dari tadi, gue pastikan gak ada rasa manis manisnya sama sekali malah yang ada tawar." kata dia sambil nunjuk es teh gue disebelah kanan.
"Gak apa-apa tawar. Kan gue juga udah manis."
"Serah lo."
Gue terkikik lalu mulai memakan mie yang dari tadi gue abaikan. Setelah gue makan dan kunyah ternyata bener apa kata Micha.
PEDES ANJIR!
Gila aja. Gue masukin berapa sendok sih? Kok sepedes ini? Nyari mati namanya ini mah.
Gue heboh sendiri sambil ngipasin mulut gue pake kedua tangan karena sumpah demi apa mulut gue panas. Dengan sigap gue nyeruput es jeruknya Micha sampe habis setengahnya. Hah. Adem.
Micha yang melihat tindakan gue mendadak membatu dengan posisi mulut terbuka. Kemudian tersadar. "Enak aja es gue habis sama lo!"
"Hehe sorry. Gue khilaf."
Dan hening. Hening dalam artian gue sama Micha aja sih. Karena gue yang memilih buat main hp dan memutuskan buat gak kembali melanjutkan makan. Iyalah. Gue gak mau sakit diare.
Tau kok itu namanya mubazir.
Tapi ya mau gimana lagi?
Kalo Micha memilih ngelanjutin makannya yang tertunda gara gara gue. Gak lama kemudian seseorang dengan tidak sopannya duduk disamping gue dan dengan tiba-tiba langsung ngambil sesendok mie punya gue.
"Mie apaan nih pedes banget! Minum woi minum!" Lucas spontan ngambil es teh gue. Emm bisa dibilang sekarang jadi teh tawar karena udah gak ada es nya, tawar pula.
Lucas meringis. "Huek, ini lagi minuman apaan hah? Lo mau bunuh gue? Gak makanan gak minuman sama sama gak waras kaya lo!" Lucas nunjuk gue tepat diwajah gue pake telunjuknya.
Maksudnya apa yah? Dateng tiba-tiba, makan makanan sama minuman gue, terus malah nuduh gue mau ngebunuh dia dan malah ngatain gak waras?
"Udah ah mending gue pergi cari sasaran lain aja." gumam Lucas. Dia beranjak hendak pergi.
Tapi sebelum tuh bocah bisa berjalan lebih jauh, gue kerjain aja biar tau rasa.
Gedebuk!
Suara bedebam keras perpaduan antara benturan badan dan lantai membuatnya menjadi pusat perhatian siswa siswi di kantin. Tapi setelah melihat siapa yang tergeletak dibawah, keadaan langsung kembali biasa.
"Ups. Ada yang jatoh ya?" gue cekikikan setelah berhasil ngerjain Lucas. Iya, gue. Yang sengaja nyandung dia. Habisnya ngeselin.
"Tolong mata lo dibuka. Jelas jelas ada yang jatoh. Mata lo kelilipan krikil apa gimana?"
Gue berusaha merendam tawa. "Perlu gue bantu?" tangan gue terulur buat bantuin Lucas berdiri.
Kalo dinistain mulu, lama lama gue jadi prihatin. Kasian.
Lucas nerima uluran tangan gue, tapi bukannya berdiri dia malah narik gue juga buat ikutan jatoh. Alhasil bisa dibayangkan bagaimana posisinya sekarang.
Mata gue terbelakak menyadari sesuatu yang sangat tidak senonoh ini. "Lepasin! Awas gak!"
Muka gue sama Lucas cuma berjarak beberapa centi aja. Dan itu sangat sangat membuat gue gak nyaman.
Ditambah sekarang lagi dikantin. Haduhh! Semoga aja gak banyak yang liat deh.
"Lo cantik juga ya kalo diliat dari deket."
To be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tengil | Lucas
РазноеCuma nyeritain Lucas dan segala ketengilannya - Bahasa non baku - Just for fun ©ahraaly