24

1.1K 143 2
                                    


Besok dihari ulang tahun Mark gue bakal ngasih sesuatu yang spesial buat dia. Yaitu masakan gue. Sekalian belajar menjadi istri yang baik buat dia nantinya hehe. Tapi untuk itu gue perlu belajar dari ahlinya dulu.

Maklum lah pemula.

Karena hari ini lagi try out dan kebetulan gue sama Mark kebagian sesi siang alhasil sebelum berangkat sekolah, gue menuju rumahnya Lucas. Jelas bukan Lucas yang ngajarin gue masak. Tapi kak Kun.

Udah ganteng, pinter, ramah, bisa masak lagi.

"Jadi lo mau masak apa?" tanyanya. Sekarang gue sama kak Kun udah ada  didapur.

"Yang kira kira enak apa ya kak?"

"Rendang?"

"Jangan deh susah." gue kembali berpikir.

"Capcai?"

"Susah juga."

Kak Kun mendecih. "Lo gimana sih? Lo nanya ke gue apa aja yang enak, pas udah gue kasih tau malah nolak mulu." kata kak Kun sambil menatap gue jengah.

Duh. Si abang jengkel nih.

Gue nyengir. "Hehe ya maap kak. Ya udah deh rendang aja."

"Bahan bahannya pake punya sini dulu ya. Kapan kapan gue ganti kok, tapi kalo ikhlas ngasiin ke gue sih gak masalah." kata gue. Iya tau, gue orangnya emang gak modal. Pengennya gratisan atau gak ngutang mulu.

"Kaya sama siapa aja lo Han. Gak usah diganti."

Huhu makasih makasih makasih.

Kak kun ngeluarin semua bahan dari kulkas dan ditaroh dimeja. Ada daging, kecap, micin, bawang, dan masih banyak lagi.

Daging yang udah dimasukin ke baskom malah disodorin ke gue.

"Nih cuci."

"Nanti tangan gue amis kak." 

Kak Kun menghela nafas. "Ya udah biar gue aja yang nyuci. Lo mending potongin bawang sama cabenya."

Ternyata gak salah gue milih guru pembimbing.

Lope you deh kak.

"Ashiaapp!"

Gue pun melaksanakan perintah yang diberikan kak Kun. Ambil bawangnya, kupas, potong. Ambil cabenya, kupas, potong. Lama lama kok mata gue perih ya?

Lupa gue kalo yang lagi gue potong ini cabe sama bawang.

Hani lo harus kuat!

Masa motongin bumbu sekecil ini aja lemah. Semakin banyak yang gue potong, semakin banyak juga air mata yang keluar dari mata gue.

Gue baru tau kalo masak ternyata butuh perjuangan sebesar ini:)

"Lah lo kenapa nangis? Perasaan dari tadi gue gak ngapa ngapain lo deh." kak Kun yang lagi motong daging pun natap gue. Mungkin suara sedot ingus gue kenceng kali ya.

Gue menggeleng. "Gak nangis kok kak, cuma perih."

"Udah Han cukup segitu aja cabe sama bawangnya. Lo cuci tangan cuci muka deh. Habis ini tinggal acara memasak." gue mengangguk.

Selepas gue cuci tangan, kak Kun udah mulai masukin semua kedalam wajan. Mulai dari daging sampe berbagai rempah rempah yang gak gue tau namanya apa.

Ini mah 99% kak Kun kerja, sedangkan 1% nya gue yang kerja.

Ah gak apa-apa deh.

Yang penting enak.

"Han ambilin kecap." barang yang ada disamping, gue kasiin.

Diliat dari samping gini ganteng juga. Ditambah lagi masak. Makin berlipat gantengnya. Kalo cewek boleh poligami sih kak Kun bakal gue jadiin suami kedua.

Pertanyaannya,

Kak Kunnya mau gak sama gue?

"Udah puas ngeliatin gue?"

Gue mengerjap. Didepan kak Kun  ngeliatin gue dan ditangannya ada rendang yang udah dimasukkin ke dalam kotak makan. "Wah cepet banget! Makasih ya kak."

Gue ambil kotak makan dari tangannya.

"Jadi lo mau kasih masakan ini buat pacar lo?" tanyanya.

"Iya. Emang kenapa kak?"

"Setau gue sih cewek cewek bakal ngasih barang semacam jaket, jam, atau coklat gitu buat hadiahnya." kata kak Kun sambil membereskan bekas masak.

"Terlalu biasa. Pengennya yang gak biasa."

Sambil bantuin kak Kun nyuci piring mending gue tanya tanya ah.

"Kak."

"Hm?"

"Mau nanya dong."

"Nanya apa?"

Setelah selesai naroh piring, gue berdiri menghadap dia. "Kenapa kakak sampe sekarang masih jomblo? Maksudnya gak ada niatan buat cari pasangan gitu?"

Kak Kun yang juga udah selesai berdiri sambil senderan dikulkas. "Lagi males aja. Cewek tuh ribet."

"Berarti gue juga dong?"

"Lo mah lain lagi halnya."

"Kok bisa?"

"Ya bisa aja. Gue cuma gak mau kejadian yang lalu terulang lagi."

Kayanya sesi curhat curhatan akan segera dimulai.

"Kejadian apa?" kepo gue.

Kak Kun menghela nafas. "Gue pernah pacaran dua kali tapi selalu berakhir gak baik. Yang pertama karena dijodohin, yang kedua dianya mutusin gue katanya udah bosen."

Gue menatap kak Kun iba, tega bener ngelakuin itu sama orang baik kaya kak Kun. Seketika gue merasa gak enak udah nanya tentang hal ini.

Sama aja kaya membuka luka lama yang udah kering.

"Maaf ya kak gue jadi bahas ginian."

"Gak masalah." kak Kun senyum.

"Kak. Gue mau nanya lagi—tapi bukan tentang itu kok."

Kak Kun natap gue menunggu kalimat yang akan gue ucapkan.

"Gimana kita bisa tahu cowok itu ikhlas mencintai kita atau enggak?"

Yah selagi ada pakar cinta disini kenapa enggak.

Kak Kun senyum, tapi kali ini bentuk senyuman yang gak pernah gue liat. "Buat dia marah, semarah mungkin."

"Kalo dia sabar dan gak kasar, jangan lepasin dia."

To be continued~

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang