15

1.3K 168 8
                                    

Kalo kebanyakan orang akan memilih untuk tidur disaat hujan, gue sebaliknya. Suara hujan tuh berisik banget, ditambah hawanya dingin pas malem malem. Kira-kira udah ada setengah jam gue duduk dideket jendela sambil ngeliatin hujan.

Iya. Gue tau gak ada faedahnya hujan diliatin. Dan gue bukan tipe orang yang bakal memikirkan pacar disaat hujan turun. 

Gerimis inget mantan, hujan inget pacar, tsunami baru inget Tuhan. Heol!

Ngapain juga gue mikirin Mark jam segini. Sudah dipastikan dia lagi molor dengan mulut terbuka ditemani guling kesayangannya.

Drrt! drrt!

Seseorang dengan sengaja menelfon gue dan mengacaukan kesunyian. Mau gak mau gue angkat.

"Kalo diangkat berarti lo belum tidur, dan kalo lo belum tidur disaat hujan gini teori yang gue dapat adalah lo lagi ngeliatin hujan benar?"

Gue menghela nafas sebentar menerima omongan panjang kali lebar itu. "Tau aja lo."

"Ekmm siapa dulu dong. Kebiasaan lo dari dulu gak berubah ya."

"Namanya juga kebiasaan, susah dihilangin. Lo sendiri gak tidur?"

"Insomnia. Biasa. Gue kadang heran, pagi lemes, siang disekolah ngantuk, malemnya insomnia."

Gue terkekeh. "Kayanya lo harus periksa deh."

"Ke rumah sakit?"

"Ke psikeater."

"Sialan lo. Jangan lupa besok kita ada praktek bedah hewan."

"Bedah? Hewan?"

"Yah. Pikun lo kumat deh. Intinya itu lah, semacam membuka organ dalam hewan untuk diteliti."

"Kok gue geli ya bayanginnya?"

"Ya gak usah dibayangin tolol!"

Gue melebarkan mata. "Lo ngatain gue totol?!"

"Kalo lo gak budek sih pasti denger."

"Cas kalo lo cuma mau ngajak gue ribut, mending gue matiin aja sambungan—"

"HEH!!"

"Apa?!"

"Jangan."

"Kenapa?"

"Nanti gue kesepian."

"Mau gue nyanyiin nina bobo?"

"Gak! Nanti bukannya gue tidur tapi setan yang dateng."

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang