30

1.2K 127 12
                                    

Hari menjelang UN semakin dekat. Yang harus gue lakukan untuk menghadapinya adalah belajar, kurangi main, dan fokus. Tapi gak bisa. Seberapa besar gue mencoba untuk fokus, pikiran gue selalu mengacaukan semuanya.

Hhh.

Kenapa sih hidup itu selalu ada masalah? Coba aja kalo yang namanya 'masalah' tuh gak pernah ada. Pasti hidup gue udah damai dan tentrem dari dulu.

"Han! Kantin gak?"

"Enggak deh, kalian duluan aja nanti gue gampang nyusul!"

"Oke!"

Sepeninggal temen temen, gue kembali menjatuhkan kepala ke meja. Sejak tadi bukannnya merhatiin pelajaran gue malah ngelamun mulu. Ternyata pengaruh Mark sebesar ini buat gue.

Gue butuh refreshing.

Meninggalkan kelas, gue menuju belakang sekolah, ya karena gue lagi males aja naik tangga buat ke atap. Yang jelas bukan semacam tempat angker yang biasanya ada didrama drama. Cukup untuk tempat menyendiri selain atap.

Gue pun duduk disalah satu pohon yang tumbang.

"Eiii diem diem bae!" kata seseorang  tiba-tiba yang membuat gue kaget. Tapi setelah melihat oknumnya, gue cuma menghela nafas tanpa mau merespon.

"Ngomong dong jangan kaya patung gini." 

Gue menatap Lucas jengah.

"Murung amat lo. Lagi banyak beban hidup ya? Sini bagi ke gue."

"Sok tau."

"Keliatan kok dari muka lo. Kalo ada masalah pasti jadi jelek." kata Lucas yang membuat gue menolehkan kepala lagi.

"Tuh kan jelek."

"Mending gue pergi aja deh, disini ada pengganggu." kata gue sembari berdiri bersiap pergi dari sini, tapi tangan gue malah dipegang sama Lucas.

"Jangan weh! Gue gak akan nggangguin lo." gue pun kembali duduk. "Lagian lo tuh kenapa sih? Dari tadi dikelas juga lo murung terus, sekarang malah menyendiri disini."

Gue diem lagi. Apa gue cerita aja ya ke Lucas? Ah tapi gue gak yakin dia bakal nanggepin serius. Yang ada malah diledek habis habisan.

"Ya udah sih kalo lo gak mau cerita. Itu hak lo."

"Mark."

"Hah?"

"Tentang Mark."

"Mark? Lo ada masalah sama dia?"

Gue ngangguk.

"Ya elah, putusin aja napa."

Tak!

"Kok jahat?!" Lucas ngelus kepalanya bekas gue pukul. Salahnya sendiri kalo ngomong asal ceplos.

"Harusnya lo kasih saran, bukannya malah main putus aja."

"Iya iya gue tau. Selesaikan masalahnya, bukan selesaikan hubungannya, kan?"

Gue kembali menghela nafas. Sebenernya sih gak terlalu penting juga mikirin hal yang kaya gini. Gak ada untungnya juga buat gue.

Tapi gimana ya, pikiran ini gak mau hilang. Sebel sendiri jadinya.

"Kayanya lo harus selingkuh juga deh." saran Lucas, membuat gue mengerutkan kening. "Biar dia cemburu juga gitu."

"Aneh lo."

"Kalo gak lo enyahin sumber masalahnya."

"Enyahin? Gue bunuh Yeri gitu?"

"Iya."

Tangan gue udah bersiap buat mukul Lucas untuk yang kedua kali. Tapi dicegat sama dia.

"Tangan lo bar bar amat deh, gue potong sekalian baru tau rasa."

"Udah deh, ngomong sama lo gak ada gunanya. Bukannya masalah gue selesai yang ada malah gue sendiri yang pusing karena semua omongan lo."

Gue berdiri terus melangkahkan kaki buat pergi.

Akhh! Hancur kan mood gue hari ini!

Niat mau nenangin diri malah digangguin setan.

Grep!

Dengan tiba-tiba Lucas narik tangan gue dari belakang terus meluk gue tanpa ijin. Gue yang kaget cuma diem Lucas ngelakuin hal ini.

"Jangan marah dong. Gue gak suka tau."

Gue mengerjapkan mata berkali-kali, sadar kalo apa yang Lucas lakuin salah.

"Lepas Cas, ini sekolah. Gue gak mau kalo sampe ada yang liat." kata gue sambil berusaha ngelepasin pelukan Lucas yang susahnya minta ampun.

Bukannya ngelepasin, Lucas malah ngeratin pelukannya.

"Lucas!"

"Gue tau lo suka kan kalo dipeluk, apa lagi sekarang lo lagi ada masalah. Diem dulu coba."

Gue nurutin omongan Lucas. Emang sih gue suka dipeluk, itu bisa membuat gue tenang dikit. Dulu Lucas sering meluk gue pas gue lagi banyak masalah.

Ya gak sesering itu juga sih, dan itu dulu sebelum gue punya pacar. Setelah Mark ada dihidup gue, Lucas jarang atau bahkan gak pernah meluk gue lagi.

Tapi sekarang terjadi setelah sekian lama.

Dari jauh gue liat sekilas cahaya mengarah ke arah sini, cuma sedetik habis itu hilang.

Perasaan gue malah jadi gak enak. Kira-kira itu tadi apa ya?

Lucas ngelepasin pelukannya. "Kuy balik. Gak baik lama lama ditempat sepi berduaan. Yang ketiga setan." kata Lucas terus jalan mendahului gue.

"Cas, kok lo tau sih gue lagi disini? Lo ngikutin ya?"

"Enak aja, dari pada ngikutin lo mending juga ke kantin."

"Lah terus?"

"Tadi tuh gak sengaja aja lewat. Terus dari jauh liat lo lagi duduk sendirian, apalagi diatas kepala lo ada awan mendung. Jadi gue berusaha ngilangin awan mendungnya biar gak ngehujanin lo."


To be continued~




Lucas kita sudah berhijrah kawand kawand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lucas kita sudah berhijrah kawand kawand

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang