13

1.3K 163 1
                                    


Tepat saat Lucas ngomong gitu, bahu gue ditarik kebelakang dan disuruh berdiri. Meninggalkan Lucas yang masih terkapar dibawah.

"Gak usah deket deket cewek gue lo." kata Mark. Lucas berdiri sambil nepuk nepuk celananya dari kotoran.

Lucas tersenyum miring. "Yang bener aja? Asal lo tau, gue sama Hani udah kenal jauh lebih lama dari pada lo."

"Kenal lebih dulu bukan urusan gue, yang penting sekarang dia punya gue."

Gue menatap Mark dan Lucas bergantian, nih dua orang emang suka cari gara gara. Gak pernah akur.

"Udah udah!" mereka yang lagi adu pandang langsung natap gue. "Malu diliatin, ini kantin ya asal kalian tau. Kalo mau berantem tuh dilapangan biar enak." gue menunjuk lapangan dibelakang.

"Tapi Han—"

"Mark stop, i'm oke." ucap gue berusaha menenangkan amarahnya.

"Kalian mending bubar aja deh." usir gue buat kedua oknum.

Mereka mulai beranjak pergi, tapi sebelumnya Mark sempat memberikan tatapan sengitnya dan dibalas rolling eyes sama Lucas.

***

"Gak mau!"

"Sama gue aja ya please."

"Gue bilang gak mau ya gak mau. Titik!"

Menghentikan langkah, gue berbalik menatap Lucas malas.

"Beneran? Yakin?" Lucas menaik-turunkan alisnya. Bikin makin nyebelin aja.

"Sejak kapan gue keliatan gak yakin?" kata gue sambil melipat tangan di dada.

"Gue tinggal nih?"

Gue mencibir. "Iya ih! Pergi yang jauh hush!"

"Yeuu lo kira gue hewan?"

"Mirip."

"Ya udah, kalo Mark ngapa-ngapain lo harap hubungin gue." teriak Lucas. Gue masih berdiri ngeliatin punggung Lucas yang mulai jalan menjauh dan hilang dibalik pagar.

Alasan gue menolak pulang bareng Lucas ya hanya satu. Yaitu Mark. Daripada pulang sama Lucas yang ada gue makin badmood mending sama Mark aja yang notabene nya adalah pacar gue.

Cari aja kali ya?

Gue memutuskan buat nyari Mark, berjalan melewati lorong sambil ngirimin dia chat.

"Aduh!"

Sontak gue menatap ke seseorang yang baru aja gue tabrak. Buku buku dia pada jatoh semua.

"Maaf maaf gak sengaja." ucap gue menyesal, niat mau bantuin ngambilin buku dia tapi ditahan.

"Kalo jalan pake mata dong. Udah gue bisa sendiri." kata dia ketus terus jongkok buat ngambilin buku yang berserakan dibawah.

Dih judes banget.

"Yeri!" suaranya dari arah depan. Dan gue tau siapa pemilik suara itu.

Hmm. Jadi dia Yeri. Cewek yang menjabat sebagai wakil ketua osis dan anak kelas unggulan.

"Kok berantakan gini?" tanya Mark pas udah disebelah Yeri. Dia juga ikut bantuin.

"Tadi gak sengaja jatoh, soalnya berat." kata Yeri, sambil senyum ke Mark.

"Han? Kok diem aja? Bantuin dong." gue mengerjapkan mata beberapa kali buat kembali sadar.

"Eh? Iya."

Gak butuh waktu lama sih sampe semuanya beres. Dan gue udah bersiap ngomong ke Mark,

"Mau minta anter?" potong Mark. Gue ngangguk.

"Sorry, aku gak bisa. Akhir akhir ini aku bakal sibuk ngurusin pertandingan futsall, yah sebagai ketuanya kamu tau kan aku sibuk."

Gue mengangkat satu alis. "Tapi kita kan udah kelas 12, bukannya harus pensiun sama dunia eskul?"

"Iya sih, masih dikasih waktu kok, aku juga bakal diskusiin siapa yang bakal gantiin aku sebagai ketua." gue mengangguk paham.

Lalu mata gue beralih menatap Yeri.

"Untuk Yeri dia kan masih menjabat sebagai wakil ketua osis, dia juga ditugasin buat daftar sama ngabsen anggota futsall." balas Mark seakan ngerti isi pikiran gue.

Gue mengdengus. Padahal gue udah nolak ajakan Lucas tadi. Tau gini mah tadi gue ikut aja.

"Mau aku pesenin taksi? Apa grab?" tawarnya. Gue sontak menggeleng.

"Enggak usah. Aku naik bis aja."

"Kamu ada duitnya? Nih aku kasih buat ongkos." Mark ngeluarin duit dari saku celananya terus disodorin ke gue.

Gue diem beberapa saat menatap benda yang berada ditangan Mark. Gue masih ada duit kok, tapi itu berlaku buat tiga jam yang lalu. Andaikan aja tadi bendahara kelas gak sibuk keliling buat nagih gue untuk bayar kas.

"Emm gak ada sih—"

"Ya udah ini ambil." Mark narik tangan gue dan naroh duitnya disitu.

"Aku pergi dulu. Hati-hati Hani."

Mark dadah ke gue diiringi senyuman manisnya, berbanding terbalik dengan Yeri yang justru memberikan tatapan ketus.

To be continued~

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang