26

1.1K 148 0
                                    


Hari yang berat hari ini akhirnya udah berlalu. Banyak dari anak anak seruangan gue pada tanya ini itu. Dan gue selalu menggelengkan kepala setiap kali ada yang nanya. Rasanya bener bener capek banget.

Jadi gini rasanya ketika difitnah?

Mau membela diri pun gak gue gak punya bukti.

Membereskan buku, gue keluar dari ruangan bersiap pulang.

"Hani! Pulang bareng kuy?"

Itu suara Lucas, yang dengan tiba tiba muncul entah dari mana. Gue cuma ngangguk ngeiyain. Tapi sebelum gue bisa beranjak jauh dari sekolah, suara pengumuman menghentikan langkah gue.

"Siswi kelas 12 bernama Kim Hani diharap bisa keruangan bk sekarang, ada hal penting yang harus dibicarakan. Terimakasih."

Deg!

Ruang BK?

Gue?

"Emang dasar cewek gak tau diri, bukannya seneng dompetnya udah ketemu eh malah ngelaporin lo." gumam Lucas disamping gue.

Gue menghembuskan nafas panjang. "Kayanya gue bakal dapet masalah besar."

Lucas ngelus pundak gue. "Gue temenin ya?"

Gue pun jalan ke ruang bk ditemenin sama Lucas. Dari tadi jantung gue gak bisa berdetak normal. Pikiran pikiran buruk mulai menghantui otak gue.

Pas udah sampe, gue gak berani buat buka pintu dan malah berdiri mematung didepan.

"Permisi." Lucas membuka pintunya, didalem gue liat ada guru bk pak Kai. Disampingnya ada Yeri.

Gue yakin 100% kalo Yeri ngaduin gue tentang semua ini. Iya, ngaduin tentang kebohongan.

"Masuk."

Lucas ikut masuk diikuti gue. Gue kira dia nemenin sampe depan doang ternyata enggak. Gue duduk berhadapan sama Yeri.

"Hani, tau kenapa kamu dipanggil kesini?" pak Kai memulai percakapan.

Gue ngangguk.

"Kenapa kamu mencuri?" kata pak Kai membuat gue menatapnya gak percaya.

"Hani gak mencuri pak, saya bisa jamin itu." kata Lucas.

"Siapa yang nyuruh kamu ngomong? Saya lagi bicara sama Hani. Jadi lebih baik kamu diam."

Lucas langsung diem habis pak Kai ngomong gitu.

"Demi Tuhan pak saya gak mencuri, saya aja gak tau gimana dompetnya Yeri bisa sampe ada di loker saya."

"Kamu gak usah bawa nama Tuhan kalo emang salah."

Gue melebarkan mata. Kok kesannya pembelaan gue ini gak ada artinya.?

"Percaya sama saya pak, saya gak mencuri."

"Bohong itu pak. Hukum aja Hani!" Yeri nunjuk gue dengan wajah emosi.

"Kamu pikir Yeri yang sengaja melakukan itu semua? Semua orang disekolah ini juga tau kalau dia anak baik baik."

Gue melirik Yeri yang lagi mainin kukunya.

Baik katanya?

Tampang doang yang keliatan baik. Dalemnya busuk.

"Pak guru cuma mau kamu mengakui kesalahan kamu itu saja."

"Loh pak tapi Hani gak bersalah masa suruh ngaku sih?!" kata Lucas agak keras.

"Kamu bisa diam?"

"Gak bisa gini dong pak, ini namanya gak adil. Saya gak bisa diem aja ngeliat Hani dituduh. Han, ayo mending kita keluar aja." Lucas ngambil tangan gue lalu dibawa keluar dengan buru buru.

"Lucas!! Kamu jadi anak gak sopan banget! Kembali!"

Gak menghiraukan ocehan pak Kai dibelakang. Gue masih ditarik Lucas yang entah bakal dibawa kemana.

Ternyata atap.

Ya. Lucas bawa gue ke atap.

"Lo bisa nenangin diri dulu disini. Mau berapa jam, kapanpun, gue tungguin kok. Atau kalo lo mau sendirian gue bakal pergi."

"Cas berhenti."

Lucas berbalik natap gue.

"Temenin gue disini." dia senyum terus berdiri disamping gue. "Lo tau Han?"

"Hm?"

"Dunia kadang suka berlaku gak adil. Tergantung seberapa kuatnya lo. Semakin lo bisa menghadapinya semakin berat juga nanti cobaannya."

"Satu yang harus lo inget. Jangan putus asa. Semua pasti ada jawabannya."

Gue diem gak jawab omongannya Lucas. Bener sih apa katanya. Hidup ini kaya level di game. Ada tingkat kesulitan tersendiri.

Gue gak tau salah gue dimana sampe Yeri kaya gitu ke gue. Punya jabatan udah, wajah oke, otak punya, tapi kalo hati kosong. Kayanya hidupnya gak akan tenang kalo gak bikin orang lain sengsara.

Ini mungkin baru tahap awal yang Yeri lakuin ke gue. Dan nantinya masih banyak yang akan terjadi, gue yakin itu.

Yang harus gue lakukan yaitu mencoba menghadapinya.

Lagi sibuk sibuknya ngelamun, mata gue menangkap objek yang sangat tidak asing. Sepasang insan yang lagi jalan dengan ceweknya menggandeng si cowok. Atau mungkin kata lainnya saling menggenggam tangan satu sama lain.

Lagi lagi mata gue ditutup sama sesuatu yang besar.

"Lucas, lepas."

"Didepan ada kecelakaan. Lo yakin mau liat?"

"Gue udah liat."

"L-liat apanya? Kecelakaannya?"

"Mereka. Lepas aja, gue gak apa apa."

Lucas melepas tangannya dari mata gue. Gue liat mereka udah menuju gerbang sekolah.

Hm.

Gak sadar ya dari tadi gue liatin dari atas sini.

Buru buru hp gue ambil.

"Kamu dimana? Udah pulang?"

"Lagi nongkrong nih sama the geng."

"Oh sama mereka, kirain kamu habis jalan."

"Iya ini jalan sama mereka."

"Tapi kok aku kaya ngeliat kamu jalan sama cewek ya?"

"Salah liat kamu, kan yang mirip kaya aku banyak."

"Eh mas kalo mau bohong tuh yang pinter dikit kenapa?!"

Lucas yang ada disebelah gue malah ikut ngomong dengan suara kenceng.

Auto gue tampong mulut nya.

"Sttss!"

"Jadi kamu lagi sama Lucas?"

"Iya."

"Sekarang sukanya sama Lucas terus kemana mana gitu ya?"

"Dari pada suka sama kamu, kamunya banyak drama."

To be continued~

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang