31

1.1K 134 2
                                    


Pelajaran berlangsung seperti biasa, dan seperti biasanya juga gue selalu ngantuk. Yang gue harapkan saat ini cuma satu, yaitu waktu cepat berlalu.

"Dari yang ibu jelaskan tadi, apa ada pertanyaan?" tanya bu guru sambil nutup spidol.

"Saya bu!" Lucas ngangkat tangannya.

"Iya Lucas?"

"Saya mau nanya bu. Berapa energi potensial dari sebuah cinta yang digantung sepuluh meter diatas permukaan laut?"

"Huuuu!!"

Langsung aja anak kelas pada nyorakin Lucas. Ya karena pertanyaan itu gak nyambung banget dan termasuk gombal.

"Bu saya bu!"

"Iya Haechan?"

"Singkatan fisika tuh apa bu?"

"Saya bisa jawab bu!" lagi-lagi Lucas ngangkat tangannya antusias.

"Ekhem, singkatan fisika itu Fikiranku ISInya KAmu."

Buguru senyum senyum karena gombalannya Lucas. Apalagi anak kelas tambah heboh nyorakinnya, pake ada acara siul segala. Kalo gini mah berakhirlah rasa kantuk gue.

Haduh.

Bu guru ikut senyum. "Sudah sudah, ibu tutup pelajaran siang hari ini. Terimakasih."

Setelah bu guru keluar kelas, anak anak langsung pada berhamburan keluar begitupun gue. Nih perut gak bisa berhenti keroncongan dari tadi.

Gue sama temen temen pun keluar kelas menuju kantin. Tapi baru aja keluar, tangan gue ditarik paksa sama seseorang.

"Eh lepasin!"

Herannya temen temen gue gak ada yang bantuin. Pas gue liat orangnya ternyata Mark. Pantes aja gak ada yang bantuin.

Lagian ngapain sih Mark narik tangan gue kasar banget, malah gue diajak ketempat sepi dilorong.

"Lepas Mark!" lalu tangan gue dihempas.

"Kenapa sih pake acara narik paksa kaya gitu? Baik baik bisa kan? Liat tangan aku jadi merah!" kata gue dengan nada tinggi.

"Ini apa?"

Mark nunjukin sebuah foto dari hpnya. Disitu ada foto orang pelukan. Tapi kalo diliat liat letaknya kok kaya dibelakang sekolah ya?

Dan cowoknya itu kok mirip sama—
Lucas?

LUCAS?!

Dan GUE?!

"Ini kamu kan sama Lucas yang lagi pelukan dibelakang sekolah?"

Gue gak jawab pertanyaan Mark, mata gue masih sibuk mengamati foto yang ada dihadapan gue. Sempet sempetnya seseorang motoin gue sama Lucas.

Sialan.

"Jawab!"

Gue mengerjap kaget karena bentakan Mark yang gak gue duga.

"Iya itu aku sama Lucas." jawab gue.

"Untung aja ada yang ngirimin aku foto ini kalo gak, mungkin kalian bakal berbuat lebih dibelakang aku."

Berbuat lebih?

"Mark, dia meluk cuma buat nenangin aku udah itu aja." kata gue berusaha menjelaskan yang sebenarnya. Tapi dari raut wajahnya Mark, kayanya dia gak akan percaya sama omongan gue sekarang.

"Mesra gitu kok. Oh aku tau sekarang, kamu cemburu karena aku deket sama Yeri jadi kamu selingkuh sama Lucas iya kan?"

"Mark! Aku gak selingkuh! Aku sama Lucas cuma pelukan aja gak ada hubungan apapun!"

"Kamu pikir cuma kamu yang bisa kaya gitu sama Lucas? Aku juga bisa Han. Bahkan lebih dari sekedar pelukan."

Lebih dari sekedar pelukan? Dari sini gue udah mulai yakin kalo perasaan dia udah berpindah ke Yeri.

"Apa kamu udah bosen sama aku makanya cari yang lain? Ternyata semua cewek tuh sama aja ya? Gak puas sama satu cowok malah cari cowok lain."

"Murahan."

Gue gak salah denger kan? Mark bilang murahan ke gue?

"Kamu bilang apa Mark? Coba ngomong sekali lagi!" kata gue yang mulai tersulut emosi.

"Tuli hah? Kamu itu cewek murahan."

Plak!

Reflek gue nampar Mark kenceng banget. "Kurang ajar!"

Bisa bisanya Mark ngatain gue murahan. Dia pikir gue cewek macam apa. Dibandingin sama perbuatan dia ke Yeri jelas gue belum apa apa. Gue menyeka air mata yang hendak jatoh.

Gak! Gue gak boleh nangis karena Mark.

Air mata gue terlalu berharga buat si bajingan itu.

Gue menghela nafas lalu menatap Mark. "Kamu tau Mark? Hal yang aku sesalin didunia ini adalah kenal sama kamu."

***

Tin! Tin!

"Mba! Kalo jalan liat liat dong!"

Gue minta maaf berkali kali ke bapak bapak itu terus lanjut jalan. Lagi lagi pikiran gue buyar entah kemana, untung aja tadi gue gak ketabrak.

Entah kenapa situasi jadi kaya gini. Gue gak suka, gue pengen semua kembali seperti semula, dimana gue sama Mark masih saling mencintai, ketawa bareng, suka duka bareng.

Tapi sekarang semua udah berubah. Jujur aja dalam lubuk hati, gue masih cinta sama Mark. Disisi lain perkataannya tadi yang gak akan gue lupain dan sikapnya yang udah keterlaluan banget.

"Tumben jalan? Biasanya naik bus?" seseorang nyamain langkah kaki gue. Gue berhenti lalu menghadap Lucas.

"Gara gara lo Mark jadi makin marah ke gue!" kata gue dengan nada tinggi. Lucas natap gue bingung.

"Kok gue?"

Gue berkacak pinggang. "Coba aja lo gak meluk gue kemaren. Pasti sekarang situasinya gak akan kaya gini."

"Gue meluk lo karena lo lagi banyak masalah. Wajar dong gue kaya gitu sebagai sahabat."

"Tapi lo tau sendiri gue udah punya pacar kenapa ngelakuin hal kaya gitu? Atau lo sengaja biar Mark liat terus kita putus?" kata gue sarkas. Disaat kondisi jiwa gue lagi down entah kenapa semua orang disekitar gue marahin.

Pokoknya semuanya salah.

"Lo ngomong apa sih Han? Gue gak mungkin kaya gitu."

"Ah udah deh! Ngomong sama lo yang ada gue makin badmood."

Gue kembali jalan, meninggalkan Lucas dan segala ocehannya dibelakang sana.

To be continued~

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang