28

1.1K 145 2
                                    


"Permisi tuan putri! Pangeran sudah datang!"

Bersamaan dengan suara teriakan itu, pintu terbuka. Dan masuklah seorang manusia berjenis kelamin laki-laki yang sebentar lagi akan membuat rumah gue kaya kapal pecah.

"Yeu elo, gue dateng bukannya disambut kek ini malah masih tiduran didepan tv."

"Nyambut lo? Kurang kerjaan amat."

Gue yang pada saat ini posisi kaki diluruskan memenuhi sofa gak terlalu peduli akan kedatangannya Lucas.

Lagian rumah ini udah dianggep rumah sendiri sama dia. Jadi kalau Lucas mau apa-apa gak harus gue persilahkan.

"Lo sendirian lagi?" tanya Lucas.

"Hooh."

"Kasian amat lo. Minggir."

Kaki gue dihempas begitu saja kebawah.

"Sok iya banget lo make celana pendek, kaki buluk gitu aja bangga."

Gue menatap Lucas sengit. "Denger ya, lo kalo mau menghina gue mending keluar aja deh. Tuh pintunya ada didepan lo."

"Tuan rumah macam apa lo? Tamu baru dateng masa langsung diusir? Nih." Lucas ngasih gue kresek yang isinya tupperware.

Sepertinya ku mencium bau bau makanan enak nih.

Dan bener aja, begitu gue buka isinya sandwitch.

"Gue yang bikin loh ini."

"Dunia pun gak akan percaya sama ucapan lo Cas. Begitupun gue, jelas jelas ini bikinan bunda." gue pun mulai makan, tanpa menghiraukan orang yang ada disamping.

"Han."

"Hmm?"

"Lo yakin?"

"Yakin apa?"

"Masih mau bertahan sama cowok tukang selingkuh itu?"

Acara makan berhenti, gue menatap Lucas. "Lo ngatain Mark tukang selingkuh?"

Lucas menggendikan bahu. "Ya emang faktanya gitu kan?"

"Lo cuma liat dia luarnya aja, kalo dalemnya lo kan gak tau."

Perkataan Lucas sih agak bener. AGAK YA. Gue awalnya juga langsung berpikir kaya gitu pas liat Mark sama Yeri mulu. Tukang selingkuh, php, mentang mentang Yeri lebih cantik gue dianggep gak ada.

Pikiran gue berusaha berkata kalo semuanya bakal baik baik aja dan akan kembali seperti sediakala. Tapi kenapa hati gue berkata sebaliknya?

Mungkin aja semua pemikiran negative gue gak bener?

Ya sebagai manusia yang banyak dosa kita kan gak boleh suudzon? Yang ada dosanya malah nambah lagi.

"Alah dalem sama luarnya juga sama aja. Menyebalkan." kata Lucas, yang langsung gue tatap tajem.

"Lo ngaca gak? Apa gak punya kaca? Sifat sama kelakuan lo itu malah lebih nyebelin tau gak."

"Gue mah masih mending nyebelin diluar tapi baik didalem. Lah dia?"

"Jadi ceritanya lo lagi banding bandingin diri lo sama Mark pacar gue?"

"Enggak. Gue cuma menilai dia yang sekarang punya dua muka."

Lucas mikir gak sih? Masa ngejelek jelekin Mark didepan gue sih.

"Stop Cas. Berhenti bacot."

"Lah siapa yang bacot? Gue ngomong apa adanya kok."

Lagi lagi gue mengabaikan Lucas dan segala omongan yang keluar dari mulutnya. Menyumbat telinga gue dengan heatsed sambil ngelanjutin makan lebih ena.

"Gue cuma gak mau ngeliat lo sedih nantinya."

"Hah? Lo ngomong apa?!" kata gue agak keras. Gara-gara setel musik kenceng, gue jadi gak denger Lucas ngomong apa.

Denger sih. Tapi gak jelas.

Bukannya jawab dia malah geleng sambil sibuk sama hpnya. Gue ngelongok dikit ternyata lagi main game.

Iyain deh.

"Han, lo kapan main kerumah gue?"

"Apa? Mandi? Gue udah mandi!"

"Main, bukan mandi!"

"Hah? Makan?!"

Heatsed yang gue pake malah dicopot paksa sama Lucas. Emang sialan tuh bocah.

"Apa apaan lo? Main lepas aja."

"Bodoamat. Gue nanya, lo kapan main kerumah gue?"

"Kenapa emangnya?"

"Bunda pengen ketemu lo."

"Kangen ya sama calon mantu?"

"Iya."

"Dih? Kok ngeiyain? Gue kan bukan jodoh lo."

"Jodoh mah gak akan kemana Han. Bisa aja lo ditakdirkan untuk gue?"

Gue menatap Lucas jijik. "Jodoh sama lo? Ogah amit amit. Cowok didunia ini masih banyak yang lebih dari lo."

Heatsed kembali gue pasang.

"Ini lo gak mau makan juga? Nih." gue tawarin sepotong ke Lucas.

Tapi dianya cuma geleng pelan dengan muka murung terus kembali ngelanjutin kegiatannya sama hp. Kaya malah jadi gak bersemangat gitu. Padahal kan tadi Lucas sibuk banget bikin gue kesel.

"Ih aneh banget. Lo gak pulang?"

"Bentar, masih main."

"Lo gak ditungguin bunda emangnya? Kan udah malem."

"Lagian lo sendirian dirumah, bunda juga nyuruh gue buat nemenin lo."


To be continued~

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang