17

1.3K 147 5
                                    

Dihari weekend besok, anak anak kelas gue sepakat bakal pergi ke dufan. Yang ngusulin pertama kali si Xiaojun. Katanya sih untuk refrehsing sebelum bermacam-macam ujian dimulai.

Suasana kelas pun jadi ricuh, faktor utama karena sekarang lagi jam kosong.

"Jadi siapa aja nih yang mau ikut? Harus fix ya." tanya Xiaojun yang berdiri didepan. Sebagai ketua kelas, dia yang ngurusin semua jalannya liburan ini.

Anak-anak yang ikut satu persatu ngacungin tangannya terus didata sama sekertaris. Sedangkan gue masih bergelut dengan pikiran gue sendiri.

Jakarta kan jauh, belum ongkosnya.

Seseorang nyenggol bahu gue. "Han, lo ikut kan?"

"Gak tau." ucap gue bingung.

"Kok gak tau?"

"Lo tau sendiri Jakarta jauh, sayang banget kalo duit tabungan gue ambil."

Lucas narik kursinya terus duduk disebelah gue. "Gampang."

"Gampang?"

"Jual aja sepatu Gucci lo, dijamin harganya lebih dari cukup buat ongkos."

Spontan tangan gue mukul kepalanya. Yang bener aja gue harus jual nih sepatu pemberian dari om Suho. Gak menghargai banget namanya.

"Ish! Gak usah pake acara mukul bisa? Gue gak mau kena geger otak gara-gara lo!" Lucas meringis sambil ngelus kepalanya.

Gue merolling eyes. "Lebay."

"Oi! Kalian berdua ikut gak?!" teriak Xiaojun—nunjuk gue sama Lucas.

"Gue bingu—"

"Kita jelas ikut dong! Iya kan Han?" Lucas nyenggol lengan gue sambil naik naikin alisnya.

"Oke." Xiaojun ngacungin jempol.

Dih. Apa apaan? Main motong omongan gue seenak jidat.

Gue mendelik ke Lucas. Dianya cuma natep gue bingung.

"Selow bro. Lo kalo mau pinjem duit gue juga no problem."

"Gue gak mau pinjem. Gue maunya dibayarin." gue melipat tangan didada.

"Oke kalo itu yang lo mau."

Gue menatap Lucas gak percaya. Gak gak. Gak mungkin. Ada maksud tersendiri pastinya. Iya, pasti.

"Asalkan entar malem lo harus temenin gue ke mall."

Kan.

Hmm.

Hhhh.

Mall doang kan? Gak apa-apa deh.

"Ya udah." kata gue pasrah.

"Nanti malem lo dateng kerumah gue."

"Kok gue? Kenapa gak lo aja?"

"Tidak menerima penolakan."

Ya Tuhan. Kuatkan lah hambamu ini menghadapi spesies seperti Lucas.

***

"Loh Mark? Udah nunggu lama?" tanya gue melihat Mark yang gak seperti biasa udah stay didepan kelas gue.

Sangat jarang dia kaya gitu. Seringnya sih gue yang ke kelasnya buat nungguin atau emang kita udah janjian sebelumnya.

Mark ngecek jam tangannya. "Lima menit."

Tengil | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang