11

4.2K 280 86
                                        

Saint pun menghilang setelah hari itu. Hari dimana Saint mengungkapkan kebenarannya kepada seluruh awak media Thailand. Dan bagaikan debu yg tertipu angin, Saint pun perlahan terlupakan. Tak ada lagi berita dan cibiran tentang Saint. Sudah tak ada media yg berbaris di depan condominium TEMPT untuk meminta klarifikasi. Saint hilang. Seakan ia tak pernah ada.

di saat yg bersamaan, Perlahan-lahan kesehatan Perth mulai membaik dan aktifitas TEMPT pun kembali normal. Semuanya terjadi seolah-olah tidak pernah ada seorang Saint Suppapong dalam kehidupan TEMPT, dalam kehidupan Perth. Perth pun tidak pernah lagi menanyakan tentang keberadaan Saint, tidak berusaha mencari nya, bahkan sekedar menanyakan kabar Saint kepada P'Pupae pun tidak. Perth sangat kecewa dengan sikap Saint saat konfrensi pers.

Suatu saat Title menghampiri Perth yang sedang duduk melamun sendiri di balkon. Title mengayunkan lengannya pelan untuk menyentuh pundak Perth. Perth terkejut dan langsung memutar kepalanya ke arah tangan itu berasal.

"Perth, kau tidak apa-apa? Apa masih memikirkan Saint?" tanya Title.

"Tle, jangan sebut-sebut nama pria brengsek itu lagi di depanku. Setiap kali aku mendengar namanya, rasanya aku ingin sekali marah. Aku tak percaya aku sudah menyumbangkan ginjalku untuk orang seperti dia" kata Perth marah.

Benar, Perth masih sangat marah pada Saint. Perth seolah ingin menghapus semua memori dan kenangan bersama Saint di dalam otaknya. Perth hanya bisa membiasakan dirinya seolah-olah mereka tidak pernah bertemu. Tidak pernah ada pria bernama Saint Suppapong di hidupnya.

"Perth, kau tidak boleh berkata begitu, kau memberikan ginjalmu karena cinta, kan? Karena kau mencintainya baru menyumbangkan ginjalmu untuknya. Jangan menyesal..."

Perth terperanjat mendengar sebuah kata sakral yang pernah di ucapkannya kepada seorang pria yg telah mengkhianatinya. Perth berdecih angkuh.

"Cinta? Seperti nya Saint benar, apa yang aku rasakan ini bukanlah cinta, hanya perasaan kasihan saja. Saat itu ia sekarat dan hampir mati, aku hanya ingin menolongnya"

"Apa kau serius mengatakan hal itu??" tanya Title serius. "Menurutku, seharusnya kau tidak usah memberikan ginjalmu pada Saint bila itu hanya sebuah perasaan kasihan. Saint pasti tidak akan mau menerima ginjal tersebut. Selama ini dia pasti merasa kau memberikan ginjal karena kau mencintainya. Kasihan Saint... Harusnya biarkan dia meninggal dalam ketenangan saja daripada begini"

Dengan binar mata kosong yg memandang hamparan luas di depan matanya, Perth mengangguk pelan. "Seharusnya aku membiarkan dia mati dalam ketenangan. Benar, harusnya aku membiarkannya mati saja".

Bibirnya sedikit bergetar mengatakan kalimat itu. Seakan tak rela.


-Kau benar membencinya, Perth? Meskipun kau tidak tau keadaannya yg sebenarnya?


Title menghembuskan nafas pelan mendengar jawaban Perth yg seperti tidak punya hati itu. Tangan Title melingkari pundak Perth dan menepuknya pelan.

"Kuharap Saint tidak akan pernah mendegar kata-kata itu dari mulutmu. Jika tidak, mungkin Saint akan memilh mati daripada hidup dalam kebencianmu"

Dan Title pun beranjak pergi meninggal sesosok pria keras kepala yg bahkan tidak bisa mendengar isi hatinya sendiri. Manik mata Perth masih menatap kosong hamparan taman di depan matanya. Sudah lama wajah Saint tidak pernah muncul lagi di tiap malam Perth. Ada secuil kerinduan di sudut hatinya akan sosok manis itu.

Tapi tidak, Perth sudah menguatkan hatinya dan tekadnya sudah bulat untuk melupakan pria tidak tau diri itu. Ia tak akan membiarkan bayangan kecil Saint menghancurkan dinding pertahanannya yg sudah ia bangun susah payah. Melupakan Saint adalah keputusan yg tepat.

BAD LIAR (PerthSaint) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang