satu

16.2K 376 3
                                    

Hingar bingar di tengah kota jakarta, tak menyulut niat seorang gadis untuk menuju tempat yang akan jadi tujuannya.

Teriknya matahari tak membuat ia berhenti mengembangkan senyumnya. Ini hari baru bagi ia setelah sekian lama tak berkunjung ke sini.

Melambai sebelah tanganya untuk memberhentikan angkutan umum. Terlalu malas ia jika harus memesan kendaraan secara online.

Sampailah di tempat tujuannya, menyetop angkutan umum pas sekali dengan toko bunga langganannya saat dulu.

Ia berfikir sudah tak ada lagi toko bunga ini, namun dugaannya salah. Dulu pemilik toko ini adalah sepasang suami istri paruh baya, dan sekarang di teruskan oleh cucu perempuannya.

triiing

Berbunyilah lonceng di atas pintu pertanda masuknya seseorang ke dalam toko. Berbagai bunga di sini sungguh terawat, ada sekitar 4 - 5 karyawan untuk saat ini, dulu tak ada karyawan disini. Mungkin karena banyaknya pembeli yang berminat hingga akhirnya memiliki karyawan yang cukup yakni dua orang laki laki muda, satu orang wanita paruh baya dan dua orang gadis remaja.

"Permisi, saya ingin mawar putih"

Pesannya dengan ramah, para karyawan pun terlihat sangat ramah. Mereka murah senyum, sepertinya mereka menikmati pekerjaan disini.

"Tentu, mohon tunggu" kata gadis remaja karyawan disini.

Setelanya ia menerima dan pergi ke kasir untuk membayar, tak lupa ia mengucapkan terimakasih.

Berlari - lari kecil ia menelusuri jalan, sambil bersenandung dengan senyum yang mengembang. Di hirupnya mawar putih itu dengan gembira.

Sampailah ia di depan gerbang TPU, ya itu tujuannya.

Mencari nama yang ia kenal, sedikit ia lupa mengenai posisinya. Saat ia menengok ke kiri terlihatlah dua pohon kembar yang sudah tua, dari situ ia sudah mengetahuinya.

Sedari dulu memang dua pohon inilah yang menjadi patokan ia mencari dimana rumah Bunda nya yang berbeda.

Sudah berdiri di hadapan nisan bertuliskan Syila Putri Nadia, ya dia alm. Bunda nya yang sudah meninggalkannya sejak ia berumur 10 tahun.

"Hallo Bunda, sesuai janji saat sudah sampai aku akan mengunjungi Bunda. Maafin Ica ya Bun tadi Ica sempet lupa dimana rumah Bunda."

Matanya sudah berkaca kaca, namun ia tetap tersenyum, ia tak ingin mengingkari janjinya kepada sang Bunda untuk tidak menangis kembali.

Setelahnya ia menunduk mendoakan sang Bunda agar tenang di alam sana dan di tempatkan di tempat di sisi-Nya.

My possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang