Ica hanya diam di pelukan Aland, setelahnya Ica sadar lalu melepaskan pelukannya dan menunduk.
Aland hanya menatap Ica yang sudah pucat pasi, dirasa kaki Ica masih gemetar dan tangannya dingin.
"Yaudah ayo balik" Aland menggenggam tangan Ica dengan lembut sementara Ica hanya bisa diam mengikuti Aland, ia juga tak menolak di genggam Aland karena kakinya masih gemetar juga ia butuh tenaga.
Mereka berdua jalan dalam keheningan dan berjalan dengan tangan yang saling bertautan.
"Nama lo?" tanya Aland di sela sela keheningan.
"Alisya lo boleh panggil Ica, dan lo?"
jawab Ica dan bertanya balik."Aland" sungguh pembicaraan yang singkat. Mungkin Aland termasuk orang yang pendiam tak ingin banyak bicara, jadi Ica hanya diam menikmati keheningan di antara keduanya.
Tiba di warung samping sekolahnya disana terlihat ramai dengan siswa yang paling dominan dan adapun siswi hanya beberapa.
Saat sampai banyak yang memperhatikan mereka berdua, Ica hanya diam menunduk.
Aland mengeratkan genggamannya ketika melihat Ica menunduk dan ada siswi yang menghampiri mereka berdua Ica mengingatnya Windi namanya yang tadi di kantin.
"Lo dari mana aja? lo gapapa kan?" tanya Windi kepada Aland, Aland hanya mengangguk sekilas menjawabnya.
Setelah itu Ica merasa Windi sedang memperhatikannya dari atas sampai ujung kakinya.
Cowo berperawakan tinggi dengan rambut lebat menghampiri Aland dan memperhatikan Ica kaget dan melihat genggaman tangan Aland pada Ica.
"Gue balik dulu bang" Ucapan terakhir Aland sebelum meninggalkan mereka semua dan menuju mobilnya.
***
"Makasih ya udah anterin sampe rumah" ucap Ica tulus dengan senyum tipis yang ia berikan.
Aland mengangguk menanggapi ucapan Ica.
"Gue balik ya, besok gue jemput" berpamitan pada Ica lalu menjalankan mobilnya dengan cepat, sedangkan Ica masih diam di tempat memikirkan ucapan Aland.
Menepis pikiran yang membuat ia terdiam segera ia masuk ke rumah yang sepi itu.
Di dalam sungguh sepi tak ada satu orang pun di rumah ini mungkin semuanya belum pulang huh kini Ica sendiri mungkin sampai malam.
Karena memang keluarganya sedang menghadiri undangan dari kolega perusahaan keluarga.
Setelah mengunci kembali pintu ia segera ke kamarnya di lantai 2 yang bercat putih abu itu, sungguh Ica menyukai warna putih apalagi abu - abu entah kenapa ia menyukainya.
Melempar tas nya ke sofa dekat balkon ia merebahkan diri di tempat tidur sejenak memikirkan kejadian tadi dimana ia bisa terjebak dalam sebuah tawuran untunglah Aland menyelamatkannya.
Terlalu banyak kejadian di hari pertama ia sekolah.
Sudut bibir nya terangkat sedikit memikirkan ekspresi Aland, dan Ica tak menyangkal bahwa Aland memang ganteng.
Senyum tipisnya langsung berubah setelah mengingat kembali ucapan Sarah di sekolah tentang geng bad itu.
Geng Helios.
Melirik jam yang ada di atas foto keluarganya ternyata jam sudah menunjukan pukul 4 sore sedikit memijat pelipisnya Ica lelah hari ini.
Bergegas membersihkan diri untuk pergi ke pekerjaannya.
Selesai ia mandi ia siap - siap menggunakan kaos polos di balut kemeja abu kotak-kotak dengan celana panjang jeans nya serta sneakers putih dan kacamata non minus nya polesan terakhir liptint dengan warna bibirnya.
Bergegas mengambil kunci mobil dan tas kecilnya.Ica memang kini dipercaya memegang salah satu cafe milik papah nya di dekat sekolah, cafe yang di sukai anak zaman sekarang sehingga banyak nya pengunjung yang seusia nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My possessive Bad Boy
Random"Lo jadi pacar gue sekarang" perkataan Aland membuat Ica kaget. "apa apaan lo ga bisa gitu, gue aja baru kenal nama lo kemarin" Ica menggelang kuat, posisinya yang kini di pojok membuat ia merasa semakin takut. "Lo ga boleh nolak" Ica terdiam bebera...