Enam

7.4K 252 1
                                    

Sesampainya Ica dicafe nya ia langsung ke lantai dua rooftop dan termasuk ruangan miliknya.

Lelah berkutat dengan komputer serta tumpukan kertas kini ia memilih ke bawah untuk mengisi perutnya dan melihat keadaan cafe.

Setelah berbincang dengan Mba Ira ia segera ke kursi, Mba Ira adalah orang yang mengurus cafe selagi Ica hanya bisa membantu ketika ada waktu luang saja.

Mie goreng kesukaan nya dengan jus alpukat kesukaannya kini ia segera habiskan.

Tiba - tiba ada yang duduk dihadapannya, Ica mendongkak dan mendapatkan gadis seusianya Ica mengenalnya sungguh mengenal gadis ini.

Tamara.

Mantan sahabatnya dulu, ketika ia masih SD hingga SMP.

"Sendirian aja, mau gue bayarin ga makanan nya, yaa siapa tau abis duit lo haha." ucapan Tamara hanya dianggap santai oleh Ica, Ica  terbiasa ketika ia mendengar Tamara berucap begitu.

Karena dulu ketika bersahabat dengan Tamara ia tak pernah memperlihatkan apa yang ia miliki, sedangkan Tamara lah yang selalu bergaya yang selalu mewah sehingga ia selalu jadi sorotan di sekolah.

Terakhir disekolah SMP bersamanya ada gosip bahwa keluarga Ica bangkrut dan harus pindah sekolah. Namun Tamara tidak tau dimana rumah Ica, bahkan rumah yang Ica tempati dulu.

"Uang gue masih cukup buat bayar ini." balas Ica akhirnya setelah diam sambil melanjutkan makan nya.

Kini ia selesai makan, menyeruput jus alpukat miliknya. Tamara masih terus memperhatikannya entah mungkin dia tak ada kerjaan selain ini atau mungkin ia kangen pada Ica.

Tiba - tiba pelayan yang sedang membawa jus tersandung dengan jus yang kini berpindah ke baju milik Tamara, Ica kini hanya bisa menahan tawanya kemudian kini ia memecahkan tawanya ketika melihat wajah merah Tamara.

"Lo diem" dengan telunjuk yang mengacung ke hadapan wajah Ica, pelayan tadi menunduk melihat adegan itu bahkan kini ia merasa gemetar melihat pemilik Cafe nya ada di hapan ia.

"Mohan maaf atas kelalaian saya mba." Sambil menunduk pelayan wanita itu meminta maaf.

"Lo ganti baju gue, dan panggil manager disini biar lo dipecat sekalian." kini tangan itu beralih ke hadapan pelayan tadi, Mba Ira melihat ada kejanggalan di meja 12 tempat Tamara pun kini menghampirinya.

Ica memang duduk membelakangi Mba Ira jadi Mba Ira hanya melihat Tamara.

"emm, permisi ada yang bisa saya bantu" dengan ramah ucapnya kepada Tamara.

"dia numpahin jus ke baju saya, saya ingin anda pecat dia." sambil membersihkan bajunya dengan tissue Tamara menjawab "Pelayan ga becus ko di pekerjain" lanjutnya.

Mba Ira kini beralih memperhatikan Ica, Mba Ira kaget namun kini ia bisa menetralkan raut wajahnya.

"Mohon maaf atas ketidak nyamanan Anda, namun saya hanya manager mba bisa langsung bicara pada pemilik." belum selesai Mba Ira berbicara Tamara sudah menyela.

"Terus siapa suru kesini" Tamara mendongkak melihat wajah manager 'sementara' itu.

"Pemilik nya Ka Ica." Tamara diam dia kaget namun ia berfikir tak mungkin bukan Ica yang ada dihadapannya?

"Mana orangnya?" Mba Ira diam lalu berbicara kembali "Ini Ka Ica" dengan bergeser tempat serta menunjuk ke Ica.

Tamara diam raut wajahnya terlihat kaget, namun kini ia menetralkan kembali raut wajahnya.

"Lo yang punya?" tanya Tamara tak percaya.

Ica mengangguk sedikit, lalu merapihkan bajunya.

"Sudah, Mba Ira boleh kembali bekerja, dan Andin kamu juga boleh kembali" dengan tenang Ica berbicara.

"Loh loh ga bisa gitu, ini dia belum ganti rugi." marah Tamara.

Ica menghembuskan nafasnya lelah dengan sikap Tamara "Tadi Andin juga udah minta maaf sama lo Tamara."

"Gabisa dia harus ganti baju gue, dan pecat dia"

"Lo butuh berapa si?" kini Ica mulai jera dengan Tamara hanya karena hal sepele ia malah berbuat seenaknya tanpa memikirkan nasib orang lain.

Sebenarnya jus yang terkena bajunya pun hanya sedikit mengapa harus dibesar-besarkan?
Sungguh Tamara belum berubah sifatnya sedari dulu.

Ica mengeluarkan uang lima ratus ribu lalu disimpan dihadapan Tamara.

"Mohon maaf atas ketidak nyamanan Anda, silahkan pergi dari sini" dengan tangan yang menyatu serta senyum yang manis Ica berbicara lalu meninggalkan Tamara yang diam membeku.

Dengan kesal Tamara pergi tanpa mengambil uang dari Ica, Ica hanya bisa menggelengkan kepalanya.

'Ga berubah ternyata'

My possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang