Sembilan Belas

2.4K 144 35
                                    

Hari ini semua guru tengah mengikuti rapat, hingga membuat sekolah gaduh karena freeclass dan beberapa siswa ada yang kegirangan ada pula yang menyesali mengapa siswa siswi tak di pulangkan saja.

Ica kini menelungkup kan kepalanya di atas meja, dirasa oleh Ica ada yang berdiri di sampingnya. Ia mengangkat kepalanya melihat siapa yang berdiri, ia mengrenyitkan keningnya merasa pernah melihat siswi yang kini ada dihadapannya.

Setelah diingat kembali, kini ia menormalkan kembali raut wajahnya. Ya kini ia tau, Windi siswi yang Ica dengar sebagai bad girl dan menyukai Aland sejak dulu.

Tatapannya menusuk memperhatikan Ica yang kini hanya diam sambil merapikan rambutnya. Ica sadar di kelas kini sepi hanya ada beberapa temannya saja yang tersisa, itu pun mereka hanya bisa diam.

"Mau apa?" tanya Ica sambil memainkan ponselnya, terdapat satu notif dari kekasihnya. Tiba - tiba Windi merebut ponselnya hingga Ica terperajat kaget.

Ica mendengus kesal, menatap Windi dengan jengah.

Windi melihat layar handphone Ica, tertera nama Aland dengan emoticon love, tentu bukan Ica yang memberi nama. Windi mendengus lalu melempar hp Ica ke dinding, Ica tak tahan kini ia bangkit lalu mendorong bahu Windi dengan keras.

"Maksud lo apa?" kini malah Windi yang marah kepada Ica.

"LO YANG APA - APAAN?" Ica membuang nafasnya kasar, entah apa maksud Windi mendatanginya lalu mepempar handphone nya sembarangan. Ica hanya ingat bahwa hp itu pemberian Aland dan kini hp itu sudah retak bahkan lebih parah dari hp nya yang dulu rusak.

Windi menampar Ica sekeras mungkin lalu mendorong Ica hingga perut Ica menubruk ujung meja, Ica tak tinggal diam kini ia membalas dengan menampar keras. Entah mengapa Ica merasa tamparannya tak sekencang Windi namun bagaimana Windi bisa terjatuh?

Kini Ica menengok ke arah belakang, ternyata Aland berdiri dibelakangnya dengan wajah yang kini memerah.

Ica dilewati begitu saja, lalu Aland membopong Windi keluar. Ica hanya bisa diam, duduk di kursinya. Mengambil kaca dan melihat ada tanda lima jari berbekas di pipinya, bahkan kini ia merasa mual karena tendangan Windi yang begitu keras di perutnya.

Cepat cepat ia lari menuju kamar mandi, perutnya terasa mual sekali. Bahkan ia tak memperdulikan beberapa siswa yang ia tabrak.

Hingga ia menabrak salah satu siswa yang membuatnya terhayung kebelakang.

Saat ia mencoba bangkit entah kenapa semua terasa gelap dan ia kehilangan kesadarannya.

*****

Ica membuka paksa matanya yang terasa berat, melihat pantulan cahaya dari atas membuat ia menutup matanya kembali.

"Lo udah sadar?" mendengar suara lelaki disampingnya membuat ia membuka mata secara paksa.

Menengok ke samping, dan menemukan siswa lelaki.

"Lo siapa?" tanya Ica bingung.

"Gue Rio, tadi lo nabrak gue dan pingsan makanya gue bawa ke uks" jelasnya dengan lembut, bahkan Ica seakan terhipnotis mendengar suaranya yang halus.

"Emm, sorry ya dan makasih udh bawa gue ke uks" ucap Ica tulus.

"No problem, oh ya sekarang udah jam pulang. Mau gue anter pulang?" mendengar sekolah telah bubar membuat pupil Ica membesar. Cepat cepat ia bangkit dari tidurnya.

"Ah ngga thank's Rio, gue gamau ngerepotin lo lagi." Ica turun dari kasur dan memasang sepatunya.

"Serius nih, lo udah ga kenapa kenapa?"

"Serius, sekali lagi makasih ya" Ica cepat cepat keluar uks.

Namun terdengar Rio memanggilnya.

"Emm, nama lo?" ucap Rio sambil menggaruk tengkuknya.

"Gua Lisya, lo boleh panggil Ica." Setelah itu Ica benar benar bergegas keluar.

Benar saja sekolah sudah terlihat sepi, ada beberapa siswa saja yang terlihat.

Ica menuju kelasnya, membereskan alat tulisnya dan mengambil hp nya ternyata ada yang menyimpannya di atas mejanya. Menuju parkiran tempat biasa ia menunggu Aland, namun ia tak menemukan mobil Aland.

Akhirnya ia hanya bisa menunduk mengingat kejadian tadi yang bahkan Aland tak menatapnya, lalu ia berjalan menuju gerbang sendirian.

Saat tiba di gerbang ada mobil hitam yang berhenti tepat dihadapannya. Kaca terbuka dan ternyata Rio yang mengemudi.

"Ca ayo naik, gue anter" Ica diam cukup lama sambil memainkan tali tasnya.

"Ini udah sore Ca, sekolah udah sepi bahaya." Lanjut Rio hingga ia turun lalu menarik tangan Ica untuk masuk ke mobilnya.

Seakan terhipnotis Ica hanya menuruti langkah kaki Rio untuk masuk kedalam mobil.

"Lo kalau kurang sehat ngapain sekolah" Rio bertanya lalu melirik sekilas Ica yang memandang keluar jendela.

Ica terdiam lalu mengangguk - anggukkan sedikit kepalanya.

"Tadi gue ga kenapa - kenapa, tiba - tiba aja mual"

"Lain kali bawa obat aja Ca simpen di tas lo ya" Ica sedikit tersenyum miris.

'Bahkan disaat keadaan gue tadi Aland gada nolongin, yaudahlah buat apa juga gue mikirin dia. Gue ga salah, dan kalau Aland minta putus harusnya gue seneng dong? Yakan?'

Terlalu larut dengan pikirannya, ternyata mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Ica.

"Ini rumah lo Ca?"

Ica mengangguk lalu tersenyum

"Makasih Rio gue udah ngerepotin lo"

Rio menggeleng "Ngga, santai aja Ca. Asal sebagai gantinya lain kali lo bisa traktir gue" dengan terkekeh Rio berucap.

Ica terdiam sebentar lalu mengangguk dan tersenyum menyetujui.

"Oke gue balik Ca"

"Tiati lo"

My possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang