Empat

7.9K 297 4
                                    

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi membuat siswa siswi berteriak senang termasuk Ica dan Sarah keduanya bernafas lega, keduanya sama sama tak suka pelajaran fisika dan mereka memang duduk sebangku.

Sebenarnya Sarah sudah memiliki chairmate namanya Aldi, namun di usir begitu saja oleh Sarah.

"Ca lo langsung balik?" tanya Sarah sambil tangannya membereskan barang barangnya.

Ica mengangguk dan melakukan hal yang sama seperti Sarah.

"Tapi lo di jemput kan?" tanya Sarah kembali yang sekarang menyamping menghadap Ica.

"Iya di jemput bokap." Sarah sepertinya termasuk teman yang perhatian.

"Yaudah lo hati hati ya, gue mau ekskul dulu" sekedar info Sarah ini ekskul karate, bagaimana Ica tau? sebenarnya mereka banyak bertukar cerita jika ada waktu kosong sedikit.

Sarah bergegas pergi tinggalah Ica sendiri di kelas yang lain entah kemana mungkin ke kantin.

Papah
Pah jadi jemput Ica kan?

Tak ada balasan dari Papah nya bahkan kini hanya centang dua abu, Ica akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin karena merasa haus.

Bruuk

Kenapa Ica selalu menabrak orang?! tadi pagi Sarah sekarang siapa, Ica mendongkak dan ternyata yang ia tabrak ialah siswa yang tadi ke kelas.

Matanya bagai elang, rahang nya kokoh dengan bulu mata lentik dan alis yang tebal, sungguh Ica tak memalingkan wajahnya malah kini ia tak berkedip melihat cowo yang ada di hadapannya.

"Sorry gue ga liat jalan" ucap Ica buru buru saat ia tersadar terus memperhatikan cowo itu.

Aland Putra A. nama yang tertera di nametag nya.

Cowo itu tak membalas ucapan Ica malah pergi begitu saja, Ica yang tadinya merasa kagum dengan dia malah merasa jengkel kepadanya.

"Tuh cowo kenapa si bisu kali ya gue udah minta maaf duluan sombong banget tu orang, dan kenapa coba gue selalu nabrak orang haduu" gerutu Ica sambil menepuk nepuk jidatnya.

Di kantin ternyata penuh dengan siswa - siswi yang makan padahal sudah jam pulang, segera Ica membeli minuman dan bergegas pergi ke gerbang menunggu papah nya.

Hanya ada beberapa orang yang berkeliaran di gerbang sekolah Ica pun merasa aneh. Namun ia teruskan menuju gerbang ia ingin cepat pulang, karena ini hari pertama ia sekolah rasanya cukup melelahkan juga. Banyak temannya yang basa basi sekedar minta nomor hp, ig dan sosmed lain.

Sudah hampir setengah jam Ica berdiri di gerbang namun ayahnya tak kunjung datang.

Melihat handphone dan ternyata ada satu pesan masuk dari sang Ayah.

Papah
Ica maafin papah ya, papah ga bisa jemput kamu. Ada rapat di kantor kamu naik taksi online aja dulu kalau sudah sampai kabari papah.

Ica menghela nafas sungguh ia lelah menunggu dan ternyata papah nya tak bisa menjemput.
Mencoba pesan ojek online namun tak ada yang menerima, akhirnya ia memutuskan jalan. Disini taksi jarang lewat mungkin di dekat halte ada jika tidak di ujung tadi pagi ia melihat ada tukang ojek sepertinya.

Ia duduk di halte menunggu taksi namun tak kunjung datang akhirnya ia memutuskan jalan ke ujung untuk mencari ojek.

Tiba tiba saat ia sudah berada di pertigaan ternyata sudah banyak yang baku hantam antar siswa atau tawuran, sungguh Ica takut dan disana tak ada tukang ojek satupun mungkin karena ada nya tawuran ini.

Seakan tak bisa bergerak kakinya pun bak jelly ia tak biasa melihat hal seperti ini secara live.

Srett

Gir yang hampir mengenai kaki siswa berambut gondrong itu namun gagal dengan ini Ica semakin takut.

Dan tiba tiba ada yang menarik tangannya dan berlari secepat mungkin karena sekelompok anak yang tawuran berada di dekat Ica.

Yang menariknya ternyata menbawanya ke gang sempit bahkan sangat sempit, mata Ica berkaca kaca ketakutan.

"Lo ngapain di sana?" tanya seseorang yang menarik tangannya tadi dengan membentak.

"gu-gue nya-ri ojek" jawab Ica terbata karena takut.

Saat mendongkak ternyata cowo yang ia tabrak tadi saat menuju ke kantin, Aland ya Ica ingat namanya.

Aland menarik Ica kepelukannya dan mengelus puncuk kepalanya dengan lembut, perlakuannya sungguh membuat Ica nyaman dan mengurangi rasa takut yang menyelimutinya tadi.

Namun buru buru Ica sadar dan melepaskan pelukan itu. Mereka berdua terdiam untuk beberapa lama.

"Makasih."

Aland hanya mengangguk sedikit merespon Ica. Ica menunduk masih terasa gemetar kakinya, sementara Aland terus memandang Ica yang terlihat pucat.

My possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang