10. Anggota tambahan

4.2K 294 1
                                    

Saat ini kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung dengan mata pelajaran sejarah. Sudah hampir dua jam guru dengan kacamata berlensa itu menerangkan sejah dunia kepada anak muridnya.

Penyampaiannya yang santai membuat hampir semua murid XII IPA 2 meletakkan kepala mereka di meja dengan tangan terlipat. Jujur saja mata pelajaran sejarah ini memang membuat mata jadi mengantuk.

“Gue gak ngerti apa yang dari awal dijelasin sama pak Alim.”

Juli menatap guru laki-laki di depan sana yang masih sibuk berbicara. Ia sudah bosan dan juga lapar, tapi kenapa bel istirahat belum juga berbunyi. Cowok itu menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat seorang gadis yang duduk di sebelah temannya.

“Hai cewek.”

“Ngadep depan lo!”

“Ya elah Thur diem deh, gue mau kenalan sama cewek di samping lo ini.”

Juli mengulurkan tangannya kepada Biru bermaksud ingin berkenalan. Tentu saja uluran tangan itu di sambut Biru dengan tersenyum tipis. Gadis itu takut ketahuan sedang mengobrol di jam pelajaran berlangsung.

Tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Pak Alim telah menyelesaikan ceritanya dan membolehkan para anak muridnya untuk segera pergi ke kantin. Dalam sekejap seluruh anak kelas IPA 2 langsung membubarkan diri meninggalkan kelas.

“Eh lo kantin bareng kita aja ya,” ajak Janu kepada Biru.

“Nggak boleh!”

“Boleh lah Thur, kasian dia belum ada temen.”

Fathur tipikal orang yang malas berdebat akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian. Ia meninggalkan teman temannya yang masih bersama Biru.

“Jahat banget sih temen lo,” ucap Janu kepada tiga temannya.

“Temen lo juga anjir.”

“Kalian duluan aja, gue bisa ke kantin sendirian kok.”

“Jangan lah, kalau bisa rame rame kenapa harus sendirian coba? Udah ayo!”

Biru hendak kembali menolak namun tarikan di tangannya membuat gadis itu mengurungkan niatnya. Mereka berjalan ke kantin dengan diiringi candaan dari Janu dan Juli, serta Jaka yang tertawa terbahak-bahak. Biru mencoba menebak kepribadian empat laki-laki yang sedang bersamanya saat ini. Dan dari keempatnya hanya ada satu yang tidak bersuara. Biru merasa cowok itu kepribadiannya sama seperti cowok bernama Fathur, teman sebangkunya.

Mereka sampai di kantin dan menemukan Fathur yang sedang makan sendirian di meja paling belakang. Fathur kelihatan tidak terganggu dengan tatapan para murid perempuan yang ada di sekitarnya. Kelima orang itu memutuskan untuk bergabung bersama Fathur.

“Pada mau pesen apaan nih?” tanya Jaka kepada teman temannya.

“Gue mau bakso sama es jeruk,” ucap Juli yang disetujui Janu dan Jalu.

“Kalo lo pesen apaan Bir?”

“Samain aja kayak kalian. Tapi ini lo gak papa pesen makan sendirian?”

Jaka mengedipkan sebelah matanya kepada Biru. “Perhatian banget sih lo, tapi tenang aja. Gue pesennya berdua sama Juli kok.”

“Ok thanks Jak.”

Setelah kepergian Juli dan Jaka. Janu mendekatkan kursinya ke arah Biru. Cowok itu seperti sedang merencanakan sesuatu.

“Bir lo udah punya pacar belum?”

Biru menatap Janu sebentar, ia bingung harus menjawab apa. Tapi sebenarnya ia tidak memiliki pacar sih.

“Gue gak punya pacar.”

“Masa cewek cakep kayak lo gak punya pacar? Yang bener aja!”

“Beneran.”

Janu lalu kembali membenarkan letak kursinya saat kedua teman temannya telah tiba. Mereka semua menyantap makanan masing-masing dengan tenang. Meskipun hanya Fathur dan Jalu yang hanya merasa ketenangan itu.

Setelah selesai makan, mereka tidak langsung kembali ke kelas. Sembari menunggu bel berbunyi mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol. Pastinya Fathur dan Jalu tidak ikut dalam obrolan mereka. Karena kedua cowok itu sibuk bermain ponsel.

Di tengah obrolannya, Biru menggerakkan matanya mencari sosok Vanilla dari banyaknya orang orang di kantin. Kenapa Biru tidak menemukan keberadaan cewek itu? Padahal Vanilla sendiri yang mengajaknya bertemu di sini.

“Eh udah mau bel, yuk balik ke kelas.”

FATHUR [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang