9. Anak Baru

4.2K 289 0
                                    

Suasana kelas XII IPA 2 sedang ramai-ramainya. Seharusnya sekarang tengah berlangsung pelajaran biologi, namun karena guru yang bersangkutan tidak bisa hadir akhirnya kelas itu berubah menjadi pasar dadakan. Para penghuni di kelas itu sangat sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Fathur dan teman temannya sedang berkumpul di pojokan kelas. Dengan gitar yang dipetik sesuai nada, dan nyanyian tidak jelas yang dipimpin oleh Janu dan Juli.

Tidak hanya itu saja, ada juga anak anak lain yang malah bermain kejar kejaran di dalam kelas. Suasana saat ini seperti tidak mencerminkan anak IPA sekali.

“Janu kata gue lo mending diem deh, sakit banget kuping gue denger kalian nyanyi,” ujar Ajeng kepada Janu yang tengah asik bernyanyi.

Juli sebagai gitaris lantas berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri meja Ajeng. Cowok itu duduk tepat di hadapan Ajeng yang tengah sibuk menghitung uang kas bulan kemarin. Juli memperhatikan gadis itu dengan serius. Bisa dibilang Ajeng ini lumayan populer karena wajahnya yang cantik dan kepintarannya di bidang akademik. Namun sayangnya gadis itu sangat galak dan judes pada siapapun.

“Marah marah mulu lo kayak emak gue.”

“Bodo amat!”

“Lo mau gue nyanyiin gak? Suara gue lebih bagus kok dari si Janu.”

“Gak deh makasih. Jauh jauh lo!”

Tiba tiba suara pintu yang dibuka dari luar membuat semua murid di dalam kelas berlarian kocar-kacir. Mereka mengira kalau itu ada guru penjaga yang masuk ke kelas mereka. Ternyata itu Toni, ketua kelas XII IPA 2.

“Yahaha panik lo semua,” ucap Toni saat melihat wajah teman temannya.

Toni masuk ke dalam kelas dengan seorang gadis yang mengikutinya. Mereka berdiri tepat di depan kelas.

“Oke guys gue ketemu sama cewek ini tadi di luar. Katanya dia anak baru di kelas kita.”

Suasana kelas masih tenang karena penghuninya masih dalam efek terkejut. Namun mereka tetap memperhatikan serta mendengarkan apa yang Toni katakan.

Toni menyuruh Biru untuk memperkenalkan dirinya kepada teman temannya. Tentu saja agar mereka bisa saling mengenal. Jujur saja Biru agak deg-degan mendapati tatapan teman sekelasnya. Ia sedikit gugup.

“Nama gue Biru, gue pindahan dari Bandung, salam kenal.”

“Salam kenal juga Biru. Gue Susi, sini lo duduk bareng gue aja.”

Biru menatap seorang gadis yang baru saja berbicara. Gadis berambut sebahu itu tengah tersenyum kepadanya.

“Itukan tempatnya Bella, tuh anak kalo besok sekolah mau lo taro dimana? yakali lo pangku?”

“Eh iya astaga gue lupa,” ujar Susi tersadar setelah mendengar ucapan teman yang duduk di depannya.

“Terus gue duduk dimana?”

“Itu di sebelah si Fathur kosong, duduk aja di sana.”

Biru menatap kursi kosong yang di maksud oleh seorang anak laki-laki. Kursi itu terletak di urutan kedua dari belakang.

Mungkin itu yang namanya Fathur kali ya?

Dengan langkah pelan Biru berjalan mendekat ke kursi kosong yang tersedia. Di sebelah kursi itu ada seorang cowok yang duduk dengan tenang. Cowok itu seperti tidak tergantung dengan kedatangannya.

“Gue boleh duduk di sini?”

“Ya.”

“Makasih.”

Entah mengapa Biru merasa teman sebangkunya ini sangat jutek dan pasti akan sulit di ajak berteman. Ah jika boleh Biru ingin meminta ke kepala sekolah untuk menempatkan dirinya dan Vanilla di satu kelas yang sama.



FATHUR [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang