1. KLX

27.8K 819 42
                                    

Suara deru motor KLX hitam yang dikendarai seorang cowok dengan jaket jeans membuat atensi orang orang terpusat padanya. Suasana parkiran motor yang sedang ramai membuat cowok dengan helm full face itu berdecak malas. Laju motornya sedikit terganggu karna siswi siswi yang hendak keluar parkiran justru malah berdiam diri untuk menatapi dirinya.

"Oh my god, gila wangi banget!"

"Dibalik helm itu tersimpan kegantengan yang bakal menurun ke anak gue!"

"Sampe hari ini gue masih berharap jadi cewenya woi!!"

"Fathur bagi nomor wa dong!!"

Kesal dengan para gadis dihadapannya yang tidak mau menyingkir, cowok itu menghidupkan klakson motornya dengan tak sabaran yang membuat ke empat gadis didepannya terkejut.

Mau tidak mau para gadis itu pergi meninggalkan parkiran dengan perasaan kesal bercampur malu. Bayangkan saja diklakson depan orang banyak, terlebih banyak jajaran kakak kelas yang ganteng ganteng lagi.

Setelah memarkirkan motornya dengan baik, cowok yang tadi disebut bernama Fathur membuka kaca helmnya. Cowok itu memperhatikan area parkiran yang lumayan luas. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

Dirasa sudah cukup lama ia berdiam diri di atas motor kesayangannya. Fathur mulai melangkahkan kakinya kedalam area koridor yang masih ramai dengan siswa maupun siswi. Cowok itu berjalan dengan santai sambil menenteng jaket jeansnya di tangan kiri.

“Fathur sini!”

Dari arah kejauhan terlihat rombongan anak laki laki yang tengah berkumpul di tangga menuju lantai dua. Fathur melangkahkan kakinya mendekati gerombolan itu. Di sana ada banyak teman temannya.

Jaka, Janu, Jalu dan Juli. Empat anak cowok yang memiliki nama unik. Sering dikira kembar namun kenyataannya mereka tidak memiliki hubungan darah sedikitpun.

Setelah sampai Fathur berdiri di hadapan Janu yang duduk di anak tangga ketiga. Cowok itu terlihat tenang dengan keripik kentang ditangannya.

“Baru sampe mazzeh?” tanya Juli. Cowok berkulit sawo matang yang jadi incaran anak kelas sepuluh.

“Iya.”

“Pertanyaan lo kentara banget basa basinya Jul.”

“Sengaja, gue mau caper ke Fathur. Siapa tau dia ngasih cepe buat basa basi gue barusan.”

Janu melempar keripik kentang ke wajah Juli. Diantara teman temannya yang lain, memang Juli yang sedikit mata duitan. Keripik kentang yang dilemparnya mendarat dengan mulus tepat di wajah Juli yang kemudian jatuh ke lantai. Tentu saja keripik itu dipungut oleh Juli dan dimasukkan ke dalam mulutnya.

Belum lima menit.

“Eh woi bicara bicara nanti malem ada tanding bola di tv, nobar gak nih?” tanya Jaka. Cowok yang duduk disebelah Janu.

“Terserah lo pada aja sih. Gue mah ngikut aja, yang penting ada makanan gratis,” kata Juli sambil memamerkan senyum termanisnya.

Janu menatap Juli yang berdiri di tiang dekat tangga. Cowok itu masih senyum senyum sendiri menatapi teman temannya.

“Lo mah kalo gratisan aja cepet. Giliran iuran kagak mau!”

“Enak aja lo bilang gue gak mau iuran. Lo liat sana catatan duit kas gue ke si Ajeng, udah lunas bulan ini.”

“Karena Ajeng terus terusan neror lo makanya tuh duit kas bisa lunas.”

“Bodo amat yang jelas gue udah lunas!”

“Anjir ini mau nobar gak sih? Malah ribut lo berdua.” Jaka menatap kesal dua temannya yang selalu terlibat perdebatan di segala hal. Mereka seperti tom and jerry di dunia nyata.

“Harus jadi sih kalo kata gue.”

“Di mana?”

“Rumah gue.”

Teman temannya sontak menatap Fathur. Mereka tersenyum senang karena Fathur mau menumbalkan rumahnya untuk dijadikan tempat berkumpul mereka nanti malam.

Di rumah Fathur segala fasilitasnya lumayan lengkap. Biasanya mereka kalau sudah berkunjung ke rumah Fathur akan sangat sulit untuk kembali ke rumah masing-masing. Kalau kata Juli rumah Fathur itu bagaikan timezone pribadi.

“Tapi lo semua harus nyumbang konsumsi.”

“Masalah itu gampang. Ada Jalu yang dompetnya sebelas dua belas sama lo. Ntar dia yang bakal beli konsumsi buat kita berlima. Bukan begitu mas Jalu?” tanya Janu kepada cowok yang sedari tadi hanya berdiam diri di anak tangga kelima.

Jalu mengalihkan pandangannya dari layar ponsel untuk menatap teman temannya sebenar. Kemudian cowok itu mengangguk kecil sebagai jawaban.

“Nah ini dia yang gue cari.”


******

thank u for voting this story.


FATHUR [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang