15. Vindy

3.6K 229 0
                                    

“Hai Fathur? Gue boleh gabung di sini?”

Fathur dan teman temannya memusatkan pandangan mereka pada seorang gadis berambut panjang yang berdiri di sisi meja.

“Boleh ya? itu kan masih ada satu slot kursinya.”

Belum sempat Fathur menjawab, Vindy sudah lebih dulu duduk di depannya. Gadis itu tidak mau mendengar penolakan dari bibir Fathur. Oleh sebab itu ia bertindak lebih dulu.

Matanya menatap Biru yang kini terlihat sedang sibuk dengan ponselnya. Vindy merasa asing dengan gadis itu.

“Dia siapa?”

“Namanya Biru, calon pacar gue.”

Vindy menatap ke arah Janu dan Biru bergantian, kemudian gadis itu mengulurkan tangannya kepada Biru.

“Gue Vindy, kelas XII IPS 3.”

“Biru, eh XII IPS 3 berarti sekelas sama Vanilla?”

“Vanilla yang anak baru itu?”

“Iya.”

“Iya gue sekelas sama dia, gila itu cewek bar bar banget.”

Biru tertawa pelan mendengar ucapan Vindy. Biru memang baru beberapa hari mengenal Vanilla, namu ia bisa menebak kalau Vanilla memang seperti yang Vindy katakan.

Vindy menatap ke arah Fathur yang diam saja sejak kedatangannya. Ia tahu cowok itu pasti sedang kesal kepadanya.

“Nanti malem lo ada acara gak Thur? Gue mau nga—”

“Gak bisa.”

“Eh...?”

Vindy langsung merapatkan bibirnya. Gadis itu menganggukkan kepalanya mengerti. Selamanya akan tetap seperti ini. Seberapa keras usaha yang Vindy lakukan, Fathur tidak akan pernah bisa ia dapatkan. Cowok itu seperti membangun tembok besar diantara mereka.

Suasana sesaat jadi canggung. Biru tidak mengerti ada apa sebenarnya, namun ia bisa melihat raut kesedihan dari wajah Vindy.

Pacarnya Fathur kali ya?

“Ya udah deh kalo gitu gue duluan ke kelas ya. Biru, gue duluan.”

“Eh... iya Vin, next time kita ngobrol lagi ya.”

“Siap.”

Setelah kepergian Vindy, Jalu menepuk bahu Fathur yang tengah memainkan ponselnya. Cowok itu mendongak menatap Jalu.

“Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Tegasin ke dia kalo lo emang beneran gak suka!”

Katanya matematika itu pelajaran paling tidak di sukai bagi beberapa anak sekolah. Fathur setuju dengan itu. Saat ini guru dengan kacamata di depan sana sudah satu jam menjelaskan rumus rumus yang tidak Fathur pahami.

Cowok itu memutuskan untuk menenggelamkan wajahnya di lipatan lengan. Jujur ia jadi ngantuk mendengar penjelasan gurunya.

“Lo tuh udah bego Thur, kalo lo tidur yang ada malah nambah bego.”

Fathur menginjak kaki Juli yang duduk di sebelahnya. Tadi pagi Juli meminta untuk bertukar duduk dengan Biru. Juli salah satu golongan siswa yang sangat menyukai matematika. Karena matanya minus jadinya ia meminta bertukar sesaat.

Biru yang duduk di belakang bersama Janu memperhatikan keduanya dari tempat ia duduk. Ia masih memikirkan ada hubungan apa antara Fathur dengan Vindy. Serta kata kata yang tadi diucapkan oleh Jalu.

“Lagi mikirin apaan sih? Orang cantik emang punya beban pikiran ya?”

Biru menoleh ke Janu. “Punya lah.”

“Mikir apaan?”

“Sini deh deketan, ntar orangnya denger.”

Janu menurut, cowok itu menggeser kursinya tanpa menimbulkan suara.

“Yang tadi di kantin itu siapa sih? Yang cewe tadi.”

“Namanya Vindy, Vindy Valerie anak kelas XII IPS 3. Kan tadi dia udah kenalan sama lo, lupa?”

“Bukan itu maksudnya. Dia kan tadi kayak akrab banget tuh sama Fathur, mereka pacaran ya?”

“Lo cemburu?”

Biru mencubit pelan bisep Janu hingga membuat cowok itu terkekeh. Obrolan mereka yang berbisik tidak dapat di dengar oleh dua temannya di depan. Mereka aman sampai saat ini.

“Enggak lah! Gue cuma pengen tau aja.”

Janu mengangguk. “Vindy itu suka sama Fathur dari kelas sepuluh. Dia selalu ngejar-ngejar Fathur tapi tuh anak gak suka sama Vindy.”

“Serius?”

“Ya iyalah anjir, yakali gue bohong ”

“Gue kira mereka paca—”

“Yang di belakang apa sudah selesai diskusinya?”

Biru dan Janu secara serentak menatap ke sumber suara. Banyak tatap mata yang mengarah pada kursi mereka. Ya ampun jantung Biru pindah ke perut rasanya. Gadis itu langsung meminta maaf kepada gurunya dan fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung.

“Kalau ingin menggantikan saya di depan, silahkan!”

FATHUR [ hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang