Dua gadis itu sedang melahap Bakso nya sekarang. Sambil sesekali mereka berbincang kecil.
"Rel jangan gila sama sambel deh lo. Nanti lo sakit perut tau rasa" Sheila memandang khawatir Erel yang sudah mengambil 5 sendok sambal untuk dituang ke mangkuk Bakso nya.
"Elah La, sedikit doang" jawabnya mangilah. Sebenarnya Erel melakukan ini sebagai pelampiasannya saja.
"Terserah lo deh, mules-mules tau rasa kau" Erel cuma nyengir dan mereka pun kembali anteng memakan Baksonya.
🍁
Mentari sudah menyapa pagi. Sekarang dia sedang bersiap menuju sekolahnya.
"Papa belum pulang ya?" ucapnya sendiri, matanya melihat isi seluruh rumahnya yang sangat sunyi rasa-rasanya.
Tinnngg ... tonnngg ...
Bel rumah bergema, Erel berjalan menuju teras untuk melihat siapa yang datang.
"L-lo, ngapain kesini?!" ujar Erel tajam. Dia pikir sebelumnya itu Sheila untuk ngajak kesekolah bareng, tapi kenyataannya malah si kunyuk itu.
"Hari ini lo sekolah bareng gue" ucapnya dingin, dingin? Bisa dingin juga nih kunyuk batin Erel.
"Kalau gue gak mau?" jelas sekali tak perlu bertanya pun Erel akan menolaknya. Apa yang akan terjadi jika dia semotor dengan Ariel yang notabene nya the center of attention.
Selalu jadi pusat perhatian, dan Erel sangat benci dengan hal itu.
"Kalau lo nolak, lo akan dapat hukuman baru lagi" jawabnya enteng. Apa dia pikir Erel bodoh? Dia bisa saja menaiki kendaraan umum agar tidak terlambat.
"Tapi maaf, gue bisa naik kendaraan umum" Erel memilih meninggalkan cowok itu setelah mengunci pintu rumahnya. Tapi lagi-lagi orang itu menginterupsi gerakannya.
"Lo mau naik kendaraan umum jam segini? Kapan sampainya?" Erel melirik arloji nya. Sial, sekarang sudah jam 06.30 pagi, sepertinya tadi dia telat bangun namun tak menyadari. Dan itu mungkin alasan rumah Sheila sudah sepi. Dia berangkat duluan.
"Udah gak usah berlagak nolak. Cepet naik motor gue" karena terlalu tengsin. Erel tak memedulikan cowok itu, dia berjalan mencari kendaraan umum dibanding harus sekendaraan dengan kunyuk satu itu.
Halte dari rumahnya bisa dibilang lumayan, tapi Erel lagi-lagi tak perduli, dia tetap berjalan dan Ariel pun masih membututinya terang-terangan setelah ditolak mentah-mentah.
"Udah cepet naik gak usah batu jadi cewek" tubuh Erel tersentak kala Ariel menarik pergelangannya, tubuhnya sedikit oleng dan tertarik cukup keras hingga tak sadar tangannya menyentuh dada cowok itu. Posisi mereka bisa dibilang dekat, dan Erel pun seakan buta pandangan, hanya bisa menatap mata Ariel dengan waktu yang seakan berhenti sesaat. Jantungnya berdebar-debar tak seperti biasanya. Aneh sekali.
Seketika Ariel tersadar dan langsung melepas genggamannya. Erel gelagap, pipinya bersemu. Dia benar-benar malu sekarang, entah karena apa, tapi bukankah seharusnya dia marah karena dengan seenak jidat Ariel menarik pergelangannya?
"Cepet naik!" ucapnya ulang, sekarang dengan nada mengancam. Erel menghela nafas, akhirnya dia mengalahkan ego nya dan menaiki motor cowok itu.
Saat perjalanan Ariel sedikit ngebut untuk mengejar waktu, dia menyalip sana-sini seakan lupa kalau masih ada cewek yang dia tumpangi.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Imagination
Teen FictionKau bumi, aku matahari Jika ku dekati, maka kau akan hancur karena ku Maka dari itu, lebih baik seperti sebelumnya Sebelum kita tak saling mengenal saja Kita yang tak ada hubungan Mungkin lebih baik kesemula Tapi apakah bisa? 〜〜〜〜 NOTE: CHAPTER BEBA...