Suasana seperti ini membuatnya sangat bosan. Ingin sekali cowok itu pergi saja, tapi dia sangat tahu tipikal ibunya yang menurutnya sangatlah egois.
"Karin sayang, gimana masakannya, enak?" tanya Luna alias ibunda-nya Ariel.
"Enak banget ma. Ariel beruntung banget ya, punya mama kaya mama" balas gadis itu dengan wajah yang Ariel yakin betul dia upayakan terkesan sedih agar menarik simpatik Luna.
"Karin, kan mama pernah bilang, kalau mama nya Ariel, mama nya kamu juga sayang" ujar Luna.
Disini Ariel hanya diam, tak ingin mengeluarkan suaranya. Dia sangat bingung, kenapa mama-nya bisa begitu dekat dengan Karin. Ya, nama cewek itu adalah Karin Alesa.
Cewek satu sekolahnya, yang selalu nempel dengannya. Padahal Ariel sudah berkali-kali mengusirnya, memberi ucapan pedas atau apapun itu agar cewek gila ini berhenti mendekatinya, karena sangat risih rasanya didekati cewek semacam Karin.
Karin hanya mengangguki ucapan Luna sambil tersenyum. Ariel benar-benar jijik melihatnya. Bukannya Ariel benci dengan perempuan itu, dia hanya tak suka cewek yang memakai dress pendek tersebut dekat-dekat dengan ibunya. Sok akrab.
"Selesai makan mama ada keperluan. Ariel kamu temani Karin disini, jika kalian ingin jalan-jalan mama tidak melarang" Ariel menolak keras dalam hati, tapi ini bukan kali pertama ibu-nya memintanya untuk bersama gadis itu.
Karin yang mendengarnya tersenyum senang. Disini bisa Ariel simpulkan, cewek itu sudah terlalu jauh terobsesi dengannya, dan Ariel, harus hentikan itu, secepat mungkin.
🍁
Hujan telah berhenti, dia sedang memandangi langit yang sudah dihiasi oleh bintang.
"Bun, padahal setiap ada bintang kita selalu lihatnya bareng-bareng" gumamnya tanpa sadar.
Setelah Ariel pergi dari rumahnya, Erel memilih duduk dibalkon memandangi atap bumi.
Tiba-tiba saja dia jadi teringat perlakuan Ariel padanya tadi, dan jujur itu cukup membuat jantung Erel serasa memacu adrenalin. Rasanya, debaran jantungnya kembali berdegup kencang saat berada didekat cowok itu.
Tapi dia pikir, mungkin itu wajar saat berada didekat lawan jenisnya dia akan berdebar seperti tadi, dan tak memihak pada kalimat bahwa dia sekarang 'sedang jatuh cinta' dengan seorang cowok yang sangat dia antipati-kan.
"Erel?" dia tersadar dari pikiran kalutnya, mendapati papanya yang menghampirinya.
"Kenapa pa?"
"Kita ke Rumah Sakit yuk, kamu memang tidak kangen dengan bunda?" Erel mengangguk cepat, sebenarnya sudah dari tadi dia ingin ke Rumah Sakit.
"Pa, apa mama udah baikkan?" dia berharap keadaan bundanya membaik, semoga saja Allah mengangkat penyakitnya dan memberi kesembuhan untuk bundanya.
"Alhamdulillah sayang. Tapi mama masih belum sadar, namun mama hebat, dia sudah melewati masa kritisnya" jawab papanya membuat hati Erel menghangat, walau belum sembuh total tapi setidaknya bundanya pasti sembuh, sudah itu saja yang Erel inginkan. Kesembuhan bundanya dan kembali menjadi keluarga harmonis.
🍁
Ariel menatap enggan kearah Karin, cewek itu sekarang sedang memaksanya untuk mengajaknya jalan. Tidak tahu malu sekali bukan?
"Ariel sayang, please kita jalan yuk?" lihat saja ucapannya, ingin sekali dia jahit mulut itu hingga berhenti bicara.
Mamanya telah pergi, bilangnya ada urusan diluar dan ya, meninggalkan mereka berdua dirumah megah ini walau masih ada maid dan beberapa pekerja memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imagination
Teen FictionKau bumi, aku matahari Jika ku dekati, maka kau akan hancur karena ku Maka dari itu, lebih baik seperti sebelumnya Sebelum kita tak saling mengenal saja Kita yang tak ada hubungan Mungkin lebih baik kesemula Tapi apakah bisa? 〜〜〜〜 NOTE: CHAPTER BEBA...