Sudah 5 menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Sekarang suasana kelasnya sudah sepi, hanya ada dia yang tengah sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Tadi saat mata pelajaran terakhir, Erel memang sempat disuruh oleh gurunya untuk mengantarkan buku paket yang tadi dipinjam oleh kelasnya.
Setelah menyampirkan tas ranselnya dipunggung, dia berjalan keluar kelas sendirian.
Kemana si Sheila? Kenapa tidak menunggu Erel? Tadi sebelum bel, gadis itu memang bilang kalau dia sedang buru-buru jadi tak bisa menunggunya, berulangkali sahabatnya itu minta maaf tak enak hati pada Erel katanya. Padahal disini kan Erel yang numpang. Sheila memang terlalu baik.
Baru sampai koridor bawah, dia merasa perutnya sakit luarbiasa. Ia meringis. Dengan perlahan, Erel berjalan tertatih hendak menuju toilet, tapi lengannya ditahan kencang oleh seseorang.
Matanya menoleh kebelakang. Mendapati seorang cowok yang paling ia benci dimuka bumi. Kenapa dia malah ada disaat-saat seperti ini.
"Mau kabur lagi?" yang benar saja, sungguh Erel menatap bengis orang dihadapannya yang sudah sudzon padanya. Justru ia hendak ke lapangan untuk menunaikan titah cowok itu sendiri saat diruang kesiswaan tadi.
"Perut gue sakk—it, gue mau ket—toilet" Suaranya kelu. Andaikan dia memiliki tenaga lebih, Erel pasti sudah mengenyahkan cowok ini. Ya, dia adalah Ariel, sang ketos yang baru ia tahu dari Sheila saat istirahat tadi.
Tak lama darah merembes dari dalam rok nya. Mata kedua orang itu terbelalak, apalagi Erel.
Perutnya juga semakin sakit, seperti apapun organ yang ada didalam perutnya sedang dililit kuat-kuat.
Lama-lama ia tak kuat untuk menahan sakit diperutnya, tubuhnya ambruk dilantai koridor sambil meringis. Dilihat dari matanya, kalau cowok dihadapannya ini tampak panik padanya.
"Eh, lo kenapa?" tanya cowok itu tidak setajam seperti biasanya.
"Pakek nanya lagi, gue datang bulan tolol" jawab Erel murka, pikirannya berkelana. Darah haidnya mulai banyak, untung kondisi disini sudah sepi, kalau tidak ia pasti akan menahan malu.
Matanya semakin kaget, saat cowok itu ... Menggendongnya. Tangan kokoh itu diapit di belakang dengkulnya juga punggungnya, membawanya menjauh dari sana.
Dengan sigap Erel mengalungkan tangannya dileher cowok itu. Dari jarak yang dekat, bisa dia lihat wajah Ariel yang tampak sangat panik? Takut dikira yang bersalahkah dimata orang?
Ariel berjalan yang sebenarnya bisa disebut berlari. Tak disangka cowok itu mengantarnya ke toilet.
"Cepet lo bersihin rok lo. Sebelum darahnya makin banyak" ucap Ariel, Erel bertanya dalam hati, kenapa cowok itu begitu khawatir padanya? Mereka berkenalan secara layak pun belum, bagaimana mungkin bisa cowok itu sangat khawatir dengan keadaannya, hatinya terasa berdesir sekarang.
"Lo tunggu sini, gue bakal beli pembalut" jujur saja Erel kaget, gadis itu menatap cowok itu tak terbaca dan Ariel malah dengan cepat pergi dari sana untuk membelikannya pembalut. Apa cowok itu yakin dan tidak malu ketika membelikannya benda tersebut? Orang akan bilang apa nanti?
Erel memutuskan untuk mengejar Ariel dan menolak kebaikan orang itu lagi, tapi terlambat kala cowok itu sudah sangat jauh dari pandangannya, semisalpun mengerjanya, perutnya tidak bisa di kompromi, terlalu sakit.
Tak lama Ariel datang membawa kresek hitam berisi pembalut. Ia langsung memberikannya pada Erel. Dengan gesit gadis itupun langsung menerimanya dan masuk kesalah satu bilik toilet wanita.
Erel membersihkan bekas darahnya, rok nya juga sudah ia bersihkan dari darah haid yang masih saja memberi tanda dibagian belakang roknya. Mungkin jika ia keluar, orang-orang bisa lihat dengan jelas bekas darah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imagination
Novela JuvenilKau bumi, aku matahari Jika ku dekati, maka kau akan hancur karena ku Maka dari itu, lebih baik seperti sebelumnya Sebelum kita tak saling mengenal saja Kita yang tak ada hubungan Mungkin lebih baik kesemula Tapi apakah bisa? 〜〜〜〜 NOTE: CHAPTER BEBA...