Part.9[Problem]

6 3 0
                                    

"Papa?"

Saat ini ia jelas lihat dimanik mata papa nya. Rautnya yang kacau dan kemeja yang dipakainya juga sudah berantakan.

"Papa kenapa?" tanya Erel. Dan saat itu juga papa nya memeluknya erat. Ada apa sebenarnya? Kenapa papa nya memeluknya seperti tadi Gavin memeluknya didalam mimpi. Kenapa seakan pelukan itu mengartikan makna yang ... Menyedihkan.

Ia merasa, bajunya agak basah. Apa papa nya menangis? Baru kali ini Erel melihat papa nya yang tangguh menangis. Kabar buruk apalagi yang akan dia dengar sekarang?

Erel membalas pelukan papa nya erat. Dan setelahnya ia melepaskannya lalu menatap mata papa nya.

"Kenapa pa?" tanya Erel kembali, semoga saja bukan kabar buruk, semoga saja.

"E-rel ... Bunda ... Kecelakaan" tubuh Erel rasanya langsung lemas, air matanya langsung lolos saat itu juga. Bunda, bunda yang selama ini selalu menjadi tempat keluh kesahnya.

Erel menatap papa nya dan langsung memeluk tubuh papa nya kembali sambil menangis penuh kesesakkan.

Kenapa seakan dari kemarin air matanya tak henti-hentinya mengalir. Dada nya tak pernah berhenti membuatnya sesak pada takdir tuhan yang diberikan.

"Udah-udah anak papa gak boleh nangis, udah gede malu" ucap papa nya sambil menghapus bekas air mata yang mengalir dipipi putrinya padahal ia juga menangis sama hal nya.

"Papa juga nangis" kilah Erel yang memang benar adanya.

"Iya papa gak nangis lagi. Sekarang mending kamu rapih-rapih dulu, ini masih pakai seragam. Papa tunggu dibawah ya. Kita temuin bunda" Erel mengangguk dan kembali kekamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

Tak lama Erel sudah rapih dan menghampiri papa nya yang sedang duduk menunggunya dikursi tamu.

"Ayo pa" ajak Erel. Papa nya mengangguk dan sekarang mereka akan pergi menuju rumah sakit, dimana Livia dirawat.

🍁

Dari sini matanya menatap nanar ibundanya yang terbaring lemah diatas brankar. Erel masih dilarang untuk masuk karena kondisi bundanya yang belum stabil.

Dia sendirian disini. Papa nya sedang pergi untuk administrasi urusan pembayaran rumah sakit.

"Bun ... Bangun bun ... Erel udah pegel nungguin bunda, Erel kangen ocahan bunda yang selalu marahin Erel kalau Erel lagi males-malesan" gumamnya sambil menangis tanpa terisak. Separah inikah kecelakaan yang dialami bundanya sampai-sampai membuatnya dalam keadaan kritis.

Disini juga ia bisa lihat banyak selang yang menyatu pada tubuh bundanya, membuat gadis itu semakin sesak.

Jika saja semuanya bisa ditukar. Lebih baik Erel yang kecelakaan saat itu, bukan bundanya.

🍁

Kringggg ... Kringgg

Bunyi bel menggema, mengartikan bahwa jam pelajaran sekolah telah usai, dan semua siswa disini bersorak ria berhamburan keluar kelas mereka.

Sheila menatap samping bangkunya. Hari ini Erel tidak sekolah tanpa alasan atau absen. Sheila bertanya-tanya, kemana sahabatnya itu.

Sekarang hari Rabu. Hari dimana Erel seharusnya mengikuti ekstrakurikuler Musik yang telah ia pilih. Tapi gadis itu malahan tidak hadir.

My ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang