Disaat Ariel yang sibuk tertawa, Erel yang melihat itu seperti tertular walau dia hanya tersenyum. Tapi sebentar, untuk apa dia tersenyum? Entahlah, Erel hanya merasa dia bahagia melihat Ariel tertawa karenanya.
"Udah kali ketawanya, seneng amat" tegur Erel, lama-lama jengkel juga melihat cowok itu jadi besar kepala.
"Yaudeh, ke kantin yuk! Gue traktir" Erel mencebik, tapi mengiyakan mubazir kalo ditolak. Lalu mereka berdua berjalan menuju kantin. Beruntung sekolah sudah lumayan sepi, setidaknya Erel tak menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian murid-murid karena bersama cowok disampingnya.
Hanya ada anak eskul Basket dan Musik yang dijadwalkan diwaktu yang sama.
Dan dari sini dia bisa melihat cowok-cowok ber-jersey sedang merebutkan bola oren bergaris hitam itu. Tapi bukan itu yang mengganjal baginya. Disana ada cowok yang tersenyum kearah Erel, sungguh, cowok itu melihat kearahnya sambil tersenyum manis dan melambaikan tangannya.
Itu cowok yang dia tabrak tadi dikoridor, Erel hanya tersenyum canggung membalasnya.
"Lo kenal dia?" tanya Ariel, oh iya, dia baru sadar kalau sekarang dia masih bersama cowok itu. "Enggak" balasnya singkat, karena tidak terlalu penting juga rasanya untuk dibicarakan.
"Kayanya kalian deket" ujar Ariel lagi, seperti memancing obrolan dengan topik ini. "Huft, tadi gue gak sengaja nabrak dia. Kepo banget" sahut Erel jengkel.
Ariel terlihat mangut-mangut. "Jauhin dia!" Erel berhenti sejenak dengan langkahnya. Dia menatap Ariel dengan tanda tanya. "Emang kenapa?" tanyanya, sebab dia rasa tak ada yang bahaya juga, lagi pula mereka tidak saling kenal.
"Jauhin aja" ujar Ariel ketus.
"Dih nih cowok berlagak ngatur-ngatur gue" batin Erel menatap Ariel bengis.
"Masalahnya apa sama lo, hak gue dong mau deket sama siapa aja" sewot Erel.
"Oh, jadi lo mau jadi siapa-siapanya gue?" tanya Ariel yang seperti jebakan.
"Ya, ya bukan berarti begitu. Gue juga ogah kali" sungut Erel menggebu-gebu, dia merasa benar-benar gugup, entahlah memang begitu rasanya.
Mungkin cowok yang sebenarnya harus dia jauhi itu Ariel, ya memang Ariel. Pertama, dia merasa gugup, canggung, dan berdebar jika bersama Ariel dan itu benar-benar membuatnya kelimpungan sendiri.
Ketika Ariel menoleh kearah Erel yang sedang salah tingkah itu benar-benar membuatnya senang, apalagi pipi gadis itu yang merona, begitu manis.
Tapi sebentar, dari arah lapangan Basket dia tak salah lihat lagi, ada lemparan bola Basket yang mengarah ke Erel. Refleks dia menarik Erel agar terhindar. Erel yang ditarik tidak bisa menahan tubuhnya sampai menabrak dada Ariel?!!!!
Namun karena sampah plastik yang diinjak Ariel membuat cowok itu sulit menjaga keseimbangan apalagi dengan Erel yang ada didekapannya. Mereka pun sama-sama terjatuh yang akhirnya...
Bukan itu yang membuat keduanya terkejut,
Erel..
Erel menciumnya?
![](https://img.wattpad.com/cover/164011093-288-k371752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imagination
Teen FictionKau bumi, aku matahari Jika ku dekati, maka kau akan hancur karena ku Maka dari itu, lebih baik seperti sebelumnya Sebelum kita tak saling mengenal saja Kita yang tak ada hubungan Mungkin lebih baik kesemula Tapi apakah bisa? 〜〜〜〜 NOTE: CHAPTER BEBA...