"Gue lupa cerita soal dia. Sebenernya, cewek tadi itu-"
🍁
Hujan turun dengan derasnya sekarang, bel pulang sekolah sudah berbunyi dari setengah jam yang lalu.
Gadis itu menghela nafas panjang. Berapa lama dia akan terperangkap disekolahnya?
Padahal hari ini dia ingin segera ke Rumah Sakit untuk menemui bundanya.
"Ck, kapan redanya sih" keluhnya sedari tadi.
Sebenarnya saat pulang sekolah, Erel seperti biasa akan nebeng dengan Sheila. Tapi cewek itu bilang, dia harus langsung pergi karena ada urusan. Kalau sudah begitu, Erel hanya bisa mengiyakan dan menunggu kendaraan umum dihalte dekat sekolahnya.
Jam sudah menunjuk pukul 6.45, sebenarnya Erel tak yakin akan ada kendaraan umum yang lewat di jam-jam segini, sekolah sudah sepi karena kebanyakan mereka dijemput oleh supir atau bareng pacar mereka.
Kesialan menimpanya kembali saat ponsel nya mati. Padahal sudah ada niatan untuk memesan ojek online.
DUAARRRRRR!!!
Erel kaget bukan main. Dia menutup kedua telinganya, suara petir itu sungguh sangat memekakan telinganya. Tubuhnya sedikit gemetar dan dingin mulai menjalar.
Kenapa harus ada situasi-situasi seperti ini dia alami. Hujan deras, suasana sepi, dan langit yang mendung karena malam akan segera menyambut. Lengkap sudah kesialannya.
Seragam Erel sebenarnya sudah sedikit basah, ingin menggunakan jaketnya, tapi dia baru ingat kalau benda itu tertinggal dikamarnya.
"Hujan reda sebentar ya, biar gue bisa balik" gumamnya sembari menatap langit yang mendung. Sebenarnya kata-kata itu tidak masuk akal, tapi yasudahlah Erel hanya tak ingin rasanya terlalu sepi saja.
15 menit menunggu hujan reda, tapi tak memuahkan hasil juga. Kalau begini jadinya tak ada cara lain selain menerobos.
Biarpun hal ini sangat beresiko, tapi mau tak mau dia harus lakukan itu dari pada lumutan menunggu dihalte.
"1 ... 2 ... 3!!" Erel langsung berlari dijalan trotoar yang untungnya sepi jadi dia merasa legang.
Tubuhnya jangan ditanya bagaimana. Dia sudah basah kuyup sekarang, berkali-kali gadis itu mengelap wajahnya karena air hujan yang menghalangi pandangannya.
"Lo udah gila ya?" sebenarnya suara itu sedikit samar karena tertutup oleh hujan, tapi cukup membuat langkahnya terhenti untuk menoleh kesamping.
Cowok itu lagi, cowok itu lagi. Tak ada kaum adam lain kah yang ada kala dia susah selain Ariel?
"Heh! Lo budek?" tanyanya kembali ngengas, Erel tak perduli dan lebih memilih berlari kembali menghindari cowok gila itu.
"Jangan belajar tolol deh. Lo kan sekolah biar pinter, udah cepet naik motor gue"
"Kenapa lo harus perduli sama gue sih?" Erel sudah cukup muak dengan Ariel, cowok ini bisakah tak perlu ikut campur. Bukannya Erel pun tak ada urusannya dengan cowok ini?
"Karena gue perduli sama lo" ungkap Ariel yang bukan jawaban tapi lebih tepatnya pengulangan kata-kata.
"Udah cepet lo naik, gak usah sempet-sempetnya gengsi sekarang" lanjut cowok itu lagi. Erel masih diam ditempat agak dilema, ingin cepat sampai rumah tapi sangat malas harus semotor dengan cowok gila ini.
Ah, benar, cowok ini sebenarnya naik motor, dan pakaiannya juga basah, dia itu hanya melindungi kepalanya dengan helm. Itu saja kelebihannya dibanding Erel yang dari ubun sampai telapak kaki tanpa sebuah pelindung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imagination
Roman pour AdolescentsKau bumi, aku matahari Jika ku dekati, maka kau akan hancur karena ku Maka dari itu, lebih baik seperti sebelumnya Sebelum kita tak saling mengenal saja Kita yang tak ada hubungan Mungkin lebih baik kesemula Tapi apakah bisa? 〜〜〜〜 NOTE: CHAPTER BEBA...