"Dadah Lala" pekiknya sambil melambai tangan dengan Sheila dirumah sebelahnya.
Mereka sudah pulang, dan Adam yang akan tetap menjaga Livia dirumah sakit.
Erel masuk kedalam rumahnya dan langsung menyalakan lampu. Inilah nasibnya gak ada pembantu, jam 6 malam membuat rumah ini semakin gelap.
Setelah selesai, Erel langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Saat dia mandi, tanpa dia tahu handphone-nya berdering diatas kasurnya.
Ariel montok is Calling...
Sampai sambungan telpon itu mati dan terdengar bunyi notif chatting.
Ariel montok
gue otw rumah lo.30 menit pun berlalu, Erel keluar dari kamar mandi untuk mengambil baju dilemari karena tadi dia lupa membawa bajunya dulu sebelum mandi. Namun sungguh, dia enggan mengatakan kelanjutan cerita ini.
"ARIELL NGAPAIN LO DISINI BEGO!" teriaknya lalu berlari kembali menuju toilet. Ariel mungkin sudah gila, ah ralat dia memang gila. Bayangkan saja, dia hanya memakai bathrobe tanpa ada sehelai apapun lagi dibalik bathrobe-nya, dan ada cowok dikamarnya.
Ariel yang melihat Erel keluar dari kamar mandi cuman cengok sambil menelan salivanya. Dia pikir Erel dikamar mandi sedang wudhu karena sudah azan isya.
"Lo ngapain masih disitu, KELUAR!" pekik Erel lagi dari dalam kamar mandi. Untung saja papanya belum pulang, entah apa jadinya kalau papanya tau ini.
Setelahnya cowok itu langsung keluar dari kamarnya dan Erel yang sibuk memaki Ariel didalam kamarnya.
"Dasar cowok sinting" umpatnya.
🍁
Saat ini dua orang itu saling duduk berhadapan, satu diantara mereka menelisik tajam dan satunya lagi seperti maling yang ketahuan mencuri.
"Lo mao ngapain kesini?" tanya Erel yang terdengar sangat emosi. Jelas, bagaimana dia tidak marah ada seorang cowok yang dengan O2N-nya masuk kamarnya, lalu parahnya melihat dia yang hanya pake bathrobe.
"Lo gak pa-pa?" serobot tuh cowok.
"Emang gue kenapa menurut lo?" tanya Erel geram.
"Gue pikir ada yang nyulik lo, lagian lo gak bales telfon gue" sahutnya, Erel memasang wajah seakan berkata 'what?'.
"Mending lo angkat kaki dari sini" sungkan Erel.
"Lo ngusir gue?" tukas Ariel.
"Kalo iya?" sarkas Erel. "Oke, cuma mau kasih tau kalo sekarang itu emang lagi rawan penculikan, pembegalan, perampokan" Erel menaikkan satu alisnya, dikira dia takut apa? Nanti juga papa-nya pulang, jadi dia gak sendirian.
Ting!
Bunyi notifikasi ponsel-nya mengalihkan perhatiannya dari wejangan Ariel yang berusaha sekuat tenaga agar dia ketakutan dan membuat cowok itu tidak jadi dia usir.
Papa
Rel, papa gak bisa pulang hari ini, mama anfal soalnya dan papa masih nunggu sekarang.Mata Erel membola, dia langsung merasa cemas dengan bundanya. Oh tuhan, jagalah bunda, tak lama air mata itu mulai mengalir indah saja dipipinya. Bunda-nya kenapa bisa sampai separah ini, tadi sore dia masih baik-baik saja, tapi sekarang kenapa begini lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imagination
Teen FictionKau bumi, aku matahari Jika ku dekati, maka kau akan hancur karena ku Maka dari itu, lebih baik seperti sebelumnya Sebelum kita tak saling mengenal saja Kita yang tak ada hubungan Mungkin lebih baik kesemula Tapi apakah bisa? 〜〜〜〜 NOTE: CHAPTER BEBA...