II . 1 Persetujuan

3K 399 1
                                    

Tangannya lihai bermain diatas komputer, sesekali ia mengecek pada notes kecilnya. Proposal mengenai pengajuan dana untuk menggarap sebuah proyek di Swiss, harus ia selesaikan sekarang.

Membangun restoran bergaya Thailand yang sedikit dipadukan dengan culture wilayah disana, menjadi rencana utama untuk segera menyelesaikan proyek tersebut.

Handphonennya berdering, menandakan telepon masuk,

"Lisa-yaa, gue butuh bantuan lo" Lisa menjauhkan ponselnya, mengecek siapa yang menelponnya dengan bahasa non baku, ia menyunggingkan senyumannya setelah ia membaca nama Jennie tertera di layar ponselnya.

"Bantuan apa? Gue gamau ya kalo lo mau ngutang, plis jen, gue gamau lagi minjem-minjemin uang ya, gue udah trauma sama pelanggan gue dulu coy, ru--

"Bangsat Lis! Gue bukan mau minjem duit. Gue mau minta bantuan"

Lisa memutar kursinya, ia sedikit mengernyit saat Jennie memintanya untuk memberi bantuan, bantuan apa?

"Kurva pendapatan, laba, dan anggaran dari Leo Corp, perusahaan naungan gue. Lagi menurun drastis, ayolah Lis. Bantuin gue, gaji gue makin menurun disini, seenggaknya lo kasih sedikit kerja sama, atau solusi solusi? Mungkin"

Lisa mengetukkan jarinya di dagu, "Solusi? Berdoa, dan berserah kepadaNya"

"Kampret sialan. Mungkin lo butuh perusahaan dibidang pemasaran, disini juga bidangnya, kita bisa bantu. Biaya lo kesini plus biaya semuanya perusahaan ini yang nanggung"

Lisa membuka komputernya, "Apa nama perusahaannya?"

"Leo Corp"

"Oke, see you in Indonesia ya babe" Lisa tersenyum, ia semakin tersenyum mendengar Jennie berteriak lega disana. Lisa menarik nafas, ini bukan permulaan yang buruk. Dan ia juga berharap, ini segera selesai.

+++

10 tahun silam, meninggalkan Jakarta dengan berat hati. Kini Lisa dipertimbangkan oleh banyak dilema. Bahkan ia pergi dengan akhir yang tidak baik-baik saja. Ujian Kenaikan Kelas, tidak diikutinya, bahkan ia sudah terbang ke Thailand atas permintaan Megan, ayahnya.

Jungkook?

Ia juga tidak tau bagaimana kabar pria itu semenjak ia pergi ke Thailand. Lisa mengganti nomornya, memutuskan kontak dengan siapa pun. Ia harap ini adalah lembaran baru hidupnya yang harus ia tata dengan baik.

Ia salah,

Ia masih memikirkan Jungkook, 10 tahun merupakan penyiksaan baginya. Ia merindukan pelukan hangat pria itu, bahkan ia terlalu kalut saat membayangkan Jungkook sudah melamarnya semenjak mereka berada di kediaman nenek kakeknya.

Ia jadi takut memikirkan, bagaimana sikap Jungkook kepada nya sekarang. Lisa tidak berharap banyak. Apabila Tuhan menakdirkan mereka untuk bertemu kembali, Lisa tidak akan menyianyiakan kesempatan kedua.

"Mikirin apa?"

Hyunjin menaruh segelas teh hangat diatas meja. Ia ikut duduk disebelah Lisa sembari menatap pemandangan teras balkon dari atas. Hyunjin memang ikut andil dalam perusahaan Lisa atas perintah Megan.

"Engga ada apa-apa"

"Tidurnya jangan kemaleman. Besok harus berangkat kan? Ke Indonesia?"

Lisa mengangguk.

"Kerjain apa yang jadi tugas lo Lis, semoga berhasil!" Hyunjin beranjak. "Thanks kak"

+++

Sudut Kota JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang