•| Maafkan jika aku akan memulai hidupku yang kedua ini tanpa hadirmu lagi.
Lorong-lorong sekolah ini masih sepi, ini masih terlalu pagi untuk memulai kegiatan. Hanya saja aku ingin menghindari tatapan mata yang menyelidik itu. Kabut dingin itu menghalangi jarak pandang kami.
Aku mengeratkan genggaman tangan kakakku, aku terlalu takut untuk menembus kabut dingin itu."Ada apa? Tanganmu berkeringat." Dia menghentikan langkah kakinya lalu menggenggam tangan kananku dengan kedua tangan kecilnya.
"Kakak yakin? Aku akan baik-baik saja? Apa mereka akan menerimaku kembali seperti dulu." Aku merasakan mataku memburam, ini pertama kalinya aku akan bertemu dengan banyak orang setelah 2 tahun aku hanya ada dirumah. Aku harus sampai menahan nafas agar tidak menangis didepannya.
"Dik, bernafaslah, bernafas kau butuh bernafas. Semua akan baik-baik saja kakak yakin. Kau ingat Grizelle?" Aku menatap mata kakakku, dia sangat bersemangat. Mata itu selalu bisa membuat orang yang menatapnya menuruti apapun kehendaknya.
"Ya, mana mungkin aku lupa dengannya. Mungkin bisa dibilang dia teman baikku."
"Dia sudah bilang ke kakak kalo dia kangen sama kamu, dia pengin ngajak kamu jajan bakso dikantin lagi." Kakak ku berkata seperti itu dengan melanjutkan perjalanannya, dia tetap menggandeng tanganku. Ku rasa tanganku sudah berkeringat dingin. Dia melanjutkan perkataannya.
"Ini dia kelasmu. Sekolah yang baik ya, jangan jadi anak nakal." Dia menatapku sembari membenarkan letak dasiku.
"Ini kelas untuk kelas 12 kak, ya masak aku langsung loncat kelas?" sebenarnya ketika aku berhenti sekolah dulu waktu itu aku sudah masuk kelas 10.
Kalau dihitung dengan benar ya aku sudah kelas 12 sekarang, dan sekarang ada musim ujian untuk kelas 12. Bagaimana bisa sekolah ini membiarkan murid yang tidak bersekolah selama 2 tahun tetap dibiarkan mengikuti ujian.
"Kamu tau arti dari ujian beberapa minggu yang lalu? Yang ada 4 guru datang kerumah?" aku hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala. Ini terlalu rumit untukku, aku tidak keberatan jika aku harus mengulang lagi dari kelas 10.
"Itu ujian untuk menentukan kamu pantas atau tidak dengan melanjutkan kelas 12. Dan hasilnya luar biasa kamu bisa mengerjakannya dengan baik." Perempuan bawel itu mengusap pipiku pelan.
"Ya, itu semua berkat kak Akmal yang biasa menemaniku dengan memberikan pelajaran." Aku takut sebenarnnya.
"Ada untungnya juga aku punya kekasih sepertinya." Ya selalu saja seperti ini dia membanggakan kekasihnya itu.
"Kamu tahu arti nama kamu dik?" Kali ini dia bertanya dengan wajah yang serius.
"Ya, Kekasih yang berharga bukan." Itu nama pemberian kakek dengan ayah.
"Kamu pintar sekali, jika kamu merasakan ada yang aneh telfon kakak atau kak Akmal ya."
Dia berpamitan, aku menarik tangannya."Tunggu sampai Grizelle datang yah, aku masih takut." Aku memaksakan sebuah senyuman tapi gagal.
"Ya tentu, masuk dulu dan duduk dibangku yang sudah tertera namamu dik." Dalam sekejap dia sudah mendudukkanku di bangku tengah, tepat ditengah.
Setelah diam beberapa menit sembari menatap kelas ini.
Tiba-tiba pintu kelas dibuka dengan sangat keras.
Gadis itu berlari kearahku dengan hitungan detik gadis berkerudung putih itu sudah memelukku dengan erat. "Gue kangen banget sama lo, kenapa sih kak Ana ngelarang ketemu sama gue. Yang harusnya ngga boleh ketemu itukan ..." ucapannya menggantung seketika aku menolehkan kepalaku kearah kakakku itu ternyata dia sudah melotot kearah Grizelle.
"Halo, aku juga kangen sama kamu Grizelle." Disisi depan pintu kelas anak itu berdiri menyandar kepintu.
"Biasanya kan panggil Griz, kenapa tiba-tiba jadi Grizelle lagi sih. Ngga usah kaku kali sama gue." Dia semakin mengeratkan pelukannya.
Ketika kakakku sudah pulang dan murid-murid mulai berdatangan, dan suasana kelas mulai ramai. Bel masuk sudah berbunyi dengan segera Griz duduk disampingku. Guru yang pernah datang kerumah itu masuk dengan senyumnya yang cantik, ya beliau masih terlalu muda untuk menjadi wali kelas kami.
"Selamat Pagi semua karena teman kita sudah kembali bersekolah, bagaimana kalau kita minta dia menyampaikan keadaannya. Dayita silahkan maju dan perkenalkan kembali dirimu."
Ini sebenarnya sangat mudah, tapi dengan kondisiku yang seperti ini membuat tanganku berkeringat lagi. Ketika aku sudah berada didepan seluruh kelas menatapku dengan pandangan berbeda-beda tentunya.
Ayolah ini mudah semalam aku sudah berlatih dengan kakakku, ini akan menjadi mudah.
"Selamat pagi semuanya, ba-bagaimana kabar kalian. Namaku Dayita Fawnia pa-panggil saja Faw." Suaraku seperti terjeda dengan sendirinya, sebelum melanjutkannya aku menarik nafas dengan cepat.
"A-aku akan sudah kembali bersekolah mulai hari ini, se-semoga kalian bisa menerimaku dengan baik." Ini harus diakhiri dengan senyuman seperti kata Kakak tapi wajahku sepertinya kaku, aku hanya mampu menarik bibirku sedikit.
Sebelum guru itu menyahutiku terdengar suara teriakkan dari luar kelas.
"Good Morning Baby." Suara Familiar itu terdengar kembali.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
Teen FictionKukira dengan menjaga jarak denganmu bisa membuatku melihat dunia dengan damai, tetapi aku sudah kecanduan akan senyummu itu. Senyum yang bisa mengalahkan obat yang selama 2 tahun ini ku konsumsi. Benar kata mereka kamu memanglah segalanya - Faw