Setelah berdebat dengannya sebelum naik motor, saat kami sudah dalam perjalanan bahkan aku tidak berani maju-maju. Ya meskipun jok bekalang sudah penuh denganku.
“ Mau makan apa?” Bina menepikan sepedanya lalu melaju dengan pelan.
“ Terserah sih, soalnya gua juga udah makan tadi sore.” Aku mengendikkan bahuku pelan, karena makan siang yang agak kesorean tadi jadi waktu makanku jelas terganggu.
“ Bakso mau nggak?” Dia menolehkan kepalanya kesamping kiri, untuk bisa melihatku.
“ Nggak masih kenyang, Lo penginnya makan apa?”
“ Gua nggak laper. Lo aja yang milih mau makan apa.” Tiba-tiba dia berhenti didepan ruko-ruko tempat berjualan berbagai kuliner.
“ Lah terus kalo lo nggak laper ngapain ngajak gua cari makan?” Karena tidak enak duduk diatas motor akhirnya aku turun lalu berdiri ditrotoar.
“ Cuma pengin aja ngajak lo jalan.” Dia menjawab dengan melepaskan helmnya, tidak lupa juga dia menyisir rambutnya kebelakang dengan pelan.
“ Dasar botol kecap, gua kira lo masih belum puas gua traktir tadi jadi nggak enak.” Aku mengepalkan tanganku menahan agar aku tidak menganiayanya.
“ Maaf ya, gua kira tadi traktiran biasa jadi gua ngajak Nayla. Gua nggak tau kalo lo mau berterima kasih.” Dia memutar duduknya menghadapku.
“ Jadi…. Karena gua baik jadi sekarang lo beli jajan sana, katanya Adam kalo lo nggak jajan sebentar udah gemeteran tuh mulut. Sana masuk gua mau parkir sepeda dulu. Sini helm lo.” Dia menyodorkan tangan kanannya, aku melepas helmku lalu memberikan padanya.
Entah kenapa dia semenjak tadi selalu bilang ‘KATA ADAM’ apa Adam suka cerita-cerita tentang aku kesemua orang ya, tadi Adam bukan tipe orang yang seperti itu. Tapi bisa juga sih.
Aku masuk kedalam area ruko-ruko tadi disana ternyata menjual berbagai macam jajanan, aku jadi bingung mau makan yang mana. Persetan dengan barusan makan kalo lihat yang seperti ini rasanya pengin kumakan semua.
Saat aku berdiri mengantri didepan kedai menjual minuman bubble tea, Bina mendekat lalu berdiri disampingku.
Semenjak Bina berdiri disini kulihat cewek-cewek yang sedang mengantri didepanku berkali-kali menengok kearah kami. Gayanya seperti sedang caper ke Bina. Dengan sengaja kugoda kalian berdua.
“ Lo mau juga?” Karena sedari tadi Bina hanya berdiri dan sibuk dengan hapenya.
“ Samain aja sama lo.” Dia bahkan menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari hape itu.
Betul saja kulihat mereka langsung berbisik-bisik dengan mata yang masih melihatku, meskipun ketika kulihat balik dia selalu melihat kearah lain.
Sesudah memesan minuman, aku menyuruh Bina mencari tempat duduk sedangkan aku masih mengantri lagi didepan kedai yang menjual berbagai cemilan pedas.
Kulihat kearah Bina duduk ternyata ada seorang cewek dengan rambut yang dicat berwarna pirang tengah duduk dengan Bina.
Karena sibuk dengan memesan makanan akhirnya aku tidak mengawasi mereka berdua, saat kulihat lagi ternyata cewek tadi sudah tidak ada. Dengan membawa 3 jenis makanan pedas aku berjalan kearah Bina.
“ Kalo lo mau, beli sendiri sana.” Aku duduk didepannya dengan meletakkan makananku tadi.
“ Katanya nggak laper, kok beli sebanyak ini?” Dia akhirnya meletakkan hapenya dimeja.
“ Kepengin sih, gegara lo nih gua laper lagi akhirnya.” Mendengar jawabanku dia tertawa hingga kedua matanya memejam erat, bahkan sampai beberapa pengunjung melihat kearah kami.
Tidak tahan lagi aku mencubit tangannya yang sedang memukul-mukul meja itu, sontak dia langsung diam.
“ Santai dong ketawanya, puas banget lo kayaknya.” Aku mulai memakan Sosis bakar yang kubeli tadi.
“ Yaiya lah, bener juga kata Adam.” Dia tertawa lagi tetapi tidak sekeras tadi.
“ Eh iya, lo dari tadi kok bilang kata Adam sih. Emang si Adam sering ceritain gua ketemen-temennya ya?” ketika mendengar ucapanku, dia langsung diam lagi.
“ E-enggak juga sih. Cuma gua aja yang kepo tentang lo.” Dia menjawab dengan suara yang sangat pelan sampai-sampai aku harus mencernanya beberapa saat.
“ Kenapa lo kepo sama gua. Kan udah gua bilang gua udah sembuh.” Kata Kak Oxa aku harus tenang jika seseorang penasaran dengan sakitku.
“ Gua bukan kepo sama yang lo alami dulu, Cuma gua pengin tau aja lo itu anaknya kek gimana, kebiasaan lo apa, apa aja yang lo suka. Gitu doang sih.”
Rasanya kepalaku seperti dipukul dengan palu beberapa kali, kulihat Bina juga bertingkah aneh bahkan dia beberapa kali mengusap tengkuknya.
“ Gua harap lo mau berteman sama gua.” Finalnya dengan tersenyum.
To Be Continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
Teen FictionKukira dengan menjaga jarak denganmu bisa membuatku melihat dunia dengan damai, tetapi aku sudah kecanduan akan senyummu itu. Senyum yang bisa mengalahkan obat yang selama 2 tahun ini ku konsumsi. Benar kata mereka kamu memanglah segalanya - Faw