06. Adam Gemilang

119 5 0
                                    

Saat kutanya begitu Kak Oxa hanya tersenyum dan membelai tanganku yang memegang bajunya.

“Ngga usah sok cantik deh. Ngeselin banget mukamu kak.” Aku tertawa sambil berguling dikasurku.

“Kan, aku belajar menenangkan pasien yang ngeselin kayak kamu.” Dia keluar dari kamarku dengan menghentak-hentakkan kakinya. Dasar cewek cerewet yang pemarah.

***

Dikamar aku hanya berbaring menatap langit-langit kamarku yang berwarna Putih. Disana dia duduk dijendela kamarku yang terbuka.

Aku hanya menatapnya sekilas tanpa ada rasa untuk berbicara dengannya lagi, sudah cukup bagaimana aku peduli dengannya dulu.
Dia hanya duduk disana dengan tersenyum menatapku.
Ketika pikiranku sudah membayangkannya Pintu kamarku diketuk pelan.

“Dik, Adam datang temui diruang tamu sana.” Itu suara Mama yang sedang masuk kedalam kamar. Belum juga aku beranjak dari tempat tidurku.

“Ngga baik kayak gitu sama teman Dik, sudah keluar temui Adam sana. Mama ngga suka anaknya marahan ke teman baiknya.” Beliau keluar kamar lagi, tanda jika tidak mau dibantah.

Dengan berat hati aku keluar dari kamar dan berjalan dengan lambat kearah ruang tamu. Disana terdapat Adam yang sedang berbicara dengan Kak Oxa dan Bang Akmal. Raut wajahnya terlihat sangat menyesal.

Aku duduk satu kursi dengan Adam, dia tidak menoleh padaku padahal aku sudah menghempaskan tubuhku dengan keras disampingnya.

“Kalian berdua perlu bicara, Dan Faw kamu ngga boleh begitu dengan Sahabatmu.” Kak Oxa berbicara dengan nada bicara yang sedikit keras padaku dan langsung pergi begitu saja.

“Dam, ingat kata-kataku tadi ya.” Bang Akmal juga berdiri untuk mengikuti Kak Oxa.

“Maafin aku ya, aku sudah egois. Padahal kamukan ngga ngapa-ngapain.” Aku membuka pembicaraan karena sudah lama kami saling diam diruang tamu yang luas dan sunyi ini, selama kami diam yang terdengar hanya detik jam dinding.

“Nggak Faw, yang salah itu aku. Kamu benar pasti kamu tersinggung tapi sumpah demi Allah aku ngga niat menyinggungmu Faw. Aku hanya ingin membantumu, aku ingin membantu Kak Oxa menyembuhkanmu. Aku sayang sama kamu Faw.” Dia memegang tanganku kurasakan tangannya yang bergetar menggenggam tanganku dengan sangat erat. Matanya yang biasa ceria kini seakan terselimuti rasa bersalah yang sangat besar.

Aku jadi ngga tega bila melihat Ogre sangar ini jadi seperti ini, dia terlalu baik untuk berteman dengan orang yang mudah tersinggung sepertiku. Melihatnya begitu aku menggenggam tangannya juga.

“Maaf ya, niatmu baik tapi malah aku bersikap seolah-olah kamu mengejekku. Maaf ya.” Dan selesai berbicara seperti itu aku menangis lagi didepan Adam.

“Kamu pasti tersinggung Faw. Aku yakin jika aku menjadi dirimu aku akan--”

“Sudah Dam, aku nggapapa kamu jangan seperti itu aku jadi sedih.” Air mataku sudah tidak bisa ditahan lagi aku menangis dengan rasa yang sangat sesak didadaku yang tidak bisa berkurang.

Seketika itu Adam menarikku dan membiarkanku menangis dipelukkannya, ya kami sudah sering bertengkar, tapi kami akan selalu berbaikkan lagi.

“Jangan menangis lagi Faw, Aku ngga bisa pulang kalau kamu menangis terus.” Dia membelai kepalaku pelan. Sebenarnya dia akan menjadi sangat dewasa jika kami bertengkar.

“Siapa yang suruh kamu pulang dulu, disini sebentar ya kita makan dulu.” Aku melepaskan pelukan kami.

“Iya juga, aku dari disekolah tadi ngga makan sama sekali.” Dia memegang perutnya itu dengan tersenyum.
Daritadi aku menemani Adam makan didapur dengan memakan Es Creamku, Kak Oxa datang dan langsung minum air.

“Kan gini jadi enak dilihat, Ngga usah berantem lagi. Nggak malu apa berantem terus baikkan lagi.”

“Iya kak, siap aku akan jaga Fawnia dengan segenap jiwa dan ragaku.”  Adam berdiri dan berbicara dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.

“Makan dulu, ih jorok muncrat-muncrat semua itu.” Kak Oxa mencubit lengan Adam dengan sangat keras.

“Iya iya hehe, sakit kak.” Dia mengelus pelan lengannya yang dicubit kakakku tadi.

“Bacotmu tadi bilang apa? Segenap jiwa dan raga, sok-sokan banget lo. Kayak superman aja.” Aku langsung menempeleng kepalanya, didetik berikutnya dia sudah menarik rambutku dengan sangat keras.

Jika sudah seperti ini, itu tandanya kami sudah berbaikan seperti biasanya.

To Be Continued

My Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang