Kukira omongan Griz tadi memang betul tapi nyatanya tidak, ketika Tama datang kekelas kami untuk menjemputnya Tama hanya datang sendirian dia tidak bersama Bina.
“ Tam? Bina kok ngga sama lo?”
“ Entah gua juga ngga tau Faw. Emang kenapa tumbenan lo tanya-tanya tentang Bina?” Jawaban Tama kurang memuaskan menurutku.
“ Kata Griz tadi lo sama Bina itu selalu berdua terus. Kenapa sekarang enggak sih?”
“ Dia tadi pergi duluan nggak tau kemana. Ada apa sih Faw?” Tama memperhatikanku dengan seksama, mungkin dia penasaran kenapa aku tiba-tiba mencari temannya itu.
“ Iya nih, tumben banget sih lo dari pagi tadi nyariin Bina.” Griz juga ikut-ikut mendekatkan wajahnya kearahku.
“ Yaudah gua cari Bina dulu, gua ada urusan bentar sama dia.”
Tanpa mendengarkan pertanyaan mereka lebih banyak lagi akhirnya aku pergi keluar kelas untuk mencari Bina.
Untuk mencoba menemukannya aku pergi ke koperasi sekolah tetapi hasilnya nihil.
Lalu aku berjalan lagi kearah taman belakang sekolah juga tidak ada, dikantin pun demikian.
Akhirnya karena capek setelah muter-muter kebetulan aku lewat depan kelas Adam, melihat Adam ada disana aku memutuskan untung mengajaknya pergi kekantin sebelum jam istirahat berakhir.
“ Halo, permisi boleh masuk nggak?” Aku mengetuk pintu kelas itu pelan, untuk menunjukkan rasa sopan saja.
“ Eh Faw sini. ” Adam memanggil ku dengan melambaikan tangannya.
“ Permisi ya.” Aku tersenyum menyapa beberapa siswa yang ada didalam kelas itu.
Ternyata dibalik badan Adam yang besar itu Bina duduk disana dengan menonton laptop.
“ Eh gua cariin juga ternyata ada disini.” Aku mendekat kearah Bina lalu menepuk bahunya pelan.
“ Faw? Ada apa?” dia menarik kursi disampingnya, mempersilahkan aku duduk.
“ Ngapain cari Bina? Dia disini dari tadi.” Adam menarik-narik bagian belakang kerudungku pelan.
“ Mau gua ajak makan ngga?” Aku menepis tangan Adam pelan, tapi tetap menatap Bina.
“ Habis ini kan masuk.” Jawab Bina dengan mematikan laptop miliknya.
“ Nanti deh gimana ? mau ya gua maksa loh.”
“ Oke, tapi traktir ya.” Dia nyengir kearahku.
“ Gampang, Gua balik dulu ya.” Aku menepuk kepala Adam pelan lalu keluar dari kelas itu.
“ Gua nanti ikut ya.” Teriak Adam dengan keras.
Aku membalikkan badan lalu menjawab dengan kepalan tinjuku.
***
Waktu bel pulang sekolah sudah berbunyi aku langsung berpamitan dengan Griz untuk langsung keparkiran karena sejak masuk tadi Griz sudah bertanya yang macam-macam ke aku, aku kan jadi bingung mau jawab apa.
Langsung saja aku berlari kearah parkiran, karena jarak parkiran dengan kelas Adam sangat dekat kulihat Adam sudah berada diatas motornya.
“ Bina belom sampe?” Aku mencolek pinggang Adam pelan, sontak saja dia menjingkat pelan.
“ Eh, belom kok lo udah sampe sih Faw kelas lo kan jauh.” Dia membetulkan kerudungku yang agak berantakan.
“ Faw, jadi makan ngga nih?” Bina mendekat kearah kami, dibelakangnya ada Nayla yang sibuk mengekorinya.
“ Iya jadi kok. Lo mau makan dimana gua traktir deh.” Aku tersenyum kearahnya dan Nayla bersikap sopan.
“ Gimana kalo soto ayam yang dekat lampu merah itu? Gua lagi pengin nih. Eh tapi gua ngajak Nayla boleh ya?” Bina menjawabku tetapi tangannya sibuk mengelus rambut Nayla.
“ Oh jelas boleh dong. Ya nggak Faw.” Adam menyenggol tanganku pelan lalu dia memberi kode dengan mengedipkan mata beberapa kali.
“ E-eh iya b-boleh kok. ” aku menjawab pertanyaan itu tapi didalam otakku masih bingung dengan sikap kedua orang ini.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
Teen FictionKukira dengan menjaga jarak denganmu bisa membuatku melihat dunia dengan damai, tetapi aku sudah kecanduan akan senyummu itu. Senyum yang bisa mengalahkan obat yang selama 2 tahun ini ku konsumsi. Benar kata mereka kamu memanglah segalanya - Faw