Hari yang kutunggu akhirnya datang juga, aku bangun lebih awal untuk berangkat sekolah hari ini, Kemarin malam bahkan aku sudah meminta Adam untuk berangkat lebih awal.
Hari ini saja ketika aku menelfonnya dia tidak menjawab sama sekali, aku takut dia lupa.
Lalu karena terpaksa aku menelfon Mamanya, dengan begitukan Adam tidak akan telat.
Benar saja ketika aku sudah menunggu didepan rumah, dia mengomel karena dia tidak bisa sarapan dulu mungkin dia juga sama bersemangatnya denganku.
“Lo mau ngapain sih sebenernya? Buru-buru amat, gua ngga sempet sarapan tau tadi.” Dia mengomel dengan mulutnya yang mengerucut lucu.
“Nanti anterin ya, biasanya.” Aku menepuk bahunya dua kali, cara ini biasanya mampu membujuknya.
“Iya, tapi gua ngga janji lo ya. ”
Karena aku tidak mendengar apa yang diucapkannya jadi aku hanya menjawab dengan Hehehe.***
Ketika sampai disekolah, aku langsung turun dari motornya lalu berjalan mundur dengan melambai ke Adam.
“Dam, gua duluan ya. Jangan lupa nanti gua tunggu beneran lo.”
“ Iya, ngomong mulu lo. Eh kalo jalan lihat belakang.” Belum juga Adam selesai bicara aku sudah menabrak orang yang jalan dibelakangku.
“Hehehe, maaf ya.”
Aku menoleh kearah anak yang kutabrak, ternyata aku menabrak Tama yang sedang berjalan dengan Bina.
“Ya ampun, gua kira tadi gua ditabrak Badak masak. kaget gua.” Tama membuat wajahnya dengan ekspresi kaget yang dibuat-buat, sedangkan Adam tertawa terbahak-bahak diatas motornya.
“Minggir, minggir gua mau lewat.” Tanpa basa-basi lagi aku langsung lewat ditengah-tengah antara Tama dengan Bina.
Saat didepan kelas, ada yang memanggil-manggil namaku sontak saja aku menoleh kearahnya.
“Fawniaa!!!” jerit Griz dari ujung lorong depan kelasku.
“Weh tumben banget lo jam segini udah dateng.” Godaku dengan menarik tasnya.
“Si Tama ada jam tambahan pagi, jadinya gua ngikut juga.”
Saat aku mendengarkan cerita Griz didalam kelas, satu persatu murid-murid berdatangan.
Ketika aku melihat kearah jendela luar kelas, Bina berjalan sendirian, tapi dia tidak menghilangkan senyumnya.
***
Waktu yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga, kukira aku akan menunggu Adam lagi seperti kemarin ternyata hari ini dia menepati janjinya.
Ketika aku sampai diparkiran dia sudah nongkrong diatas motornya.
“Ayo kita berangkat.” Dia tersenyum sesaat.
“Kita mampir ke toko bunga yang deket tempat itu ya.” Aku memakai helmku dan langsung naik kemotornya.
“Iya, gua tau kok. Udah lama juga ya gua nggak nganterin lo kesana.”
Karena aku sudah bersemangat sekali untuk segera sampai disana, akhirnya aku tidak menjawab Adam.
Akhirnya kami sampai ditoko bunga langgananku, kukira Adam tidak akan masuk kedalam juga seperti biasanya. Tapi kali ini dia ikut turun.
“ Bantuin gua milih bunga juga Faw.” Adam berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga Gerbera berwarna salem.
“ Lo mau beli bunga buat apa?” Aku mendekat kearahnya setelah memberikan beberapa ikat bunga baby Aster berbagai warna kepada pegawai toko itu untuk dibungkuskan.
“ Gua juga pengin bawa bunga juga, dulu gua nggak pernah bawa apa-apa kesana.” Dia menoleh kearahku yang berdiri disampingnya.
“ Bunga mawar juga bagus kok, lo sendiri taukan arti bunga mawar.” Aku memberinya beberapa tangkai mawar berwarna merah. Tetapi dia diam, kutinggal saja dia dan mengambil bunga yang sekarang sudah dibungkus kertas itu.
“Lo sendiri, kenapa selalu beli bunga itu.” Dia menunjuk bunga yang ada digendonganku dengan dagunya, karena tangannya sibuk dengan bunga mawar tadi.
Aku hanya senyum menanggapinya, akhirnya dia membeli beberapa tangkai bunga mawar tadi. Dan tersenyum lucu padaku.
To Be Continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
Teen FictionKukira dengan menjaga jarak denganmu bisa membuatku melihat dunia dengan damai, tetapi aku sudah kecanduan akan senyummu itu. Senyum yang bisa mengalahkan obat yang selama 2 tahun ini ku konsumsi. Benar kata mereka kamu memanglah segalanya - Faw