Bang Akmal memegang tanganku dengan kedua tangannya, ini memang cara kedua kakakku. Ya memang sih kalo mereka berbuat begitu padaku aku langsung menurut pada mereka.
" Udah tenang, kamu harus yakin jika kamu bisa sembuh. Kan kata Dr. Billy kamu bisa cepat sembuhkan?" Dia menatap tepat pada mataku. Matanya yang sedikit kecoklatan itu membuatku sedikit tenang.
" Bang, tadi Adam bilang ke aku kalo dia pengin kuliah jurusan Psikologi." Aku gemetar, tanpa aku sadari aku menangis di depan Bang Akmal.
Bang Akmal langsung diam, dia manunduk. Ketika dia medongakkan lagi kepalanya Bang Akmal langsung tersenyum.
" Jadi apa masalahnya dik?"
Aku sedikit gelagapan ketika ditanya begitu, aku juga tidak mengerti apa yang kurasakan.
" Aku juga ngga ngerti bang" Aku langsung menunduk dan menarik tanganku yang digenggamnya.
" Ok! Karena kamu ngga bisa menjelaskan apa yang kamu rasa. Sekarang kita pulang dan bicara sama Kak Oxa ya."
Selama diperjalanan pun kami hanya saling diam, cukup lama kami dalam perjalanan tiba-tiba Bang Akmal memberhentikan sepedanya.
" Ada apa?" Aku langsung turun dari sepeda berwarna hitam polos itu.
" Ngga tau kayaknya kempes ini bannya gegara boncengin gajah. " Dia tersenyum mengejek yang sangat menjengkelkan.
Dan ternyata kami berhenti di depan supermarket dekat rumah. Aku tersenyum lebar. Meskipun dia sedikit menyebalkan tapi Bang Akmal itu yang terbaik soal kepekaan.
" Inget juga ih! Makin sayang deh!" Ujarku dan segera berlari masuk kedalam supermarket.
Aku mengambil beberapa Es Cream rasa coklat dan rasa Lemon.
" Dih, habis makan bakso ambil Es Creamnya banyak banget Ndut."
Bang Akmal mendekat dan mengambil Minuman dingin." Jadi ngga iklas nih beliinnya? Yauda gua balikin dah." Kataku dengan membawa Es Cream itu ke kasir.
" Astaghfirullah, ternyata kamu suka berbohong ya. Abang aduin ke Kak Oxa loh." Dia mengelus dadanya pelan.
" Apaan sih bang?" Kataku dengan berpaling kearahnya yang berada di belakangku.
" Katanya dikembaliin ternyata malah dibawa kekasir. Astaghfirullah."
Ya begitulah Bang Akmal, makanya dia cocok dengan Kak Oxa yang sedikit menyebalkan.
Ketika kamu selesai berurusan di supermarket itu. Kami langsung pulang yang disambut dengan Mama didepan Pintu gerbang rumah.
" Darimana aja sih? Mama kan khawatir?" Sambut mama yang langsung membuka gerbangnya.
" Ini ma, si Abang Akmal ngajakin makan siang yang udah sore ini dulu."
Aku langsung mencium tangan beliau pelan. Ternyata dirumah Bapak sama Kak Oxa sudah duduk di teras rumah. Begitulah keluargaku jika ada yang masih diluar rumah akan ditunggu sampai datang.
" Sama Abang dik? Ditungguin Bapak nih dari tadi." Kak Oxa berdiri dan langsung keluar rumah menemui pacarnya.
" Ada apa Pak?" Aku mencium tangan Bapak dan duduk ditempat Kak Oxa tadi.
" Gimana tadi sekolahnya? Enakkan?" Bapak bertanya sambil meminum kopinya.
" Iya sih, cuma Si Adam agak aneh Pak." Aku sedikit aneh ketika menyebut nama itu dihadapan bapak.
" Ya gapapa, namanya juga lama ngga ketemu Dik." Bapak menatapku dan membelai kepalaku pelan.
Tanpa meneruskan percakapan itu, aku masuk kedalam rumah untuk ganti baju. Bayangan anak-anak yang menatap ku Aneh tadi.
Ketika aku sudah berganti kaos rumahan Kak Oxa masuk kekamarku. Dan duduk ditempat tidurku.
" Kamu tadi gimana? Dia datang apa ngga?" Dia bertanya dengan nada biasanya jika mengintrogasiku.
" Engga juga tapi si Adam jadi aneh." Aku ikut duduk disampingnya.
" Belum tentu dia niat menyinggungmu Ndut, kamu ngga mungkin menghidari Adam gegara masalah sepele kan?"
" Tapi kan kalo kakak digituin juga tersinggung kan?" Aku mengalihkan perhatian dengan bermain ujung bajuku.
" Nanti cerita lagi deh ke Dr.mu aja, percuma kakak bicara sama tembok. Ngeyel mulu kerjaannya. " Dia beranjak dari duduknya.
" Aku bisa sembuh kan kak?" Ujarku sambil menarik tangannya pelan.
To Be Continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life
Teen FictionKukira dengan menjaga jarak denganmu bisa membuatku melihat dunia dengan damai, tetapi aku sudah kecanduan akan senyummu itu. Senyum yang bisa mengalahkan obat yang selama 2 tahun ini ku konsumsi. Benar kata mereka kamu memanglah segalanya - Faw